Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Berkarya melalui jabatan (Yosia)

2 Tawarikh 34

EKSPRESI PRIBADI

"Tenang saja, jabatan itu Tuhan yang kasih…""Kami pelayan, rakyat adalah bos kami" Ini adalah kutipan-kutipan yang terlontar dari mulut mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama. Apa yang dikatakan menjadi prinsip hidupnya dalam menjalankan peran sebagai pejabat publik. Bahkan ia mengibaratkan dirinya sebagai ikan kecil Nemo di tengah Jakarta, yang akan terus menolong yang miskin dan membutuhkan. Sekalipun harus menghadapi badai tantangan yang tidak mudah, dan bahkan dilupakan, ia akan tetap melayani dengan kasih. Baginya, jabatan bukan sekadar simbol prestisius yang hanya untuk dibanggakan, ataupun menjadi simbol kekuasaan yang digunakan untuk memuaskan hawa nafsu ambisinya dengan segudang agenda pribadi. Tetapi baginya, jabatan adalah kepercayaan dan kesempatan untuk berkarya secara nyata seluas-luasnya untuk mendatangkan kebaikan bagi masyarakat luas melalui pelayanan publik yang bersih dan baik.

EKSPLORASI FIRMAN

Sekalipun terbilang muda, popularitas Yosia tidak disangsikan lagi sebagai raja yang pernah melakukan reformasi rohani bagi Yehuda. Ia memerintah selama 31 tahun dari sejak usia 8 tahun [tahun 639 SM]. Alkitab mencatat suatu progres yang dilakukan oleh Yosia untuk melakukan pembaharuan rohani, khususnya setelah usia pemerintahannya yang ke-8. Jabatan raja yang melekat dipundaknya, dengan segala pengaruh dan otoritasnya, digunakan olehnya sebagai kesempatan untuk berkarya secara nyata.

Berani berbeda dan melawan arus

Yosia hadir ditengah konteks yang kelam dan jahat. Yehuda telah melanggar perjanjian dengan Allah melalui penyembahan berhala, melakukan percabulan, dan praktik duniawi lainnya. Mereka mengaku sebagai umat Perjanjian Allah, tetapi perilaku moralitas mereka yang rusak tidak sesuai dengan pengakuanya itu. Firman Tuhan menjadi barang langka bagi mereka sejak reformasi terakhir yang dilakukan oleh Hizkia, 57 tahun silam. Akibatnya, mereka hidup berpusat pada diri mereka sendiri dan tidak memiliki pedoman untuk mengontrol serta mengevaluasi perilaku mereka. Akibatnya mereka hanyut semakin dalam ke dalam dosa-dosa terburuk tanpa menyadari bahwa mereka telah menyakiti hati Allah. Di tengah situasi demikian, Yosia yang masih berusia muda, tidak membiarkan dirinya dipengaruhi dan larut sehingga menjadi sama dengan mereka. Justru sebaliknya, ia menampilkan diri sebagai orang yang berbeda. Ia dilukiskan sebagai seorang raja yang "melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri." [ay. 2]. Hanya sedikit, raja dengan penilaian yang seperti demikian [bdk 2 Taw 14:2]. Sebagian besar mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Termasuk para pendahulunya yang merupakan kakek dan ayahnya sendiri, yaitu Manasye dan Amon [2 Taw 33:2, 22]. Manasyelah yang telah membuat situasi Yehuda menjadi buruk dengan membawa kembali penyembahan berhala yang telah dirobohkan oleh Hizkia sebelumnya. Bahkan ia mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban persembahan dan melakukan dosa-dosa lainnya [2 Taw 33:6]. Kerusakan yang melanda Yehuda sedemikian dalam dan serius hingga sulit untuk diperbaiki [ay. 17]. Malah semakin diperparah oleh Amon yang melakukan kejahatan di hadapan Allah serupa dengan ayahnya [ay. 23]. Di tengah konteks yang demikian, Yosia melakukan sebuah langkah yang berlawanan dari pendahulunya. Bak ikan hidup yang sedang melawan arus, arah hidupnya berlawanan dengan arus kehidupan yang kelam. Di usia yang ke -16, Yosia mulai mencari Allah dan melawan trend penyembahan berhala dan dosa yang saat itu dianggap normal, dengan sikap tanpa kompromi [ay.3-7]. Keberaniannya untuk berbeda bersumber dari kualitas hatinya yang berpusat kepada Allah. Maka tidak heran, jika segala keputusan yang ia ambil merupakan ekspresi ketaatannya kepada Allah [ay. 21, 29-31].

