Pemilik Segala-galanya
1 Tawarikh 29:10-19
Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.
- 1 Tawarikh 29:11
Saya terkadang membelikan jajanan kecil untuk diri saya, sekaligus anak saya, dan menyimpannya di lemari es. Kalau sedang jahil, saya suka meminta kepada anak saya jajanannya yang tinggal sedikit, “Papa minta dong susunya.” Lalu ia menyahut, “Jangan ini kan punya aku.” Kalau dipikir-pikir, pemilik sesungguhnya, bukankah saya? Saya yang membelikan jajanan tersebut, menggunakan uang saya, tetapi anak saya tetap berkata barang tersebut kepunyaannya. Ini adalah contoh sederhana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sadarkah Anda, kita juga bisa melakukan hal serupa terhadap Tuhan. Kita merasa semua yang dimiliki pada hari ini adalah kepunyaan kita karena didapatkan dari hasil kerja keras kita. Paling tidak kalau kita mengakuinya dari Tuhan, kita berpikir 50-50, sebagian hasil kerja keras kita, sebagian lagi berkat dari Tuhan. Kita memegang slogan: Do your best and let God do the rest! Usaha kita, plus berkat Tuhan.
Daud berkata kepada Tuhan bahwa Tuhanlah yang memiliki segala-galanya, baik kebesaran, kejayaan, kekayaan, kemasyhuran, keagungan, kelimpahan, kehormatan adalah punya Tuhan. Perhatikan perikop bacaan, berkali-kali Daud mengulang kata “segala-galanya”, Tuhanlah pemilik segala-galanya. Apakah Daud tidak berusaha dalam hidupnya? Tentu saja berusaha. Daud bekerja, tetapi ia melihat segala-galanya adalah milik Tuhan sehingga mengembalikan segala pujian kepada Tuhan. Bahkan saat memberikan persembahan yang begitu besar, ia berkata juga, sesungguhnya itu semua adalah milik Tuhan. Ia tidak mengatakan, “Tuhan sebagian ini adalah berkat-Mu,” melainkan berkata, “Aku ini nol saja karena semuanya adalah milik-Mu, Tuhan.” Kesadaran Daud membawanya pada ucapan syukur dan puji-pujian hanya kepada Tuhan.
Betapa bahagianya kita bahwa Tuhan adalah pemilik segala-galanya, tetapi Dia memberikan segala-galanya, yaitu hidup-Nya sendiri untuk menyelamatkan kita, supaya kita dapat memiliki Kristus yang adalah segala-galanya dalam hidup kita. Kehadiran Kristus dalam hidup kita adalah segala-galanya dan semua itu karena anugerah Tuhan, bukan karena usaha kita. Renungkanlah ini terus menerus dalam hidup, supaya kita tahu betapa besarnya Allah dan akan terus-menerus memuji Dia.
Refleksi Diri:
- Apakah ada sikap yang berubah ketika kita memandang bahwa Allah adalah pemilik segala-galanya dalam hidup kita?
- Apa yang mau Anda lakukan sebagai ucapan syukur bahwa Tuhan Yesus telah memberikan segala-galanya bagi Anda, termasuk hidup-Nya?