Bagikan artikel ini :

Imanuel; Allah dalam sejarah

Alkitab bersifat sejarah: walaupun Alkitab bukan buku sejarah murni, tetapi dalam penulisan nya bersifat sejarah dalam arti bahwa peristiwa-peristiwa yang tertulis di dalam Alkitab merupakan peristiwa-peristiwa yang memang pernah terjadi di dunia. Di dalam Alkitab inilah juga kita pada akhirnya melihat dan mengenal Allah yang ada dalam sejarah itu.

Allah yang mengontrol Sejarah

Ajaran-ajaran dalam kekristenan seperti doktrin penciptaan, providensia, penyataan, penebusan dan penghakiman, mengajarkan bahwa Allah terlibat dalam sejarah.

Kitab Kejadian menceritakan sebuah awal mula sejarah bagaimana Allah sebagai pencipta yang menciptakan dunia dan segala yang ada didalamnya. Doktrin Providensia Allah mengajarkan bahwa setelah Allah menciptakan dunia, Allah tidak meninggalkannya, seolah-olah ciptaan itu adalah sebuah jam mekanik yang besar yang telah Ia putar dan kemudian dibiarkan berjalan sendiri. Sebaliknya, Allah membimbing perkembangan sejarah melalui ketetapan-ketetapan kekal-Nya bahkan terkadang ada campur tangan supranatural dari-Nya baik melalui alam maupun peristiwa sejarah untuk menggenapinya.

Alkitab sesungguhnya berisi tentang penyataan Allah akan keseluruhan kontrol dan pemerintahan Allah atas sejarah, baik yang terjadi secara umum maupun secara khusus (wahyu umum dan khusus). Doktrin penebusan memasukkan dua gagasan mengenai dosa dan tindakan Allah yang unik dalam Kristus untuk menyelamatkan orang berdosa. Jika Allah tidak bertindak dalam sejarah, maka tidak akan ada solusi bagi dunia ini; yang ada hanyalah pergumulan yang berkelanjutan dengan kejahatan dan penderitaan. Doktrin penghakiman seperti menjadi bagian di ujung sejarah bagaimana Allah akan datang (Kristus) untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

Ketika melihat pengajaran Kristen tersebut, kita akan melihat dan sampai pada suatu kesimpulan bahwa ada suatu sejarah yang komprehensif dan universal dari umat manusia; bahwa Allah mengontrol sejarah sehingga sejarah memiliki suatu pola atau tujuan. Allah memiliki sebuah rencana dalam sejarah dan sejarah sedang mengikuti rencana-Nya.

Kristus adalah Sejarah yang Menentukan

Manifestasi tertinggi dari Allah yang bertindak dalam sejarah adalah Pribadi dan Karya Kristus di dunia. John Stott pernah menulis sebuah buku yang berjudul Kristus Yang Tiada Tara, untuk menunjukkan Supremasi Kristus yang adalah pusat dari sejarah, pusat dari Alkitab dan juga pusat dari Misi. Yesus adalah seorang sosok historis yang hidup dan ajaran Nya berpengaruh dalam sejarah.

Kebenaran mengenai kesejarahan Kristus adalah penting karena jika kebenaran itu hilang, maka sesungguhnya kekristenan juga akan hilang, sebab pusat dari kekristenan (baik identitas maupun ajaran) adalah berpusat kepada Kristus. Namun kehidupan Kristus lebih daripada bersifat historis; kehidupan Kristus adalah sejarah yang menentukan; makna seluruh sejarah disingkapkan dalam sejarah Tuhan Yesus Kristus.

Sekalipun banyak teori berkembang di sepanjang zaman untuk menyangkal keberadaan Kristus dalam sejarah, namun Kesejarahan Kristus sesungguhnya adalah sesuatu yang tidak bisa disangkal. Kristus secara Historis adalah bukan sekedar berita dari Alkitab sebagai sumber internal, melainkan juga keputusan para ahli sejarah yang melalui/menjadi saksi mata sebagai sumber eksternal, sehingga menjadi sebuah penegasan bagi semua orang di segala zaman.

Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita (Yoh. 1:14)..sesungguhnya ini adalah kalimat besar (terbesar) dalam kisah Kristen. Menjadikan dunia dari tidak ada (creatio ex nihilo) sudah merupakan pekerjaan yang sangat luar biasa hebat. Namun Allah menjadi seperti kita, tinggal bersama kita, berada bersama kita, mengetahui sukacita dan penderitaan manusia, ini lebih dari luar biasa; ini adalah suatu keagungan.

Allah yang memulai kisah di dunia; Allah yang menciptakan segala sesuatu, adalah Allah yang sama yang datang menjadi manusia, memasuki sejarah sebagai seorang bayi di Betlehem. Dengan memberikan Anak-Nya, Dia memberi diri-Nya. Allah bukanlah Allah yang jauh di sana, tidak terjangkau atau sepenuhnya “lain”. Allah itu dekat; Ia ada di sini. Imanuel, Allah beserta kita.

Dari situ kita bisa melihat apa yang menjadi tujuan kedatangan-Nya dalam sejarah. Kristus tidak datang untuk memulihkan “keadilan sosial”, supaya semua orang bisa hidup harmonis atau saling melayani orang yang miskin. Sebagian orang tertarik pada Kristus karena moralitas-Nya yang luar biasa; kagum akan kebajikan dan pengajaran-Nya selama di dunia. Natal sebagai momen sejarah ketika Kristus hadir dalam dunia sesungguhnya berbicara mengenai darah-Nya, pengorbanan-Nya dan kematian-Nya.

Ibrani 10:5-7 berkata “Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki - tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.

Inilah yang menjadi jawaban bagi pertanyaan kita: tujuan Kristus datang ke dunia adalah “Anak Allah menyerahkan diri manusianya yang tidak berdosa untuk menjadi korban tidak bersalah yang bisa menyelamatkan orang berdosa dengan sempurna dan utuh.” Selaras dengan peristiwa kelahiran-Nya: ”dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat.1:21; Luk. 2:11; Luk. 1:76-77).” Tiga puluh tahun kemudian Yohanes menunjuk Tuhan Yesus Kristus dan berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa manusia (Yoh. 1:29)

Inilah yang dimaksudkan bahwa Kristus adalah sejarah yang menentukan; Ia datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Siapa orang berdosa? Semua manusia adalah berdosa; dan dengan karya kematian-Nya; membuat sejarah dan setiap manusia yang ditebus menjadi bermakna atau berarti.

Refleksi

Tuhan Yesus memang sudah tidak ada di dunia secara fisik, tetapi Allah Imanuel itu sejatinya selalu ada dalam sejarah hidup manusia. Itu artinya bahwa Ia ada di dekat kita di sepanjang waktu, Ia berada bersama dengan pergumulan kita, Ia tahu dan turut merasakan ketakutan atau pun kekuatiran hidup kita.

Saat ini kita berada di masa antara; kita ada di penghujung tahun 2018 sebelum akan memasuki tahun yang baru 2019. Ketika kita memahami kebenaran bahwa Allah adalah Allah yang mengontrol dan terlibat dalam sejarah, itu menjadi jaminan akan hidup kita di tahun yang baru. Sekalipun kita tidak bisa melihat apa yang akan terjadi di depan, atau kita tidak mampu untuk memandang ke depan, lihatlah ada Allah yang memegang kendali atas hidup kita; ada Allah yang berdaulat atas sejarah. Dengan demikian kita tidak perlu ragu melangkah ke depan.

Mari kita lihat sejenak kebelakang kita, melihat bagaimana Allah terlibat dalam setiap peristiwa hidup kita: sukacita, dukacita, kesehatan, kekuatan, keselamatan, studi, pekerjaan, keluarga, pelayanan, dan semua telah terjadi dalam hidup kita; ada tangan Allah yang menopangnya. Dan saat ini ketika kita akan melangkah memasuki tahun yang baru, tangan Allah tetap akan selalu menopang hidup kita; Dia tidak pernah tinggalkan kita karena Dia adalah Allah Imanuel; yang selalu menyertai kita di sepanjang sejarah. [KL]