Bagikan artikel ini :

Selangkah Demi Selangkah

John Bunyan dalam bukunya Pilgrim Progress menyatakan bahwa kehidupan manusia dalam dunia ini seperti seseorang yang sedang mengadakan perjalanan. Jika hidup ini adalah perjalanan maka hidup manusia itu selayaknya bergerak/dinamis dan bukannya diam, stagnan atau statis. Seperti ungkapan “life must go on” yang mengingatkan bahwa setiap manusia di dalam menjalani hidupnya harusnya tidak stagnan. Hidup yang tidak dijalani, adalah hidup yang tidak berarti.

Setidaknya ada dua perspektif ketika kita berbicara tentang seseorang yang sedang berjalan, yaitu berjalan ke depan atau berjalan mundur ke belakang. Namun kedua perspektif itu mempunyai kesamaan bahwa manusia tetap melakukan sesuatu meskipun berjalan kedepan atau berjalan mundur ke belakang. Sekali lagi, tidak ada celah manusia dalam menjalani hidupnya mengalami keadaan diam/statis dan tidak melakukan apa-apa.

Pdt. Yohan Candawasa dalam bukunya Mendapatkan-Mu dalam kehilanganku menyatakan bahwa ternyata dalam menjalani kehidupan ini, manusia juga sedang menjalani suatu perjalanan kehilangan. Apa itu perjalanan kehilangan? Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya dalam dunia secara otomatis juga sedang menjalani kehilangan demi kehilangan dalam hidupnya. Sebagai contoh, manusia semakin lama menjalani hidupnya maka juga menjalani kehilangan kesehatan, kehilangan kekuatan, dan bahkan kehilangan rambut dan gigi dan kehilangan-kehilangan lainnya. Sehingga ketika manusia menjalani kehidupan maka secara otomatis manusia juga sedang menjalani kehidupan kehilangan itu. Banyak manusia yang tidak siap dalam menjalani kehidupannya juga harus mengalami kehilangan demi kehilangan apalagi kehilangan orang-orang yang dikasihi atau sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Kehilangan demi kehilangan dalam kehidupan manusia seringkali membuat manusia enggan untuk menjalani kehidupannya dan mereka mulai terhenti berjalan dan bahkan meratapi diri (self pity) secara berlebihan. Jika demikian, bagaimana kita menjalani hidup ini di dalam kehilangan demi kehilangan?

Rasul Paulus menuliskan “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan; aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:13-14). Tuhan Yesus tidak pernah memanggil murid-murid-Nya untuk memiliki hidup yang stagnan. Tuhan Yesus tidak mengajak murid-murid-Nya mengikut-Nya agar mereka bisa berdiam diri dan bersantai-santai di sebuah kota. Justru, Kristus senantiasa mengajak seluruh murid-Nya untuk bergerak dan terus aktif melakukan sesuatu untuk kerajaan Allah. Tuhan ingin agar setiap kita sebagai murid-murid-Nya untuk memiliki hidup yang berjalan maju dan berdampak. Tuhan tidak ingin kita terbelenggu dengan begitu banyaknya kehilangan demi kehilangan dalam hidup kita yang membuat kita terhenti dan tidak melakukan apa-apa. Tuhan merindukan kita untuk “move on and doing something better.

Yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah apakah kita sedang berjalan maju dan melakukan sesuatu dalam hidup kita atau kita justru sedang diam diri dan tidak melakukan apa-apa? Hal apa yang menghalangi kita untuk berjalan maju? Apakah karena kehilangan demi kehilangan itu membuat kita menjadi enggan untuk berjalan maju dan melakukan sesuatu? Mungkinkah kita enggan karena merasa semua jalan seakan-akan tertutup dan kita menemukan jalan buntu dalam menjalani kehidupan kita.

