Bagikan artikel ini :

Percayalah Kepada Tuhan

Amsal 3:1-7

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
- Amsal 3:5-6

Kita tentu merindukan kehidupan yang penuh keberhasilan. Namun kenyataannya, hidup ini penuh dengan kejutan-kejutan masalah dan pergumulan. Saat kita menjadi tua, menderita sakit, menghadapi pergumulan yang memberatkan hati dan pikiran, serta menghadapi kematian, bagaimana respons kita?

Respons orang-orang dalam menghadapinya bisa bermacam-macam. Bagi orang Kristen, respons yang benar akan menghasilkan jiwa yang memuliakan Tuhan. Sementara respons yang salah akan mengakibatkan jiwa yang berantakan, panik, khawatir, takut, gelisah, stres, depresi, dan sebagainya. Respons kita menunjukkan sejauh mana kedewasaan rohani dan pengenalan kita kepada Tuhan.

Perhatikan bagian kalimat dari ayat di atas, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu.” Percaya berarti tidak meragukan Tuhan dan bersedia memercayakan diri kepada-Nya dengan segenap hati atau tidak setengah hati, seutuhnya, dengan iman total. Percaya berarti beriman dalam tindakan. Hubungan pribadi kita dengan Tuhan bukan berdasarkan saling percaya tetapi memercayakan diri sepenuhnya dengan iman kepada Tuhan.

“Janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Bersandar bermakna mengandalkan, mengutamakan, bergantung, berharap penuh. Pengertian adalah akal, pertimbangan, kepintaran, pengetahuan, pengalaman atau kehebatan. Jangan bersandar kepada pengertian sendiri karena pengertian kita sangatlah terbatas. Andalkan dan bergantunglah kepada Tuhan yang tidak terbatas.

Kalimat “akuilah Dia dalam segala lakumu” mengandung makna melibatkan Tuhan dalam berbagai keputusan kita, “maka Ia akan meluruskan jalanmu” yang artinya Tuhan menuntun dan mengarahkan jalan kita kepada jalan-Nya, yaitu diberikan keberhasilan, kuasa untuk maju bersama Tuhan.

Kita membutuhkan hikmat Tuhan untuk menghadapi berbagai permasalahan dan pergumulan hidup. Percaya Yesus adalah permulaan hikmat sebab Yesus adalah sumber hikmat. Bedakan antara hikmat manusia dengan hikmat Allah. Hikmat manusia semua bersumber dari dirinya, oleh dirinya, dan untuk dirinya. Sementara hikmat Allah semua bersumber dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia. Hikmat Tuhan tujuannya selalu memuliakan Tuhan.

Marilah kita tetap percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus, mengandalkan dan mengakui-Nya dalam sepanjang hidup kita. Niscaya Yesus akan meluruskan jalan kita, Dia akan memberikan keberhasilan demi keberhasilan dalam hidup kita. Amin.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah memercayakan sepenuhnya dengan iman jalan hidup Anda kepada Yesus, serta melibatkan-Nya dalam setiap langkah kehidupan?
  • Sudahkah Anda memintakan hikmat Tuhan untuk menghadapi permasalahan hidup sehingga bisa memuliakan Tuhan?