Bagikan artikel ini :

Kebenaran Yang Mendatangkan Keberanian

Kebenaran yang Selamanya Benar

Sesuatu yang disebut sebagai kebenaran adalah sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh seluruh manusia. Kebenaran adalah kebenaran pada dirinya sendiri, tidak tergantung pada perilaku orang yang mengatakannya. Kebenaran adalah benar pada dirinya sehingga tidak membutuhkan dukungan dari siapapun supaya menjadi benar. Kebenaran menjadi sebuah standar penting yang menentukan banyak hal di dalam kehidupan umat manusia. Tanpa kebenaran, manusia akan hidup di dalam ketidakpastian dalam banyak hal dan bahkan manusia kehilangan arah dalam menjalankan kehidupan yang seharusnya dijalani.

Di dalam praktiknya, akhirnya kita dapat melihat bahwa manusia seringkali melakukan kebenaran itu berdasarkan kebenaran mereka sendiri (subjektif) dan mengabaikan kebenaran yang mutlak (objektif). Manusia cenderung melakukan kebenaran mereka sendiri tanpa peduli terhadap kebenaran yang objektif karena manusia terbiasa menilai dan melakukan segala sesuatunya berdasarkan kehendak dan kemauan pribadi. Yang berbahaya adalah ketika kebenaran subjektif itu kemudian dijadikan kebenaran objektif sehingga akhirnya kebenaran yang sebenarnya kemudian bergeser dari tempatnya dan digantikan oleh kebenaran pribadi. Dalam kehidupan sebagai seorang Kristen, Alkitab menyatakan bahwa kebenaran sifatnya adalah mutlak dan tidak mungkin bersifat subjektif dan relatif.

Alkitab disebut sebagai sumber kebenaran mutlak tertinggi yang menjadi pedomanbagi orang percaya dalam menjalani kehidupan. Di dalam pandangan reformed, ada tiga karakteristik penting dalam Alkitab.Pertama, Alkitab itu tidak mungkin bersalah (infallible) yang berarti bahwa segala sesuatu yang dinyatakan oleh Alkitab itu benar adanya dan tidak mengandung kesalahan. Kedua, Alkitab bersifat jelas (clear) yang berarti bahwa alkitab ditulis sedemikian rupa, sehingga orang awam pun bisa memahaminya dengan mudah. Ketiga, Alkitab bersifat cukup (sufficient) yang berarti bahwa kecukupan Alkitab memampukan kita untuk mengenal seluruh kehendak Allah melalui satu buku itu, yaitu Alkitab. Inilah yang membuat Alkitab sangat layak disebut sebagai kebenaran bagi orang-orang Kristen.

Kebenaran yang Ditolak

Kita hidup di dalam kondisi dunia yang tidak menyukai kebenaran yang mutlak. Kebenaran akhirnya menjadi sangat relatif karena semua manusia ingin memakai kebenaran menurut versi mereka masing-masing. Dalam gaya hidup masa kini, kita mengenal yang disebut dengan gaslighting yang berarti bentuk manipulasi psikologis yang dibuat oleh seseorang agar korban meragukan kebenaran dan menyalahkan dirinya sendiri. Yang paling berbahaya dari orang yang melakukan ini adalah akhirnya mereka tidak mau kebenaran itu dan berusaha menggantikan kebenaran mutlak itu menjadi kebenaran-kebenaran menurut pemikiran mereka sendiri. Salah satu tindakan yang paling sering dilakukan oleh orang-orang pada masa kini adalah playing victim (yang salah menjadi yang teraniaya). Playing victim ini menjadi sebuah toleransi dari manusia yang melakukannya untuk menolak kebenaran yang sebenarnya. Pada dasarnya manusia selalu ingin benar dan bahkan walaupun dalam kesalahan, manusia tetap ingin benar. Kebenaran yang dipakai jelas bukanlah kebenaran mutlak melainkan kebenaran subjektif dari pribadi yang cenderung jauh dari kebenaran. Dalam posisi ini, manusia sebenarnya sedang menolak kebenaran yang sesungguhnya dan menjadikan diri mereka sendiri menjadi kebenaran.

Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa cenderung tidak menyukai kebenaran. Kebenaran akan selalu menjadi oposisi dari dosa karena kebenaran membongkar seluruh dosa yang dilakukan oleh manusia dalam skala yang kecil maupun skala yang lebih besar.Kebenaran akan selalu berbeda arah dengan keberdosaan manusia sehingga inilah yang seringkali membuat manusia tidak menyukai kebenaran itu sendiri.Kecenderungan manusia yang lebih menyukai dosa dibandingkan kebenaran akan membawa manusia selalu berada di posisi lawan dari kebenaran itu sendiri. Namun yang menarik adalah seberapapun usaha manusia menolak dan menyingkirkan kebenaran, pada akhirnya kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri dan akan mengungkapkan mana yang benar dan mana yang salah. Kebenaran yang walaupun tidak dirindukan oleh manusia, namun jauh dari dalam hati manusia sebagai ciptaan dari Allah sangat merindukan kebenaran Allah sendiri yang mengisi hidup manusia itu.

Kebenaran yang Membawa Keberanian

Ada sebuah pepatah yang menyatakan bahwa “diam itu emas” dan mungkin banyak diantara kita yang telah melakukannya di dalam hidup ini supaya tidak terjadi pertengkaran, kesalahpahaman, dan perselisihan yang tidak perlu akibat dari terlalu banyaknya berbicara. Seperti kita ketahui bahwa memang di dalam banyak berbicara, maka kemungkinan untuk menyatakan kesalahan lebih besar dan banyak. Sebagian manusia akhirnya memilih untuk diam dalam banyak hal ketika menjalani kehidupan mereka. Diam kadang merupakan sikap yang bijak mengingat kecenderungan kita berkata-kata jahat dalam kehidupan keseharian kita sangat besar. Diam secara eksplisit sangat bagus untuk mengambil posisi netral dalam kehidupan ini. Namun tidak selamanya sikap diam itu baik adanya apalagi ketika berbicara tentang menyatakan kebenaran yang mutlak.

Di dalam pengertian yang lebih mendalam kita dapat melihat bahwa diam juga berarti tidak berbuat apa-apa atau bersifat pasif. Sikap ini tentu merupakan sebuah sikap yang sangat bertolak belakang dengan prinsip dari kebenaran. Dalam kehidupan ini, banyak pelanggaran dan kesalahan serta ketidakbenaran yang dibiarkan terjadi karena banyak orang Kristen yang diam dan tidak berani menyatakan sikapnya akan kebenaran. Sebagai seorang Kristen, kita dipanggil untuk menghidupi kebenaran, menyuarakan dan menyatakan kebenaran serta melakukan kebenaran dalam kehidupan kita. Kebenaran yang kita ketahui dalam Alkitab akan membawa kita kepada tahap ingin selalu menghidupi kebenaran itu dan pada akhirnya kebenaran itu akan membawa kita berani menyatakannya di tengah dunia yang sedang menjauh dari kebenaran Tuhan. Bersandar kepada kekuatan Roh Kudus yang bekerja melalui kita dan yang akan memampukan kita berani menyatakan kebenaran melalui perkataan dan perbuatan kita. David Kinnaman menyatakan “may we be the kind of good faith Christians who shape the future by asking the right questions and then confronting what is wrong, clarifying what is confused, celebrating what is good and creating what the world is missing” (biarlah kita menjadi orang Kristen yang terus mencari kebenaran dan melawan yang salah, menjelaskan apa yang membingungkan dan merayakan kebaikan itu dalam hidup kita serta menciptakan kebenaran yang selama ini dunia telah jauh). **HH