Jesus: The Generous Giver
Yohanes 2:1-11
EKSPRESI PRIBADI
Kita seringkali membaca kisah mengenai mukjizat-mukjizat Tuhan Yesus yang menghebohkan. Mulai dari meredakan angin ribut, memberi makan 5000 orang menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati. Puncaknya adalah ketika Tuhan Yesus sendiri bangkit dari kematian dan naik ke surga. Mukjizat-mukjizat ini fungsinya adalah sebagai tanda untuk menunjukkan kuasa Tuhan Yesus atas di alam semesta ciptaan-Nya, atas sakit penyakit, dan atas kematian. Namun, tahukah Anda bahwa mukjizat pertama Tuhan Yesus adalah untuk “keep the party going” (menjaga agar pesta tetap berlangsung)?
Mukjizat pertama Tuhan Yesus terjadi di dalam sebuah perjamuan kawin di Kana. Pada masa itu, perjamuan kawin dapat berlangsung sampai satu minggu, dengan pesta dan jamuan yang tetap berlangsung. Setiap anggota keluarga besar tidak hanya bertemu, tetapi juga dilibatkan di dalam kelangsungan pesta tersebut. Keluarga Tuhan Yesus mungkin bertanggung jawab untuk jamuan, dan itulah sebabnya Maria menjadi panik ketika anggur di rumah tersebut habis. Itulah sebabnya ia datang kepada Tuhan Yesus yang adalah anak laki-lakinya yang sulung, pria tertua di dalam keluarganya (kemungkinan besar Yusuf sudah meninggal pada saat itu). Tuhan Yesus kemudian mengubah air menjadi anggur sehingga “the party going” (pesta tetap berlangsung).
Bukankah kisah ini mengingatkan kita akan hari raya Imlek, dimana kita berkumpul sebagai keluarga besar dan masing-masing bertanggung jawab membawa masakan mereka untuk disantap bersama-sama?
EKSPLORASI FIRMAN
Bilamana di dalam ketiga Injil yang lain mukjizat Tuhan Yesus disebut dunamis (secara literal berarti “kekuatan” atau “kuasa”), Injil Yohanes menyebut mukjizat Tuhan Yesus dengan istilah semeion (“tanda”). Dengan kata lain, bagi Yohanes, mukjizat-mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus adalah sebagai bukti atau tanda bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah (Yoh 20:30-31). Aneh sekali bahwa tanda pertama bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah adalah mengubah air menjadi anggur. Untuk apa Anak Allah sebegitunya peduli dengan kelangsungan sebuah pesta perkawinan?
- Tuhan Yesus Sebagai Sumber Sukacita
Berapa banyak jumlah air yang diubah Tuhan Yesus menjadi anggur? Beberapa ahli berpendapat bahwa enam tempayan yang diisi “sampai penuh” (Yoh. 2:6-7) kurang lebih sebanyak 100-150 liter. Tentu saja ini terasa sangat berlebihan. Namun, poin yang ditunjukkan di sini adalah bahwa Tuhan Yesus sebagai sumber sukacita yang akan memenuhi kita dengan sukacita-Nya (Yoh 15:11; 17:13). Pada masa itu, anggur melambangkan sukacita dan merupakan hidangan wajib di dalam pesta perkawinan. Jika anggur habis, maka tuan rumah akan terancam menjadi bahan cemoohan. Momen yang harusnya menjadi momen sukacita, malah mendatangkan rasa malu. Jadi, ketika Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur, Ia sebenarnya sedang mengembalikan sukacita itu sekaligus menyelamatkan tuan rumah dari rasa malu.
Pesan dari kisah ini adalah tanpa Dia kita tidak akan memiliki sukacita sejati. Hanya dengan memiliki-Nya kita akan merasakan sukacita yang sesungguhnya, bahkan di tengah keadaan yang sulit. Pesan ini akan makin relevan bagi orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan, khususnya bagi pembaca Injil Yohanes yang adalah orang Kristen mula-mula yang mengalami penganiayaan dan dihina karena imannya. Apa yang membuat mereka dapat bertahan dalam keadaan demikian? Tidak lain dan tidak bukan karena sukacita mereka datangnya adalah dari Tuhan Yesus, dan bukan dari hal-hal yang di luar kontrol mereka. Sukacita itu berasal dari dalam, bukan dari luar.
- Awal yang Baik, Akhir yang Lebih Baik
Begitu nikmatnya anggur dari Tuhan Yesus, sampai-sampai pemimpin pesta berkomentar, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” (Yoh. 2:10). Ini tidak hanya berlaku dalam persoalan anggur maupun pesta, tetapi dalam seluruh aspek hidup kita. Pada umumnya, apapun yang akan kita lakukan selalu bermula dengan baik. Namun selalu berujung buntung di tengah jalan, atau berakhir dengan buruk. Istilahnya adalah, “hangat-hangat tahi ayam.” Sebuah keluarga diawali dengan pernikahan dan bulan madu yang indah, namun perlahan kasih mula-mula itu hilang karena kesibukan, kehadiran anak, miskomunikasi, dan sebagainya. Sebuah bisnis yang diawali dengan penuh semangat, makin lama makin lesu karena segala tantangan yang dihadapi.
Hidup ini tidaklah mudah, ibarat treadmill yang makin lama makin menarik kita ke belakang. Tidak bisa otomatis maju tanpa perjuangan. Hanya ketika kita berusaha dan berlari sekencang-kencanganya, maka kita dapat mempertahankan posisi bahkan makin maju. Kita harus mempertahankan cinta kasih dalam pernikahan. Kita harus tetap menjaga semangat agar tidak burnout dalam dalam pekerjaan. Namun, sebagaimana stamina seorang pelari terbatas, demikian pula kita. Di dalam keadaan demikian, bagaimana kita harus bertahan?
Tuhan Yesus yang adalah Anak Allah sanggup memberi kita kekuatan untuk menjalani hari-hari tersebut. Hanya dengan Tuhan Yesus-lah kita dapat finishing well (“mengakhiri dengan baik”). Ia mengobarkan kembali semangat dalam hati kita dan membangkitkan kasih yang mula-mula. Sebagaimana ia menjadi anggur yang terkemudian lebih baik daripada yang pertama, akhir dari hal yang kita lakukan pun akan lebih baik jika kita tetap mengandalkan-Nya. (DO)
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Di dalam masa-masa yang penuh kesulitan, apa hal yang memberikan Anda sukacita? Ketika Anda berada dalam keputusasaan dan hendak menyerah, apa yang memberikan Anda semangat untuk dapat bangkit kembali dan menyelesaikan dengan baik apa yang telah Anda mulai?
Penerapan
Bagaimana cara Anda dapat mengingat bahwa Tuhan Yesus selalu hadir dalam kehidupan Anda dan menjadi sumber sukacita Anda? Selanjutnya, bagaimana Anda dapat membagikan sukacita ini bagi orang-orang di sekitar Anda?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain