Bagikan artikel ini :

From Hurt To Healed (Dari Luka Kepada Kesembuhan

Keluaran 15:22-27

EKSPRESI PRIBADI

“Langit tidak selalu cerah... Jalan tidaklah selalu lurus. ..” Ini adalah pameo populer dan “familiar” di telinga untuk menegaskan bahwa kenyataan hidup tidak selalu manis. Sebagaimana yang dialami oleh Jerry Sittser, seorang profesor di Universitas Whitworth, mengalami sebuah tragedi pelik yang meninggalkan bekas luka dalam memori dan batinnya. Pada tahun 1991, ia dalam satu ketika harus kehilangan 3 generasi anggota terdekat keluarganya: ibunya, istrinya dan anak putrinya yang terkecil. Bisa kita bayangkan, dalam keadaan kelam seperti demikian, bagaimana ia bisa bertahan dan berdamai dengan situasi? Dalam buku gubahannya, “A Grace Disguised,” dengan gamblang, ia mengisahkan betapa berat dan pahitnya kehidupan yang harus ia jalani. Lebih mudah baginya untuk berhenti berjuang dan menyerah terhadap keadaan yang tidak pernah ia harapkan terjadi dalam hidupnya daripada tetap bertahan sembari menatap hari esok.

Bukan perkara mudah, menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Situasi pelik dan pahit seperti apa yang pernah Anda alami dalam pengalaman perjalanan hidup Anda? Bagaimana Anda dapat bertahan menghadapi keadaan demikian? Sharingkanlah dalam CG Anda!

EKSPLORASI FIRMAN

Lepas dari cengkraman perbudakan Mesir adalah sebuah kelegaan bagi Israel. Perjalanan menuju tanah perjanjian memberi harapan baru bagi mereka. Mereka membayangkan bahwa mereka akan melakukan satu perjalanan yang akan berjalan mulus dan sarat dengan kemenangan. Tuhan akan memanjakan mereka dengan kenyamanan. Namun, faktanya setelah mereka melihat kuasa Tuhan membelah Laut Teberau dan menenggelamkan musuh mereka, Israel harus berada di padang gurun yang tandus. Selama tiga hari tanpa mendapatkan setetes air. Dan dalam keadaan yang demikian, justru mereka harus berada di Mara [artinya, “pahit” dan “memberontak”]. Disana, dahaga mereka tidak terpuaskan karena air yang ada disana pahit rasanya dan tidak mungkin mereka minum. Bersungut-sungut menjadi respon paling rasional yang mereka lakukan [ay. 24]. Pertanyaannya adalah, mengapa harus ada Mara? Mengapa Tuhan tidak langsung memimpin mereka ke Elim?

Mara adalah tempat Allah menguji

Dalam salah satu kotbahnya membahas nats ini, Charles Spurgeon memberikan judul “Marah Better than Elim.” Fokus dari kisah ini sesungguhnya merujuk pada Mara. Buktinya, catatan mengenai Mara lebih banyak 4 kali [ay. 23-26] dibandingkan pembahasan mengenai Elim yang hanya 1 ayat saja [ay. 27]. Di Maralah, Tuhan mengajarkan ketetapan dan peraturan-Nya. Itulah yang mereka butuhkan. Bukan kebebasan berdasarkan apa yang mereka mau. Tapi firman Tuhan yang menuntun dan membatasi mereka bagaimana hidup sebagai umat Allah. Bukankah hidup menyenangkan Allah jauh lebih penting dari sekadar menikmati sebuah kenyamanan hidup? Bukankah jauh lebih baik ada dalam sebuah ruang kelas kehidupan dimana melalui kesulitan yang Allah ijinkan terjadi, kita diajari dan di didik hidup bergantung kepada Allah, daripada melewati kehidupan tanpa adanya proses pembentukan? Bagaimanapun itu, Mara bukan sebuah produk kebetulan oleh karena Allah kehilangan kendali. Justru ada dalam genggaman kedaulatan-Nya, seperti dikatakan, “…dan disana Tuhan mencoba mereka!” Tuhan menghendaki mereka berada di tempat yang tidak ideal sebagai bagian dari cara Tuhan untuk menguji dan membentuk mereka agar menjadi umat yang percaya, bergantung penuh kepada Diri-Nya. Tuhan mengetahui apa yang mereka butuhkan. Bukan sebuah kenyamanan, tetapi pemurnian demi melahirkan kehidupan yang berkualitas [Allah melakukan yang sama di Rafidim [Kel 17:1-7], Sinai [Kel 20:20], dan Teberah [Bil 11: 1–3; 13: 26–33]

