Bagikan artikel ini :

Tanpa Tawar Menawar

Kejadian 12:1-9

Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; 

- Kejadian 12:4-5a

Jika berbelanja di pasar, kita mudah tergoda untuk menawar agar mendapatkan barang bagus dan banyak dengan harga terbaik alias paling murah. Intinya, kita menawar untuk mendapat untung. Dalam hal meresponi panggilan Tuhan, seseorang kadang tawar-menawar dengan Tuhan, mempertimbangkan apa keuntungannya kalau menjalani panggilan tersebut.

Mari kita lihat bagaimana Abram meresponi panggilan Tuhan. Apakah dengan tawar-menawar? Ayat emas menyampaikan bahwa saat dipanggil Tuhan, Abram segera pergi. Ia pergi bukan dengan persiapan untuk kembali. Abram bisa saja membawa sedikit barang, pergi sendirian terlebih dahulu. Lalu jika keadaan OK, ia kembali menjemput Sarai. Namun, firman Tuhan mengatakan Abram sungguh pergi dengan tidak memandang ke belakang. 

Ia benar-benar pindahan seperti yang Tuhan perintahkan kepadanya. Bersama rombongan besar Abram bergerak, melangkah dengan iman kepada Tuhan. Ia percaya akan janji Tuhan dan pergi meninggalkan yang harus ditinggalkannya, menuju tempat yang Tuhan sudah tentukan.

 Abram pergi dengan tidak mengetahui banyak detail mengenai apa yang akan terjadi nanti. Perkataan Tuhan menjadi pegangannya. Ia sangat percaya kepada Tuhan, taat sepenuhnya. Panggilan Tuhan untuk menjadi berkat harus diresponi dengan ketaatan. Kita bisa menikmati berkat dari Kristus karena ketaatan-Nya sampai mati di kayu salib. Banyak yang bisa menghalangi Yesus naik ke atas kayu salib. Godaan iblis, suara-suara dari para murid yang menghalangi-Nya, juga suara-suara orang banyak. Namun, Kristus tetap taat supaya kita juga bisa hidup dalam ketaatan.

Mana yang lebih kita sukai? Menantikan berkat atau menjadi berkat? Berkat terbesar sudah diberikan Yesus. Seharusnya kita bukan menantikan berkat, tetapi menjadi berkat. 

Keselamatan dari Tuhan Yesus terlalu ajaib buat kita. Pahamilah ini. Kita tidak akan pernah bisa menolak panggilan Juruselamat yang sudah menyelamatkan kita. Kita seharusnya hidup sesuai dengan rancangan dan panggilan Tuhan. Amat disayangkan jika kita hidup mencari tujuan lain, bukannya hidup sesuai tujuan Tuhan.

Refleksi Diri:

  • Apa sikap yang Anda seringkali ambil dalam hidup: ikut panggilan Tuhan atau hanya memikirkan kenyamanan diri?
  • Mengapa panggilan Tuhan harus dijalani tanpa tawar menawar? Apakah Anda sudah taat sepenuhnya?