Bagikan artikel ini :

Pengharapan dalam Tuhan

Mengunjungi orang sakit di RS adalah hal yang biasa dilakukan oleh seorang rohaniwan tanpa terkecuali oleh penulis sendiri. Secara umum yang terjadi adalah bagaimana seorang yang sakit menceritakan pergumulannya lalu rohaniwan akan memberikan kata-kata penguatan atau ayat-ayat firman Tuhan yang berbicara tentang kasih atau kuasa Tuhan lalu menutup dalam doa dengan harapan Tuhan memberikan kekuatan kepada orang yang dikunjungi atau Tuhan mengaruniakan kesembuhan kepadanya.

Suatu kali, penulis mendapatkan sebuah pengalaman yang berbeda dari biasanya. Bagaimana tidak? Alih-alih menguatkan dan memberikan hiburan kepada orang yang sakit yang sedang dikunjungi penulis justru mendapatkan kekuatan dan penghiburan dari seseorang yang lemah karena sakitnya. Pribadi yang mulai kurus karena sakitnya ini menceritakan bagaimana dia mengalami suatu penyakit yang membuatnya tidak berdaya tapi pada saat yang sama dia bersukacita karena melaluinya Tuhan mengajarkan banyak hal salah satunya adalah bagaimana memiliki iman pada Tuhan yang berdaulat tidak hanya dibutuhkan pengetahuan ttg Allah tetapi perjumpaan pribadi denganNya dan mengijinkan Roh Kudus menjamah hidupnya setiap hari.

Perjumpaan dalam kunjungan ini memberikan sebuah kesan yang mendalam karena seorang yang lemah dan tidak berdaya (seharusnya), tetapi terpancar sukacita pada wajahnya. Apa yang bisa membuat ini terjadi? Apa yang membuat seorang Ayub tetap percaya pada Tuhan ketika dia harus kehilangan banyak hal dalam hidupnya? Apa yang membuat seorang bunda Theresa tetap berjuang di tengah kelemahan dunia yang terpancar dari kemiskinan di Calcuta? Apa yang membuat seorang Marthin Luther King Jr  tetap melangkah di tengah kondisi memprihatinkan dunia yang bergolak dengan konflik karena perbedaan warna kulit walau harus meregang nyawa? Apa yang membuat Nick Vujicic tetap berkobar-kobar melayani Tuhan di tengah ketidaklengkapan fisiknya sampai dia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa? Apa yang membuat kita tetap memiliki semangat, sukacita, dan tekad utk terus melangkah di tengah kondisi tidak ideal yang mungkin kita alami? Pengharapan. Bisa jadi inilah yang menyebabkannya. Sebuah pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Sebuah pengharapan yang lahir bukan karena kepiawaian kita meramalkan masa depan. Sebuah pengharapan yang muncul bukan juga karena perhitungan matematis yang memunculkan sebuah peluang besar menuju sebuah perbaikan. Pengharapan ini adalah sebuah pengharapan yang bersumber dari Tuhan. Pengharapan yang terbit karena firmanNya yang kekal yang dapar memberikan kepada kita keyakinan bahwa apa yang kita lakukan dalam Tuhan tidak akan berakhir pada kesia-siaan.

Pengharapan menjadi kata yang penting bagi kita saat ini. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu, di tengah kondisi sakit yang mungkin kita alami, atau kondisi-kondisi lain yang membuat kita pusing tujuh keliling, pengharapan mutlak kita perlukan supaya kita tidak berhenti di tengah jalan dan berakhir dalam keputusasaan. Kita harus bertekad untuk tetap berjuang, tetap melangkah, dan mengerjakan apa yang menjadi bagian kita dan tidak tenggelam dalam pergumulan-pergumulan yang kita hadapi.

Lantas, bagaimana kita bisa tetap menjaga pengharapan itu tetap ada dalam kehidupan kita?

Pertama, kita harus sering-sering membaca, merenungkan firman Tuhan karena di sinilah kita makin dilatih untuk mengarahkan pandangan kita pada Tuhan sang Pemberi Harapan itu. Dengan demikian pikiran dan hati kita akan terlatih utk mengembangkan sikap positif yang didasarkan pada firman Tuhan dan bukan pada tantangan tantangan yang muncul yang disebabkan oleh pergumulan kita. Itulah yang dialami kedua orang dari sepuluh pengintai, Yosua dan Kaleb. Mereka memutuskan untuk lebih percaya pada firman Allah daripada tantangan yang terpapar di depan mata.

Kedua, tentu saja pengharapan ini akan dapat muncul melalui komunitas yang sehat yang melaluinya Tuhan sanggup untuk memakai dan meneguhkan hati kita supaya tetap memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Inilah yang dialami oleh Daud yang memiliki sahabat, yaitu Yonatan di mana Yonatan menguatkan hati Daud ketika harus mengalami permasalahan dengan ayahnya.  Dalam Perjanjian Baru tentu kita ingat bagaimana Paulus hadir menguatkan Timotius di tengah kesulitan pelayanan yang dialami seorang muda ini. Paulus mengarahkan Timotius utk tetap kerjakan pelayanan dengan semangat.

Kedua hal di atas pada akhirnya memunculkan pertanyaan yang harus kita renungkan bersama? Sudahkah saya memiliki pergaulan yang erat dengn firman Tuhan dan sudahkan saya menemukannkomunitas yang melaluinya saya dapat dibawa utk memiliki pengharapan dalam Tuhan? Abraham mungkin tidak melihat pengharapannya terjadi semasa dia hidup. Tetapi keyakinannya untuk memegang pengharapan dalam Tuhan tidak sia-sia.  Sudahkah kita menjalani pengharapan dalam Allah dalam menjalani kehidupan kita saat ini? [TA]