Ketidakpuasan yang melahirkan komitmen

Yosia menyadari kemerosotan rohani dan moral yang terjadi pada bangsanya. Ia tidak bisa bersikap diam dan apatis menyaksikan semuanya itu, melainkan dengan serius dan penuh komitmen, Yosia menggunakan jabatannya untuk memberikan pengaruh yang mendatangkan pembaharuan bagi bangsanya. Mengutip sebuah istilah dari Bill Hybels, sebuah pergerakan yang menjadi momentum dimulai dari adanya Holy Discontent [ketidakpuasan yang kudus]. Kisah yang terjadi pada Yosia merupakan kisah yang berulang dalam hampir di setiap gerakan reformasi yang terjadi dalam sepanjang sejarah. Gerakan reformasi biasanya dimulai dari kesadaran adanya sesuatu yang salah yang harus diperbaharui. Kesadaran yang demikian, disebutnya sebagai bentuk ketidakpuasan yang kudus. Dari sanalah lahir sebuah komitmen untuk melakukan pembaharuan dengan melawan arus serta melakukan yang benar di hadapan Allah. Inilah yang terjadi pada Yosia. Ia berjuang untuk membawa bangsanya bertobat dan kembali kepada Allah. Komitmen Yosia itu tampak jelas dari setiap yang ia lakulan, bukan semata-mata demi meraih keuntungan bagi dirinya, namun merupakan buah keseriusannya yang membuat baginya itu pantas untuk dilakukan. Atas inisiatifnya sendiri, Yosia mulai melakukan pembaharuan pada usia pemerintahannya yang ke-12, dengan menghancurkan segala sarana dan piranti untuk penyembahan berhala dalam skala yang lebih luas, yaitu menjelajahi Yehuda, Benyamin, Efraim, hingga menuju utara Naftali, di Galilea [ay. 3-7; 2 Raj 23:19-20]. Pembaharuan yang dilakukan oleh Yosia lebih luas dan lebih dalam dibandingkan pembaharuan yang dilakukan oleh raja Hizkia maupun Asa. Dan puncaknya, terjadi pada tahun ke-18 pemerintahannya, saat "kitab Taurat" ditemukan oleh Hilkia, di Bait Suci [ay. 14-15; bdk 2 Raj 22:8]. Yosia tidak bertindak atas dasar hikmat sendiri, tetapi mengikuti kehendak Allah dengan menyuruh seluruh orang yang berada di Yerusalem dan Benyamin kembali kepada perjanjian dan komitmennya dengan Tuhan, melakukan perintah-Nya dan beribadah kepada-Nya [ay. 31-33]. Yosia telah mempengaruhi Yehuda dengan firman Allah [ay. 30]. Komitmen dan keseriusan Yosia melakukan pembaharuan terjadi di sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan "Maka sepanjang hidup Yosia mereka tidak menyimpang mengikuti TUHAN, Allah nenek moyang mereka" [ay. 33b]. Tindakan Yosia telah mendatangkan kebangkitan yang melanda Yehuda dan berhasil membawa mereka kembali kepada Allah, seperti pendulum yang berayun kembali ke arah sebaliknya, menuju posisi yang semestinya [DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Bagaimana Anda menjelaskan kaitan antara jabatan dengan panggilan Tuhan di dalam mengemban misi-Nya?

Penerapan

Jabatan, posisi dan peran apa yang sedang Anda sandang saat ini, baik di keluarga, gereja, maupun tampat kerja Anda? Apa yang Anda akan lakukan secara nyata sebagai wujud Anda memberi pengaruh yang positif bagi kemuliaan Allah melalui jabatan, posisi dan peran tersebut?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.