Bagikan artikel ini :

Tidak Dapat Tenggelam

Markus 7:20-23

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

- Lukas 14:11

Tanggal 10 April 1912 tercatat sebagai momen Titanic memulai pelayaran pertamanya dari Southampton menuju New York. Dengan panjang 269 meter, lebar 28 meter, tinggi 53 meter dan kapasitas penumpang hingga 2.224 orang, kapal ini merupakan kapal terbesar dan termewah yang pernah berlayar pada masanya. Lebih dari itu, Titanic dipercaya sebagai kapal yang tidak bisa tenggelam. Seorang wanita, sebelum ia dan suaminya menaiki Titanic, dengan perasaan khawatir bertanya kepada awak kapal, “Apakah kapal ini benar-benar tidak dapat tenggelam?” Awak kapal menjawab dengan jumawa, “Benar nyonya, bahkan T uhan pun tidak dapat menenggelamkan kapal ini.” Dan apa yang terjadi selanjutnya akibat kesombongan para pembuat dan awak kapal Titanic, kita semua tentu tahu.

 Dalam Markus 7:22, T uhan Yesus mengkategorikan kesombongan sebagai kejahatan. Kesombongan dipandang T uhan sebagai dosa bukan hanya karena sifat sombong itu adalah jahat, tetapi terlebih karena kesombongan menunjukkan kondisi hati manusia yang menjauh dari T uhan. Hati yang menjauh dari T uhan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang najis. Itu adalah perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan kepada T uhan, merugikan diri sendiri, dan menyakiti sesama. Kesombongan apa pun bentuknya adalah kejahatan yang besar karena ia telah membuat manusia pertama (Adam dan Hawa) gagal melihat diri mereka yang sesungguhnya dan gagal melihat siapa T uhan.

 Kesombongan adalah kejahatan yang kita tidak suka orang lain lakukan terhadap kita namun tanpa disadari sering kita lakukan terhadap orang lain. Mari menyadari bahwa kita adalah orang yang sombong dan kesombongan adalah masalah yang besar karena ia menunjukkan bahwa hati kita sedang jauh dari T uhan. Sangat penting ditekankan bahwa hati kita adalah tempat bagi T uhan bertakhta karena hanya dengan demikian kesombongan dapat diatasi. Ingat! Kristus datang ke dunia bukan untuk meninggikan diri melainkan memberi diri-Nya bagi manusia berdosa. Dia tidak datang untuk dilayani melainkan melayani. Yesus bahkan datang ke dunia dengan mengosongkan diri sampai titik paling rendah dari kemanusiaan (Fil. 

2:5-8). Kiranya kita rendah di hadapan manusia tetapi tinggi di hadapan T uhan.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Kristus memandang kesombongan?
  • Adakah hal-hal yang sering Anda sombongkan dari kehidupan Anda? Mintalah kepada Yesus untuk membuat Anda rendah hati dalam hal-hal terseb