Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Be inclusive

1 Korintus 9:20-21

EKSPRESI PRIBADI

Sebuah buku mengatakan minuman Coca-cola bisa berkembang pesat sejak diproduksi sederhana pada awalnya sampai menjelma menjadi perusahaan raksasa, dengan produknya dikonsumsi di seluruh dunia, alasan utamanya sederhana, rasanya enak. Sedangkan banyak orang Kristen gagal untuk menjangkau orang lebih banyak lagi, alasannya pun sederhana, karena rasanya tidak enak. John Stott dalam bukunya The Radical Disciple, mengatakan "salah satu alasan utama upaya-upaya penginjilan kita sering gagal adalah orang Kristen tidak hidup seperti Kristus" Ada 2 sikap ekstrim dari diri orang Kristen yang bisa menjadi penghalang orang mendengar Injil. Pertama sikap superioritas keagamaan, memandang agama-agama lain lebih rendah (inferior), bahkan cenderung untuk menghina dan meremehkan. Kedua sikap kompromi iman, dasarnya supaya diterima dalam masyarakat atau tidak mau ada gesekan, dengan dalih menyetujui bahwa semua agama sama saja, ujung-ujungnya menyetujui keselamatan tidak hanya di dalam Yesus Kristus. Coba sharingkan, dari dua sikap tersebut apakah ada yang Anda setujui ?

EKSPLORASI FIRMAN

Rasul Paulus hidup di jaman yang bisa menjebaknya dalam superioritas keagamaan atau kompromi iman. Namun rasul Paulus mengerti akan panggilannya dan posisinya sebagai orang Kristen. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari rasul Paulus dalam perikop ini.

Pertama, dia fokus pada tujuan utamanya. Tujuan Paulus sudah sangat jelas bahwa supaya banyak orang yang dimenangkan di dalam Tuhan Yesus. Targetnya tidak terbatas, "sebanyak mungkin" dia katakan. Rasul Paulus mengerti akan kebutuhan dalam hidup manusia yang paling penting, yaitu keselamatan. Dalam hal kebutuhan keselamatan ini, masih banyak orang yang belum mengenal tentang Tuhan Yesus Kristus, maka berulang kali dia katakan kalimat yang serupa "supaya aku memenangkan…", hanya ini tujuan utamanya. Dia tidak membatasi pada sekelompok orang, tetapi pada orang Yahudi, non Yahudi, orang-orang rendahan, semuanya adalah target pemberitaan Injilnya. Tujuan utama rasul Paulus memberitakan Injil, melampaui batas-batas budaya, ras, kelas sosial.

Kedua, dia tidak mengaburkan berita Injil. Sekalipun dia masuk ke berbagai lingkungan dan kebudayaan, tetapi rasul Paulus tidak pernah mengaburkan berita Injil itu. Rasul Paulus mengatakan "bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat… Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus" Posisinya jelas, dia tidak pernah mengaburkan bahkan mengkompromikan berita Injil agar diterima di dalam pergaulan. Ada hal-hal yang Paulus lihat tidak esensial, dia menyesuaikan diri di sana. Paulus bukan memkompromikan Injil, berita Injil yang Paulus bawa itu tetap tidak berubah, tentang Tuhan Yesus Juruselamat. Adalah hal kontradiksi jika Paulus mengkompromikan berita Injil sedangkan tujuan utamanya adalah memenangkan sebanyak mungkin orang.

Ketiga, dia rela mengesampingkan kenyamanannya. Dengan jelas Rasul Paulus katakan di dalam usahanya memenangkan orang-orang yang belum percaya, dia "menjadi seperti" orang Yahudi, orang yang di bawah hukum Taurat, orang yang tidak di bawah hukum Taurat (orang-orang bukan Yahudi), orang-orang lemah (secara status sosial tidak diperhitungkan). Kata yang dipakai bukan "menjadi sama" tetapi "menjadi seperti", ini menunjukkan suatu keteguhan dan usaha dari rasul Paulus. Di bagian awal dia berkata "sungguhpun aku bebas terhadap semua orang", posisi dari awal jelas bahwa rasul Paulus mempunyai kebebasan di dalam Tuhan Yesus Kristus, untuk tidak mengikuti peraturan makanan orang Yahudi dan ketentuan lainnya (sekalipun dia sendiri Yahudi). Dia rela mengekang kebebasannya, demi orang Yahudi mendengar Injil. Selanjutnya untuk orang-orang bukan Yahudi, rasul Paulus yang adalah orang Yahudi tulen, rela menyesuaikan dengan pola hidup orang-orang bukan Yahudi yang budayanya berbeda dengan orang Yahudi (terutama dalam hal makanan). Ini bukan hal yang mudah, dia bisa saja harus menghadapi orang-orang Yahudi punya sikap anti terhadap orang-orang bukan Yahudi (Gal.2:11-14). Paulus mendorong dirinya dalam batas maksimal agar orang-orang mengenal Tuhan Yesus. Contoh yang sempurna adalah Tuhan Yesus, yang masuk ke dalam dunia, menjadi sama seperti manusia, bahkan rela menjalani hal yang terburuk untuk menyelamatkan manusia (Flp.2:1-11)

Sikap orang Kristen haruslah meneladani dari Rasul Paulus, sekalipun kita tahu bahwa Tuhan Yesus satu-satunya jalan keselamatan, itu bukan dipakai untuk merendahkan orang lain. Justru Injil itu harus dibawa dengan kasih untuk membagikannya kepada orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Perlu ada kerendahan hati dan pengorbanan untuk belajar tentang orang lain agar mereka bisa mendengar Injil. Kemudian, karena kita tahu hanya Tuhan Yesus satu-satunya jalan keselamatan, kita tidak boleh mengaburkan berita ini dengan alasan cari aman, justru kita harus teguh di dalamnya dan berusaha untuk menyaksikannya. Menjadi saksi Kristus itu tidak mudah, terkadang rumit dan membutuhkan pengorbanan, tetapi semuanya demi lebih banyak orang yang diselamatkan. [RR]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Mengapa kita harus berusaha dengan maksimal supaya orang mendengar Injil ? Berikanlah alasannya !

Penerapan

Apakah sikap Anda selama ini di dalam pergaulan sudah menjadi daya tarik orang mengenal Kristus ? Adakah sikap Anda yang harus diubah ?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.