Bagikan artikel ini :

Tujuh Dosa Maut: Kemarahan

Bilangan 20:2-13

Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. Efesus 4:26

Marah adalah ungkapan emosi yang sangat sering diperbuat manusia. Tidak semua marah tergolong dosa. Ambil contoh kehidupan Musa. Alkitab mencatat beberapa kali ia marah. Di dalam Keluaran 11:8, dikatakan Musa meninggalkan Firaun dengan marah yang bernyala-nyala.
Ketika bangsa Israel membuat berhala, Musa sangat marah hingga melemparkan dua loh batu yang dipegangnya (Kel. 32:19).
Pada kedua kasus ini, kemarahan Musa sama sekali tidak dianggap berdosa.

Berbeda dengan kasus yang tercatat dalam Bilangan 20. Musa merasa frustrasi dengan sungut-sungut bangsa Israel. Alih-alih memerintahkan batu untuk mengeluarkan air sebagaimana diperintahkan Tuhan, Musa malah memukul batu dengan tongkatnya. Tuhan menegur dan menghukum Musa karena kasus ini.

Apa yang membedakan kedua kasus pertama dengan kasus ketiga?
Marah bukanlah termasuk dosa jika didasari kehendak menegakkan kesucian dan kebenaran Tuhan. Jika keadilan dan kebenaran diinjak-injak, kita harus marah. Marah adalah dosa jika diperbuat karena alasan frustrasi terhadap suatu situasi yang tidak disukai disertai ungkapan emosi yang tak terkendali.
Berkata-kata kotor ketika marah jelas perbuatan dosa. Marah juga menjadi persoalan serius jika berkelanjutan (Ef. 4:26). Persoalan yang menyebabkan marah harus diselesaikan secepatnya sehingga tidak memperburuk konflik dan menyebabkan kerusakan lebih besar. Marah yang berkelanjutan dapat memicu hadirnya dosa-dosa lain. Dalam konteks inilah Yakobus mengatakan, “sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (Yak. 1:20). Kemarahan yang salah tidak menyenangkan hati Allah.

Pertimbangkanlah beberapa hal ketika Anda ingin marah. Pertama, mengapa Anda marah? Apakah alasannya benar? Kedua, kepada siapa Anda marah? Apakah tepat sasaran atau salah sasaran? Ketiga, apakah kadar kemarahan Anda wajar? Apakah Anda berlebihan dalam berkata-kata atau berbuat ketika marah? Keempat, apakah marah itu satu-satunya solusi bagi masalah yang dihadapi? Apakah tidak ada solusi lain yang lebih baik? Marahlah karena alasan yang tepat, kepada orang yang tepat, dan dalam kadar yang tepat.

KEMARAHAN DEMI MENEGAKKAN KEBENARAN ALLAH, TIDAK MENYEBABKAN DOSA DAN MENYUKAKAN TUHAN.