Bagikan artikel ini :

Tuhan, Terima Kasih Untuk Dia

Kidung Agung 5:10-16

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
- 1 Tesalonika 5:18

Sudah puluhan kali saya memimpin doa pastoral dalam kebaktian umum. Di dalamnya terkandung doa syukur, mulai dari syukur untuk kesempatan boleh bangun pagi, bisa melewati satu minggu yang lalu, boleh dicukupkan, bisa
berkumpul dengan saudara seiman, dan yang terpenting, diberi anugerah penebusan oleh darah Kristus sehingga dilayakkan datang ke hadirat Allah yang kudus. Baru ketika menulis renungan ini, saya sadar tidak pernah memimpin jemaat untuk mengucap syukur atas sesuatu yang jelas-jelas berdiri di sebelahnya: pasangan. Ucapan syukur terhadap pasangan hanya disebut ketika bulan keluarga, padahal setiap minggu pasangan suami-istri selalu datang bersama.

Si istri mengingat-ingat lagi kekasihnya, mulailah timbul rasa syukur kembali. Seorang raja yang tampan (ay. 10-11), gagah perkasa (ay. 14b), dan kuat baik karakter maupun fisiknya (ay. 15). Ia juga pribadi yang dapat memberikan kecupan manis (ay. 13), tangannya lembut selalu siap membelai, memeluk, dan menuntunnya (ay. 14a). Si istri mengingat setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya. Tidak pernah sekalipun sang suami melukainya dengan kata-kata menyakitkan (ay. 16a). Bandingkan saja dengan kata-kata si istri yang menunjukkan ketidakpeduliannya kepada suaminya (ay. 3).

Saat membaca serangkaian pujian ini mungkin kita mulai bertanya-tanya dalam hati, istri macam apa yang bisa-bisanya mengabaikan suami seperti ini? Bagi para istri mungkin menghela nafas panjang dan berpikir, wajarlah kalau aku sering mengabaikan suamiku. Dia tidak sehebat itu. Lain ceritanya kalau seperti Salomo! Sebaliknya, para suami juga mungkin tengah komplain mengenai istrinya.

Perasaan tersebut muncul sebenarnya karena pemikiran, aku layak mendapatkan yang lebih baik. Tidak ada rasa syukur terhadap sosok yang Tuhan telah tempatkan di sisi kita. Ketika syukur sirna, pria atau wanita hebat yang Anda pilih menjadi sosok yang mengecewakan, penuh kelemahan, dan tidak perlu dihargai. Mohon maaf bila kami, para hamba Tuhan, yang memimpin doa pastoral lupa memanjatkan doa syukur atas pasangan Anda. Karena itu, melalui perenungan ini, saya mengajak kita semua untuk sekali lagi bersyukur atas pasangan yang Tuhan Yesus telah tempatkan bagi kita.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah ingat untuk bersyukur kepada Tuhan atas orang yang Dia tempatkan di sisi Anda? Jika belum, ambillah waktu bersama pasangan Anda berdoa.
  • Apa hal-hal yang membuat Anda sulit bersyukur atas kehadiran pasangan Anda?