Bagikan artikel ini :

Peran suami di dalam keluarga

Setiap orang yang berkomitmen untuk membangun sebuah keluarga pasti merindukan akan terciptanya keluarga yang bahagia. Tetapi realita yang terjadi adalah banyak permasalahan muncul dan menjadikan pernikahan tersebut menjadi tidak sehat bahkan sering berujung pada perceraian.

Keluarga Kristen (yang terkenal dengan norma-norma pernikahan yang ketat) pun tidak menjamin bahwa keluarga tersebut bebas dari sebuah permasalahan. Fakta menunjukkan bahwa keluarga Kristen saat ini sedang melewati sebuah fenomena "perceraian" di zaman ini. Ada banyak pasangan di keluarga Kristen pun pada akhirnya memutuskan untuk bercerai.

Kita harus menyadari bahwa permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan yang sangat kompleks, dan banyak faktor yang menentukan apakah sebuah keluarga menjadi keluarga yang sehat dan bahagia, atau justru sebaliknya. Salah satu yang menjadi faktor penting dan utama dalam sebuah keluarga adalah peran suami di dalam keluarga.

Peran Suami sebagai Kepala

Sekalipun laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, tidak berarti kedua-duanya menjadi kepala. Kepala keluarga tetaplah satu, dan Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa laki-laki adalah kepala perempuan (1 Kor. 11:3,8,9,11,12), salah satu alasannya adalah karena laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki.

Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, dan bukan tulang kepala agar keduanya tidak menjadi kepala. Salah satu kegunaan tulang rusuk adalah melindungi jantung, hati atau pun organ dalam tubuh manusia lainnya. Ini menjadi gambaran bahwa peran suami sebagai kepala keluarga adalah untuk melindungi istri, anak dan keluarganya.

Suami sebagai kepala juga berperan untuk menentukan arah keluarganya. Seperti seorang pengemudi yang bertanggung jawab membawa sebuah kendaraan dan juga orang-orang yang ada di dalamnya kepada suatu tujuan tertentu (lokasi/tempat tertentu), demikianlah peran suami juga bertanggung jawab untuk membawa keluarga dan anggota keluarganya agar semakin mendekat kepada Tuhan.

Seorang suami, juga harus menuntut keserupaan dengan Kristus. Di dalam Efesus 5:22-29 dikatakan "karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat; Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat." Artinya bahwa setiap suami harus menjalankan fungsi dan perannya seperti yang dilakukan oleh Kristus kepada gereja-Nya. Atau sederhananya, setiap suami harus mengimitasi/meniru Kristus yang adalah kepala Gereja. Seperti Kristus mengasihi bahkan berkorban memberikan nyawa bagi gereja-Nya, maka sudah seharusnya setiap suami mengasihi dan bahkan berkorban bagi keluarganya.

Jadi, kita sekarang mengetahui bahwa arti suami menjadi kepala itu bukan berarti sewenang-wenang melakukan kehendak sendiri. Menjadi kepala itu tidak berarti menindas orang-orang yang dikepalai, tetapi justru memimpin, melindungi, mengasihi bahkan berkorban bagi semua keluarganya (istri dan anaknya).

Peran Suami sebagai Pemimpin

Tanpa pengorbanan, maka sesungguhnya tidak ada kepemimpinan. Untuk menjadi seorang pemimpin keluarga, maka setiap suami harus bersedia menjadi seorang pemimpin yang mau berkorban. Berkorban di sini artinya menjadi yang pertama dalam segala hal. Seorang suami harusnya selalu menjadi yang pertama dalam relasi yang sepadan dengan istrinya (hubungan suami-istri). Ia harus menjadi yang pertama dalam hal menghormati (suami harus bertanggung jawab atas hubungan yang ada); suami sebagai pemimpin berarti menjadi yang pertama dalam memelihara, mengasihi, dan membangun sebuah hubungan (suami harus memperhatikan kebutuhan, kesucian, dan pertumbuhan istrinya sebagai pribadi); kepemimpinan seorang suami berarti menjadi yang pertama dalam memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak (tidak hanya sekedar menyediakan kebutuhan makanan dan tempat berlindung saja, tetapi juga kebutuhan emosional keluarga).

Seperti Kristus mengajarkan bahwa seorang pemimpin pada saat yang sama juga adalah seorang pelayan; maka menjadi pemimpin sesungguhnya adalah siap menjadi pelayan. Seperti Kristus yang datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan melayani, maka suami yang adalah pemimpin keluarga, wajib untuk menjadi yang pertama di dalam melayani keluarganya; menjadi inisiator dan pelaku pertama dalam segala hal di kehidupan berkeluarga.

Happy Father's Day

Momen Hari Ayah seharusnya membuat setiap laki-laki menyadari akan panggilan mulia yang diberikan Allah kepada mereka. Menjadi laki-laki, menjadi seorang suami bahkan jika dipercaya menjadi seorang ayah, itu adalah panggilan atau tugas yang mulia. Pada saat yang sama ada peran atau pun tugas serta tanggung jawab yang besar yang diemban oleh setiap laki-laki dalam keluarga, yaitu menjadi seperti Kristus dalam relasinya dengan gereja-Nya.

Selain itu, bagi para istri atau pun anak-anak, biarlah kita belajar mensyukuri untuk keberadaan setiap suami-ayah ditengah-tengah keluarga. Pasti tidak ada yang sempurna, ada kekurangan dari para suami-ayah. Tetapi biarlah kita terus mensupport dan mendorong setiap suami-ayah agar bisa melakukan tugasnya dengan baik di keluarga. Jangan lupa doakan, dan terus dampingi dalam mengemban tugas mulianya; menjadi suami-ayah bagi keluarga.

Bagi para suami-ayah, teruslah berjuang untuk menjadi seperti Kristus ditengah-tengah keluarga; menjadi seorang pemimpin yang melayani; menjadi seorang pemimpin yang mengasihi dan menjadi pemimpin yang siap berkorban bagi keluarga. Selamat Hari Ayah, dan Tuhan Memberkati. (KL)