Bagikan artikel ini :

Hidup Memuliakan Allah

Istilah “mulia” dalam bahasa Ibrani תִפאֶרֶת secara literal berarti berat. Kata itu digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk mengungkapkan tentang nilai seseorang dalam pengertian material. Kata itu juga digunakan dalam pengertian penting, besar, megah, hormat, mulia, berkuasa, dsb. Di dalam Perjanjian Baru, istilah δόξα yang diterjemahkan sebagai kemuliaan berarti martabat, kehormatan, pujian. Jika kita menggabungkan kedua makna itu, makna memuliakan Allah adalah mengakui kebesaran-Nya dan menghormati-Nya melalui pujian dan penyembahan, karena Ia, dan Ia saja, layak dipuji, dihormati dan disembah.

Pertanyaan yang timbul ialah jika Allah memiliki segala kemuliaan, bagaimana kita dapat "memberi-Nya" kemuliaan? Bagaimana caranya memberi Allah sesuatu yang adalah bagian dari Diri-Nya sendiri? Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memuliakan Allah.

Kita Memuliakan Allah dengan Apa yang Kita Percaya

Percaya kepada Tuhan Yesus adalah mujizat karena pada dasarnya manusia telah berdosa dan tidak sanggup beriman tanpa anugerah Allah. Tindakan percaya adalah tindakan memuliakan Tuhan karena kita menyatakan bahwa keselamatan kita semata-mata tindakan Allah.

Dalam 2 Korintus 1, Rasul Paulus menekankan satu berita yang penting. Allah telah berjanji kepada umat-Nya dan Kristus adalah penggenapan janji itu. Dia adalah “ya” kepada segala janji Allah. Pemberitaan Paulus adalah selalu “ya” karena selalu menunjuk pada Kristus. Dalam hal ini, jika kita mengatakan “amin” maka itu tak lain adalah tindakan iman (2Kor 1:18-20). Iman adalah menyatakan persetujuan dan memegang janji Allah dalam Kristus. Pengakuan kita adalah untuk kemuliaan Allah. Bahwa percaya pada Allah adalah memuliakan Allah dapat ditemui dalam bagian lain, misalnya Rm 4:20 yang berbicara tentang iman Abraham. “Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah.”

Kita Memuliakan Allah dengan Ibadah Kita

Ibadah atau penyembahan adalah tindakan memuliakan yang paling konkret yang dapat kita lakukan. Penyembahan adalah menyerukan nama-Nya dengan hati tulus bahwa segala kemuliaan bagi Dia. Di dalam ibadah atau penyembahan, kita menyediakan waktu dan memfokuskan hati dan pikiran kita sepenuhnya kepada Allah dengan tujuan menerima firman-Nya dan meresponi dengan doa dan pujian. Ibadah seperti ini dapat dilakukan secara pribadi, bersama keluarga atau saudara seiman.

Kita Memuliakan Allah dengan Segala yang Kita Perbuat

Rasul Paulus mendorong kita untuk memuliakan Allah dalam segala perbuatan kita. “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor 10:31). Polanya adalah sebagai berikut: Setelah kita percaya kepada Kristus dan memuliakan Dia dengan penyembahan kita, maka kita menyatakan rasa syukur dengan ketaatan pada firman-Nya dalam hal melakukan pelayanan yang berkenan pada-Nya dan memperluas kerajaan-Nya.

Memuliakan Allah juga dilakukan dengan tindakan pelayanan kita. Dalam 1Pet 4:10-11 dikatakan, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.” Rasul Petrus mendorong kita untuk menggunakan segala karunia yang kita miliki untuk melayani sesama. Dengan cara demikian, Tuhan dimuliakan melalui kehidupan kita.

Kita Memuliakan Allah dalam Hal Meresponi Penderitaan

Dalam Filipi 1:18, Rasul Paulus mengatakan, “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.” Ia mengatakan hal itu ketika berada dalam penjara dan sewaktu-waktu bisa dieksekusi. Ia juga menghadapi rasul-rasul palsu yang memberitakan Injil dengan maksud tidak tulus. Ia sedang menghadapi penderitaan yang berat. Akan tetapi, ia tetap bersukacita. Dengan sikap seperti ini, ia memuliakan Allah.

Dalam bagian lain, 2 Korintus 12:9, Rasul Paulus memuliakan Allah dengan sikapnya yang bergantung pada pada kekuatan Tuhan di dalam penderitaan. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”

Kita Memuliakan Allah dengan Memberitakan Injil

Allah telah menebus kita dari maut kepada kehidupan kekal. Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil (1Pet 2:9-10). Allah dimuliakan ketika kita menyaksikan Diri-Nya dan karya-Nya. Kita memberitakan Injil dengan tujuan agar segala suku bangsa, bahasa dan lidah menyembah dan memuliakan nama-Nya. * (BSB)