Dalam kondisi pandemi saat ini, tentu semua manusia di seluruh belahan dunia saat ini hidup penuh dengan ketidakpastian dan kehilangan arah hidup. Penderitaan menerpa segala aspek kehidupan manusia saat ini akibat dari pandemi covid-19. Terlepas dari semua alasan yang

telah dituliskan ini, masih banyak alasan lainnya yang harus membuat kita terus maju apapun keadaan dan kegagalan yang pernah kita alami ketika melangkah. Seorang Jurnalis berkebangsaan Amerika bernama Germany Kent menyatakan “Your strength doesn’t come from winning. It comes from struggles and hardship. Everything that you go through prepares you for the next level.” (Engkau kuat bukan karena berhasil menang. Kekuatanmu lahir dari perjuangan dan penderitaan. Segala sesuatu yang telah engkau lalui mempersiapkan dirimu untuk menuju tingkat selanjutnya). Tuhan mau setiap anak-anak-Nya untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan ini.

Apa kehendak Tuhan bagi untuk melangkah maju dalam menjalani hidup ini sebagai anak-anak Tuhan?

Pertama, jangan fokus kepada kehilangan demi kehilangan. Kehilangan dalam hidup ini adalah keniscayaan. Pdt. Stephen Tong dalam sebuah khotbahnya mengatakan bahwa orang-orang yang masih terus terfokus kepada kehilangan demi kehilangan dalam hidupnya adalah orang-orang yang akan kehilangan sesuatu yang lebih besar lagi di masa depan. Rasul Paulus mengingatkan satu prinsip hidup yang dijalaninya yaitu “melupakan apa yang dibelakangnya dan mengarahkan diri pada apa yang di hadapanku”. Itu berarti, ia tidak mau dibelenggu terus oleh apa yang telah ia lalui yang membuat ia tidak bisa maju ke depan mengerjakan apa yang Kristus kehendaki. Ia fokus pada sesuatu yang masih mungkin diraih dalam perjalanan kehilangan di hidupnya.

Kedua, jadikanlah Firman Tuhan sebagai pedoman dan penuntun dalam setiap pengambilan keputusan. Rasul Paulus berkata “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31). Sebelum kita mengambil keputusan dalam melakukan sesuatu pada tahun ini, mari kita pikirkan secara terus menerus “Apakah keputusanku sudah sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak?” Martin Luther menyatakan “I must listen to the Gospel. It tells me not what I must do, but what Jesus Christ the Son of God has done for me.” (saya harus mendengarkan Injil. Injil bukan hanya memberitahukan apa yang harus saya lakukan tetapi apa yang Kristus sudah lakukan untuk saya teladani). Injil kebenaran Tuhan itu harus menjadi pijakan awal bagi kita untuk mengambil seluruh keputusan dalam menjalani kehidupan kita. Dalam bukunya “Christian Atheist”, Craig Groeschel mengingatkan bahwa orang Kristen sangat mungkin menjadi seorang Kristen yang ateis. Seorang yang percaya kepada Allah tetapi dalam hidup sehari-hari justru ia tidak pernah melibatkan Tuhan yang ia percayai. Marilah kita belajar bahwa apapun yang kita lakukan, segala keputusan yang kita ambil di tahun ini harus mengarah kepada satu hal, yaitu untuk menjalankan kehendak dan rencana Allah dalam hidup kita.

Ketiga, lakukan dan kerjakan apa yang masih bisa dikerjakan dalam kehidupan. Jangan fokus pada apa yang tidak bisa kita kerjakan. Ada kisah dalam Alkitab tentang seorang perempuan yang melakukan suatu tindakan yang sangat dipuji oleh Yesus (Markus 14:3-9). Perempuan itu meminyaki Yesus dengan minyak narwastu yang dimilikinya. Sangat mungkin hanya itu satu-satunya barang berharga yang dimilikinya dan hanya itu yang bisa dilakukan oleh perempuan itu sebagai bentuk kasihnya kepada Tuhan Yesus. Pada akhir kisah ini, Yesus memuji perbuatan dari perempuan itu dengan mengatakan “ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya...” (Markus 14:8). Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda masih terus fokus dengan apa yang tidak bisa dikerjakan dalam hidup ini atau belajar melihat apa yang masih bisa dikerjakan dan diusahakan? Tuhan memuji anak-anak-Nya yang terus melakukan apa yang masih dapat dilakukan dalam menjalani hidup. Kiranya Tuhan Yesus menolong setiap kita untuk melangkah maju kedepan di dalam rencana dan kehendak-Nya.*(HH)