Mara adalah jalan menuju Elim

Mara bukan sekadar tempat pembentukan tetapi sebuah jalan menuju Elim. Tuhan tidak membiarkan umat-Nya begitu saja bergulat di tengah situasi sulit. Ia memberikan solusi dengan cara-Nya yang ajaib, yaitu mengubah air pahit menjadi manis hanya melalui sepotong kayu yang dilemparkan ke dalam air [ay. 25]. Tidak menyediakan hanya satu mata air saja, Dia pun memimpin mereka menuju Elim. Disana terdapat 12 mata air dan 70 pohon korma. Sebuah keadaan yang berkelimpahan dan menyegarkan. Kontras dengan keadaan sebelumnya. Disini kita melihat dengan gamblang, bagaimana Tuhan menyatakan keberadaan Diri-Nya, bukan hanya sebagai penguji dan pembentuk, tetapi juga sebagai sang pemulih dan penyembuh. Dia adalah “Jehova Rapha” [ay. 26]. Ia bukan hanya sanggup menyembuhkan pelbagai penyakit dan luka kehidupan sedalam dan sekelam apapun, apakah itu fisik, emosional maupun spiritual [Mzm 6:2-3; 147:3; Yer 17:9; Luk 4:18], juga Ia rindu umat-Nya mengalami kesembuhan dan pemulihan [bdk. Kel 23:25; Ul 7:15; Mzm 103:3; 107:20]. Dibalik Mara, Allah menyediakan Elim. Ia tidak akan membiarkan kita terus terpuruk di dalam kepahitan; sebaliknya, Dia rindu menuntun kita mengalami pemulihan. Seperti yang dialami oleh Jerry Sittser. Masa lalunya tetap sama dan tidak berubah. Ketiga orang yang dicintainya tetap tidak kembali. Tetapi ia memiliki cara pandang yang berbeda terhadap lorong kelam penderitaan, “…saya memutuskan untuk berjalan memasuki kegelapan dan bukan berusaha lari darinya, membiarkan pengalaman kehilangan saya memimpin perjalanan kemanapun saya mau dibawanya, serta membiarkan diri saya ditransformasi oleh penderitaan saya daripada berpikir bahwa saya dapat menghindarinya.” Jerry Sitsser meyakini bahwa Tuhan merancang masa depan yang terbaik untuk hidupnya, walau ia tidak dapat memahaminya, “…Hidup saya sedang diubahkan. Meskipun saya mengalami kesakitan, saya percaya hasilnya pasti akan indah!”

Berbicara pemulihan yang dapat Allah kerjakan, tidak bisa dilepaskan dari Salib sebagai sumber kesembuhan sejati. Bilur-bilurNya menyembuhkan kita dari penyakit dosa [1 Ptr 2:24; bdk Yes 53:5]. Hanya melalui salib, hati pemberontakan kita dan segala pengalaman kepahitan yang terdalam dapat disembuhkan. Maka, jika saat ini Anda sedang terluka, janganlah ragu untuk datang dan bertelut di hadapan-Nya, Sang Penyembuh, yang sanggup mengubah kepahitan menjadi manis, menuntun kita beralih dari Mara menuju Elim.[DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Kesembuhan dari kepahitan seperti apa yang Tuhan dapat lakukan atas umat-Nya?

Penerapan

Bagaimana dan langkah konkrit apa yang dapat Anda lakukan agar mengalami pemulihan?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.