Bagikan artikel ini :

Lima Faktor Panggilan

Berbicara tentang panggilan (vocation) hidup orang Kristen, ada dua landasan penting: (1) panggilan utama kita adalah memuliakan Tuhan. (2) pelayanan kita kepada Tuhan untuk menggenapkan panggilan itu dilandasi rasa syukur atas anugerah keselamatan yang telah kita terima. Allah dalam kemurahan-Nya mengundang umat-Nya untuk berpartisipasi dalam karya pemulihan dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Orang Kristen dipanggil untuk turut serta dalam karya penebusan Allah (menjadi garam dan terang, memberitakan Injil, memuridkan). Ini tidak berarti semua orang dipanggil menjadi rohaniwan. Semua pekerjaan atau profesi adalah mulia jika dilandasi hati yang taat pada tujuan Allah. Tidak ada pembedaan pekerjaan rohani vs. duniawi; pekerjaan bernilai fana vs. bernilai kekal sejauh motivasi kita benar dan fokus kita adalah pada Allah.

Gordon T. Smith dalam bukunya Called to Be Saints mengatakan bahwa ada lima faktor yang menentukan panggilan hidup orang Kristen.

Pertama, kita menghidupi panggilan sebagai orang yang telah ditebus oleh Kristus. Sebagai umat tebusan, kita wajib memikul salib, menyangkal diri dan mengikut Kristus setiap hari. Ini berarti kita dipanggil untuk menjalani hidup yang radikal (dalam arti positif) sebagai pengikut Kristus yang mengikuti jejak Kristus. Kita harus hidup berintegritas di tengah dunia yang cacat dan bengkok ini. Kita menjalani panggilan sebagai hamba Kristus yang baik dan setia meskipun kita mengakui bahwa pekerjaan di dunia ini telah ternoda oleh dosa dan menjadi jerih-lelah yang menyengsarakan. Tuhan menghendaki setiap orang percaya untuk berpartisipasi dalam karya rekonsiliasi-Nya (2 Kor 5).

Kedua, kesanggupan kita menjalani panggilan berasal dari Allah. Tentu saja kita perlu mengembangkan diri dan keahlian dalam pekerjaan kita. Kita harus melakukan tugas kita sebaik-baiknya. Orang Kristen tidak boleh memiliki mental asal-asalan. Akan tetapi, pada akhirnya, yang menopang dan menggerakkan kita bukanlah kesanggupan kita melainkan Allah. Kita bergantung dan bersandar sepenuhnya pada kuasa Roh Kudus sebagai Sumber hidup dan kekuatan. Hanya oleh anugerah-Nya kita sanggup menjalani panggilan hidup kita. Oleh karena itu, jauhkanlah diri dari godaan untuk membanggakan diri atas kesanggupan dan pencapaian kita.

Ketiga, kekudusan hidup kita tercermin dalam manifestasi panggilan kita di dalam masyarakat atau komunitas. Kita tidak hidup dalam dunia terasing. Allah menciptakan kita untuk hidup dalam komunitas. Komunitas menjadi ajang kita menjadi saksi. Identitas kita ditentukan oleh perjumpaan dengan Kristus dan interaksi dengan dunia sekitar. Kita semakin mengenal diri kita di dalam perjumpaan dengan kekuatan dan panggilan orang lain. Lagipula, panggilan selalu berkaitan dengan orang lain. Panggilan memang datang dari Allah, tetapi selalu demi orang lain yang kita layani atau mengabdi. Apapun pekerjaan kita, pada dasarnya adalah wujud pelayanan kasih kepada sesama. Hal penting lain berkaitan dengan komunitas adalah bahwa kita menjalankan panggilan Allah bersama-sama orang lain. Tidak ada seorang pun yang dapat berjalan atau bekerja sendirian. Di dalam kebersamaan dan kerjasama, kita membangun kapasitas atau kemampuan kita. Di dalam saling kebergantungan itu pula kita saling mendukung, mengasah, mengajar dan menjadi berkat.

Keempat, panggilan orang Kristen terkait dengan keadilan Allah. Misi Allah di dalam dunia tak terlepas dari keadilan Allah. Hal itu pula yang diperjuangkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Oleh karena itu, komitmen pada keadilan harus menjadi komitmen kita. Kita dipanggil untuk mengusahakan kesejahteraan (shalom) bagi mereka yang terpinggirkan (marginal) dan lemah. Panggilan kita bukanlah memperkaya diri sendiri sambil mengorbankan orang yang lemah. Justru kita harus membela kaum marginal dan lemah. Keprihatinan itu harus melekat pada setiap usaha atau pekerjaan kita.

Kelima, mewujudkan panggilan dengan mempertimbangkan tahap dan fase kehidupan manusia. Para pakar psikologi membagi kehidupan manusia atas tahapan-tahapan perkembangan. Tiap tahapan ditandai dengan sifat atau karakter tertentu. Pembagian ini menolong kita untuk terlibat dalam pekerjaan atau karya yang selaras dengan tahap perkembangan kita. Sebagai dewasa muda, pertanyaan paling penting adalah perihal menemukan keunikan diri dan panggilan hidup. Apakah Anda mengenal siapa diri Anda di hadapan Allah? Kekuatan dan kelemahan Anda? Apakah Anda sanggup untuk “meninggalkan ayah dan ibu” dan memasuki kehidupan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab? Sebagai orang berusia paruh baya, isunya adalah menemukan apa yang paling bermakna dalam hidup kita dan fokus menjalani passion itu. Apakah Anda menjalaninya dengan segenap kekuatan kita sambil menyadari keterbatasan diri Anda? Sedangkan mereka yang memasuki masa usia indah memasuki tantangan baru, sekaligus kesempatan baru. Di satu sisi mereka menghadapi keterbatasan fisik tetapi di sisi lain ada kesempatan untuk menjadi sumber hikmat dan berkat bagi generasi penerus. Mereka dapat berperan untuk membimbing generasi penerus menjadi generasi yang kuat.(BSB)