Integritas seorang pemimpin
Pada masa kini banyak pemimpin yang jatuh, entah karena penggelapan uang, penyalahgunaan kekuasaan atau perselingkuhan. Hal demikian terjadi karena integritas diri sudah tidak lagi dianggap penting. John Maxwell dalam buku “Menjadi Orang Yang Berpengaruh” mengatakan “Tampaknya banyak orang memandang integritas sebagai ide yang sudah ketinggalan zaman, sesuatu yang boleh dibuang atau tidak lagi berlaku di dunia yang berpacu cepat ini.” Tidak aneh di zaman now ada orang yang melakukan korupsi tapi tidak merasa bersalah.
Bagaimana dengan para pemimpin Kristen? Apakah integritas menjadi sebuah kebutuhan atau sudah dianggap usang? Jawabannya: tentu saja tetap dibutuhkan. Integritas tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam kepemimpinan Kristen. Teladan yang diberikan Tuhan Yesus selama Ia memimpin para murid-Nya menunjukkan adanya integritas yang sejati. Demikian juga Rasul Paulus, ia menunjuk siapa dirinya dengan jelas dan nyata, tidak ada yang ditutup-tutupi. Ia bahkan berani menyatakan:”Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu” (Filipi 3:17). Pertanyaan bagi kita yang mengaku dan diakui sebagai pemimpin: “Beranikah kita menyatakan seperti yang Paulus nyatakan ‘ikutilah teladanku’?” Mungkin kita berpikir keras dan menimbang dengan hati-hati untuk menjawab pertanyaan ini karena ada kekuatiran apakah memang kita pantas menjadi teladan bagi para pengikut kita.
Integritas jadi kebutuhan & bukan pilihan dalam apa pun yg kita kerjakan. Maxwell menyatakan “Tujuh puluh satu persen dari mereka mengatakan bahwa integritas adalah kualitas yang paling dibutuhkan untuk berhasil dalam dunia bisnis.” Menurutnya, integritas bagaikan pondasi bangunan yg kokoh. Jika pondasinya kuat, maka sekuat apa pun badai datang, bangunan tetap kokoh, tapi jika pondasinya tidak kuat, ketika badai datang menghantam, bangunan pun runtuh. Demikian pula jika integritas seorang pemimpin tidak kuat, maka kala badai tekanan datang, runtuhlah kepemimpinan yg sudah dibangun.
Sekarang, apa yang dimaksud dengan integritas? Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, integritas dapat diterjemahkan “kebulatan, keutuhan atau kejujuran.” Di dalam buku “Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda,” Maxwell menyatakan bahwa integritas mematri apa yg kita katakan, pikirkan & lakukan ke dalam diri yg utuh. Jika kita berkata A, maka tindakan kita pun harus mencerminkan apa yang kita katakan. Jangan sampai kita mencerminkan gambaran tentang seorang bapak yang memarahi anaknya karena merokok sedangkan di tangannya ada rokok yang sedang mengepul. Integritas adalah satu kata satu perbuatan. Dalam buku Menjadi Orang yang Berpengaruh, Maxwell menegaskan “Integritas adalah komitmen diri pada karakter ketimbang keuntungan pribadi, pada orang ketimbang benda, pada pelayanan ketimbang kekuasaan, pada prinsip ketimbang kesenangan, pada pandangan jangka panjang ketimbang jangka pendek.”
Menurut Maxwell, ada sejumlah alasan mengapa integritas penting.
Pertama, integritas membina kepercayaan. Seorang pemimpin yang berintegritas akan mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya.
Kedua, integritas punya nilai pengaruh tinggi. Bukan apa yang kita katakan berpengaruh terhadap orang lain, tetapi apa yang kita lakukan lebih berpengaruh kepada orang lain.
Ketiga, integritas memudahkan standar tinggi. Seorang pemimpin yang berintegritas dapat memikul tanggung jawab lebih daripada para pengikutnya.
Keempat, integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra. Citra dapat membuat kita memanipulasi diri kita supaya kelihatan baik, tetapi integritas menyatakan diri kita yang sesungguhnya.
Kelima, integritas berarti menghayatinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Seorang pemimpin yang berintegritas lebih mementingkan proses daripada hasil.
Keenam, integritas membantu seorang pemimpin dipercaya, bukan hanya pintar. Pemimpin yg berhasil tidak harus memerlukan kecakapan dan kepintaran yang luar biasa tetapi mengharuskan integritas di dalam hidupnya.
Terakhir, integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah. Integritas mencerminkan disiplin diri, keyakinan batin, dan keputusan untuk jujur sepenuhnya dalam segala situasi di dalam kehidupan kita.
Integritas bukan sesuatu yang dapat dengan mudah dibangun karena membutuhkan usaha sepanjang hidup. Kita tidak bisa mengatakan “oke, saya harus memiliki integritas” dan dengan sekejap kita menjadi orang yang berintegritas. Kuncinya adalah bagaimana kita memiliki hati yang jujur, tulus dan benar. Di dalam 1 Raja-raja 9:4-5, ketika Raja Salomo baru selesai mendirikan rumah TUHAN (Bait Allah) dan istana raja, TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berkata: “Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku, maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan berkata: Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.” Ayat-ayat ini menyatakan bahwa integritas dimiliki jika kita hidup dekat dengan Allah dan melakukan kehendak-Nya. Walaupun Daud pernah melakukan kesalahan, ia tetap seorang pemimpin yang terus dijadikan model para penerusnya karena Daud hidup “dengan tulus hati dan dengan benar.” Bagaimana ini bisa terjadi? Tentu karena Daud hidup dekat dengan Tuhan dan takut akan Tuhan. Dengan demikian, integritas seorang pemimpin tidak dapat dilepaskan dari kerohaniannya.
Jerry Bridges menyatakan bahwa supaya seorang pemimpin kuat melawan godaan, ia perlu minta Tuhan untuk membuatnya selalu dekat dengan Dia dan memberi hati yang mudah dibentuk. Jika pikiran kita sudah mulai melenceng, atau kita mulai berdalih untuk membenarkan dosa, kita ingin Tuhan menegur dan membuat kita kembali dekat pada-Nya. Tanpa kedisiplinan semacam ini, hidup kita akan hancur. Bridges mengatakan:v“Jika kita menyepelekan hal-hal kecil, hal-hal besar akan mengganyang kita - bahkan mungkin menghancurkan hidup kita yang sebenarnya bisa menjadi kesaksian sekaligus merusak hubungan kita dengan Tuhan.”
Setelah kita memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, maka kita juga perlu mengembangkan kualitas integritas seperti yang diutarakan oleh Maxwell. Kualitas integritas tersebut adalah teladankan karakter yang konsisten, gunakan komunikasi yang jujur, hargai keterusterangan, teladankan kerendahan hati, perlihatkan dukungan kepada orang lain, penuhi janji anda, miliki sikap melayani dan doronglah partisipasi dua arah dengan orang yang anda pengaruhi. Kualitas integritas ini biarlah menjadi buah-buah yang nyata dari kehidupan kita sebagai pemimpin yang dekat dengan Tuhan seperti penulis Injil Lukas katakan “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya” (Lukas 4:43-45). Karena itu, di mana pun kita berada, bersama dengan siapa pun kita atau dalam situasi apa pun yang kita alami, mari hidup dengan integritas, tetap konsisten berdasarkan prinsip-prinsip Firman Tuhan.