Perjanjian Allah dengan umat Nya
Perjanjian atau “Covenant” dalam bahasa Ibrani berith berarti persetujuan, kontrak atau kesepakatan antara dua pihak baik yang sederajat atau pun yang tidak sederajat (seperti perjanjian antara tuan dan hamba). Dalam Perjanjian Lama banyak sekali cerita mengenai perjanjian, atau kesepakatan antara Allah dengan umat-Nya. Ada perjanjian dengan Nuh (Kej. 9:8), dimana Allah berjanji tidak akan pernah menghukum manusia dengan air bah lagi. Ada perjanjian dengan Abraham (Kej. 17:8), yang dimeteraikan dengan penyunatan (Kej. 17:23); kemudian ada Perjanjian Musa dan Israel, Perjanjian Daud, dsb. Teologi Kovenan dimulai dengan Allah yang berinisiatif membuat kovenan kerja dengan Adam, menjanjikan hidup kekal bagi yang taat dan kematian bagi mereka yang tidak taat. Adam gagal, dan kematian memasuki kehidupan umat manusia. Namun Allah bertindak untuk menyelesaikan dilema manusia dengan memberikan kovenan anugerah, dimana melaluinya masalah dosa dan kematian dapat diselesaikan melalui Kristus yang berinkarnasi dan menjadi tebusan di atas kayu salib.
Perjanjian Allah dengan Abraham (Covenant Abrahamic)
Allah memulai Perjanjian dengan Abraham melalui kisah di Kejadian 12:1-3 dimana perjanjian itu merupakan kovenan tak bersyarat; bahwa tidak ada persyaratan yang melekat pada kovenan itu (tidak ada indikasi kata “jika” yang menunjukkan bahwa penggenapan kovenan itu menuntut suatu syarat atau bergantung pada manusia). Kovenan ini juga merupakan kovenan literal; artinya janji-janji yang disampaikan harus dipahami secara hurufiah atau literal. Allah memberikan tanah (Kej. 13:14-17), benih harus diterima sebagai keturunan sebab Allah memberikan banyak keturunan (22:17; 49:3-28; 17:1), dan berkat adalah berkat baik secara jasmani dan juga rohani (Kej 13:8, 18; 14:22, 23; 21:22). Kovenan itu bersifat kekal. Janji-janji yang Allah buat dengan Abraham bahkan dengan bangsa Israel adalah kekal, baik dalam ruang lingkup personal, nasional, bahkan universal bagi seluruh dunia. Perjanjian yang bersifat kekal tersebut dinyatakan melalui wahyu Allah dengan progresif (bukan dalam arti menambah; melainkan semakin memperjelas dan mempertegas); kita bisa melihatnya dari perjanjian dengan Ishak (21:12; 26:3-4), Yakub (28:14-15), maupun tokoh Alkitab lainnya.
Kejadian 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (ITB). Ayat ini adalah sebuah perintah agar Abraham meninggalkan tanah Ur-Kasdim (Neh. 9:7; Kis. 7:2) dan ini adalah keputusan iman; sebuah keputusan iman dari tindakan yang berani berkorban bagi Allah, bukan tindakan yang sembrono yang didasari oleh sebuah perasaan. Abraham tentu mengalami pergumulan karena perintah itu menuntut keputusan bahwa Abraham harus meninggalkan hubungan yang begitu dekat dan penuh kasih dengan kaum keluarganya; Ia harus meninggalkan negeri dan keluarga besarnya, memisahkan diri dari semua yang mengasihi dan yang melindungi nya, serta hanya menyerahkan diri kepada Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa semuanya hanya mampu dilakukan Abraham hanya karena Iman. Iman adalah ketaatan, sebuah penyerahan diri secara total kepada Allah dengan tidak menanyakan apa yang menjadi penyebabnya, dengan tidak ada kesangsian pada Allah. Abraham pergi, oleh karena Allah yang mengatakannya. Jika Allah yang mengatakannya, maka Allah lah yang pasti menolong dan memberkati; kita sebagai anak Allah hanya perlu taat dan menuruti segala perintah-Nya. Frase “ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” menunjukkan bahwa Abraham akan mengetahui negeri perjanjian tersebut hanya jika Ia mengikuti perintah Tuhan, dan ia melakukannya dengan Iman.
Kejadian 12:2 “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Dalam ayat ini sangat terlihat bahwa Allah memiliki rencana dan kehendak kepada Abraham. Kehendak Allah tersebut dinyatakan pada pernyataan “Aku akan...”; dikatakan bahwa Allah akan membuat Abraham menjadi bangsa yang besar, Allah akan memberkati Abraham, Allah akan membuat nama Abraham dikenal oleh segala bangsa, dan Allah akan menjadikan Abraham sebagai berkat bagi bangsa lain. Itu semua merupakan tanda dari komitmen Allah yang tanpa syarat walaupun Allah tidak menjelaskan dengan spesifik bagaimana Dia akan menyelesaikan atau mengerjakan janji-Nya. Tetapi kita bisa melihat bahwa disepanjang kehidupannya Abraham diberkati Tuhan, bahkan ketika tindakannya tidak berkenan, Allah akan menunjukkan kemurahan/kebaikan-Nya kepada Abraham, nama besar Abraham akan selalu diingat dalam setiap generasi. Dia tidak hanya diberkati, dia juga menjadi sebuah saluran yang mana berkat Allah bisa mengalir terus-menerus kepada orang lain. Allah menyampaikan kehendak dan rencana dalam perjanjian-Nya bahwa Dia akan terus menerus memberkati Abraham dengan berkat yang kekal.
Kejadian 12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Perjanjian Allah ini sekaligus menjadi jaminan bahwa Allah akan memberkati dan memelihara kehidupan Abraham. Allah secara pribadi akan berintervensi, untuk membantu atau menolong Abraham dengan berkat-berkat dan akan membalas setiap kesukaran atau gangguan kepada siapa pun yang melakukan hal tersebut kepada Abraham. Perjanjian ini memberikan ketenangan bagi hidup Abraham sebab dalam perjalanan Abraham menjalankan rencana Allah, akan mendapati kesulitan demi kesulitan yang datang dari berbagai orang; tetapi janji Allah ini adalah kekuatan karena Allah tidak pernah meninggalkan Abraham, bahkan akan selalu menolong dan memberkati. Pada akhirnya puncak dari janji Allah terletak pada sebuah benih yang akan menjadi fokus pengharapan bagi dunia dari satu benih yang spesial yaitu Mesias, yang akan membawa semua bangsa kepada Allah. Dan Janji Mesias itu telah dengan sempurna digenapi melalui kehadiran Tuhan Yesus dan karya-Nya di dunia.
Kita harus bersyukur karena kita memiliki Allah yang tidak pernah berubah, dari dahulu hingga sekarang ini bahkan sampai selamanya. Dan Allah yang sama tersebut adalah Allah yang setia dengan perjanjian-Nya kepada umat-Nya. Ia telah berjanji bahwa Ia akan selalu memberkati umat-Nya, akan selalu menolong setiap umat-Nya yang mengalami kesulitan hidup. Kita tidak perlu meragukan Allah, sebab dalam sejarah mulai dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, hingga saat ini Allah bekerja secara nyata dalam hidup kita. Bahkan berkat yang terutama yaitu Tuhan Yesus telah diberikan kepada umat manusia untuk membawa keselamatan umat-Nya. Seperti Abraham yang telah menjalankan perjanjian bersama Allah dalam ketaatan Iman yang total, kita pun juga harus memberikan ketaatan Iman yang total kepada Allah. [KL]