Bagikan artikel ini :

Dipelukan sang Bapa

Lukas 15:11-32

EKSPRESI PRIBADI

Adegan Sang Bapa yang sedang merangkul si Bungsu yang telah kembali dari keterhilangannya dalam perumpamaan Anak yang Hilang merupakan adegan yang paling monumental, sarat dengan kedalaman makna dan keindahan. Rembrant Harmenszoon van Rijn, seorang pelukis tersohor asal Belanda, telah mengekspresikan secara visual adegan tersebut dengan sangat jelas, melalui lukisannya yang berjudul Return of Prodigal Son (1669). Setiap polesan, warna yang dipilih, pencahayaan, ekspresi wajah dan tangan yang ditampilkan oleh Sang Bapa, pakaian yang digunakan, kehadiran wajah-wajah yang ada di sekitar Sang Bapa dan si bungsu dengan segala ekspresinya, dengan sengaja diungkapkan oleh Rembrant sebagai bentuk interpretasinya yang dikombinasikan dengan permenungan pribadinya, untuk mengungkapkan makna dibalik adegan tersebut seperti yang ingin Yesus ungkapkan. Untuk lebih jelasnya, silahkan setiap PCG, menghadirkan gambar tersebut dengan mencarinya di internet. Lalu tunjukkan kepada setiap anggota CG untuk diamati lalu berikan kesempatan kepada mereka untuk memberikan komentar mengenai lukisan tersebut.

EKSPLORASI FIRMAN

Lukas 15 merupakan pasal yang unik tertulis di Alkitab yang memberikan sekaligus 3 perumpamaan berseri mengambarkan tentang “tiga kehilangan,” yaitu pertama, domba yang hilang (the lost sheep), kemudian dirham yang hilang (the lost coin), dan terakhir adalah anak yang hilang (the lost son). Pola cerita ketiga perumpamaan ini hampir sama, dimana ada peristiwa kehilangan atas sesuatu/seseorang yang begitu berharga (valuable), kemudian yang terhilang tersebut akhirnya ditemukan kembali (lost yet found) dan membawa kepada sebuah sukacita besar (rejoicing the moment of recovery).

Saat ini kita akan mengarahkan fokus perhatian kita kepada perumpamaan tentang Anak yang Hilang. Setidaknya kisah ini terbagi dalam tiga adegan besar, sebagai berikut:

Departed from Home

Ada pandangan yang mengatakan sikap si bungsu dalam awal kisah ini adalah sikap yang tidak sopan dan melukai hati sang bapa, sebab dia meminta harta milik yang menjadi bagiannya tatkala sang bapa masih belum meninggal dunia. Walaupun, ada pandangan yang mengatakan, bahwa sang ayah boleh saja membagi-bagikan harta kekayaannya kepada anak-anaknya, sejauh dia berkenan, tapi hal tersebut bukanlah sesuatu hal yang biasanya dilakukan. Sikap si bungsu yang kemudian menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi keluar rumah untuk menuju ke negeri yang jauh sambil memboroskan harta dan hidup berfoya-foya (Luk. 15: 13) adalah kebebasan yang membawa dia kepada sukacita hidup terbesar. Di dalam persepsi si bungsu (tentu hal ini adalah sebuah kekeliruan), sukacita hidup terbesar bukan berada di dalam rumah, tapi berada di luar rumah. Itu sebabnya dia pergi meninggalkan rumah, sejauh mungkin dari rumah, ke negeri yang jauh (departed from home).

Outside Home (the turning point)

Ketika si bungsu berada jauh di luar rumah, maka dia menemukan fakta kehidupan yang berbeda dengan persepsinya sebelumnya. Ternyata, berada jauh dari rumah sang bapa justru hanyalah membawa dirinya kepada kebebasan yang palsu, bukan kepada sukacita yang sesungguhnya. Si bungsu dibawa kepada pengalaman hidup di titik terendah, dimana dia harus bekerja sebagai penjaga babi (satu pekerjaan yang dipandang rendah pada waktu itu). Dia terpaksa harus mengisi perutnya dengan ampas makanan babi (Luk. 15:16). Hal ini membawa dia kepada kesadaran balik akan betapa jauh lebih baiknya kehidupan di dalam rumah (rumah sang bapanya) di bandingkan berada jauh di negeri asing. Hal ini membawanya kepada pertobatan sejati yang menyatu dengan tindakan konkrit (real actions of true repentance): “aku akan bangkit,” “pergi kepada bapaku,” dan “berkata (mengakui) kepada Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak disebut anak bapa…“ (Luk. 15:18). Di titik inilah si bungsu sungguh mengalami sebuah transformasi (the turning point).

Welcome Home

Pemulihan (recovery) dari kisah perumpamaan ini pun terjadi, yaitu tatkala si bungsu bertekad untuk kembali pulang ke rumah. Di sinilah, dia kembali menemukan sukacita sejati, yaitu di pelukan sang bapa. Dia menyadari bahwa kembali ke rumah adalah satu-satunya jalan yang terbaik dalam hidupnya. Sebagaimana secara konsisten dari ketiga perumpamaan di pasal 15 ini, semuanya berakhir dengan pesta sukacita yang besar, sebab “anakku yang telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria” (Luk. 15:24). Ada pandangan yang menafsirkan bahwa kalimat pada pasal 15:20 yang mengatakan, “ketika ia (si bungsu) masih jauh, ayahnya telah melihatnya…” menunjukkan sang bapa sesungguhnya sedang terus menanti-nantikan kapankah si bungsu itu kembali pulang ke rumah (welcome home). [CK]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Bagaimana seseorang dapat menyadari keberdosaannya sehingga ia datang kepada Allah dan bertobat ? Jelaskan dan diskusikan dalam CG.

Penerapan

Langkah konkrit apa yang dapat Anda lakukan untuk membagikan berita baik mengenai kasih pengampunan Allah kepada mereka yang terhilang di dalam dosa ?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.