Gambar Allah Yang Hidup
Kejadian 1:26-28
Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
- Mazmur 8:4-6
Pada tahun 2018, seorang siswa remaja berinisial S direkam oleh teman-temannya sedang memegang potret Presiden Joko Widodo sambil melemparkan ancaman kepadanya. Polisi dan warganet spontan bereaksi terhadap video tersebut karena ancaman yang diucapkan oleh S bernada serius. Mengapa kasus ini menjadi heboh? Potret presiden—yang juga digantung di sekolah-sekolah—adalah lambang kekuasaan dari presiden. Penghinaan terhadap potret seseorang secara tidak langsung juga mengarah kepada orang yang bersangkutan. Hal serupa juga berlaku pada manusia sebagai gambar Allah yang hidup. Jika demikian, apa pentingnya pengertian yang benar atas identitas manusia dalam kehidupan?
Pertama, keberadaan manusia berharga karena dicipta untuk menjadi perwakilan Allah di dalam dunia. Hal ini dapat terlihat ketika penulis kitab Kejadian memakai kata “gambar dan rupa” untuk menceritakan penciptaan manusia. Para raja pada kerajaan kuno akan mendirikan patung-patung yang sesuai dengan “gambar dan rupa” mereka untuk menandai daerah kekuasaannya. Salah satu tujuan manusia diciptakan adalah untuk menjadi perwakilan Allah yang memelihara dunia ciptaan-Nya. Allah juga menunjukkan keberhargaan manusia dalam firman-Nya kepada Nuh (lih. Kej. 9:5-6).
Kedua, manusia diciptakan dengan sebuah mandat dan tujuan. Allah dengan jelas mengatakan bahwa manusia harus memenuhi bumi, menaklukkannya, dan berkuasa atasnya (ay. 28). Manusia diciptakan untuk mengolah sumber daya yang ada di bumi sehingga dapat menyejahterakan mereka. Namun, sebagai representasi Allah, manusia tidak boleh mengeksploitasi dunia ciptaan, tetapi mengelola dengan tanggung jawab dan perhatian seperti yang Allah maksudkan.
Sebagai manusia, kita dicipta memiliki mandat dan tujuan dalam hidup. Sayangnya, semua itu rusak karena dosa sehingga manusia sering merasa tidak bermakna dan kehilangan arah dalam hidup. Kondisi keberdosaan manusia ini berubah karena Yesus mati bagi orang berdosa. Karya-Nya membereskan masalah terbesar manusia, yaitu dosa, dan membuat manusia menjadi ciptaan baru yang memiliki panggilan dari Allah (Ef. 2:8-10). Jika Anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, sadarilah nilai diri Anda di dalam-Nya dan temukan panggilan Anda sebagai ciptaan yang baru.
Refleksi Diri:
- Bagaimana Anda melihat diri Anda sebagai gambar dan rupa Allah?
- Apakah Anda sudah mengenali mandat dan tujuan dalam hidup Anda? Apakah sudah sesuai dengan panggilan Allah terhadap Anda?