Bagikan artikel ini :

Guard the Sanctity of Life & Marriage (Jagalah Kekudusan Hidup dan Pernikahan)

Ibrani 13:4; Kej. 39:10-12

EKSPRESI PRIBADI

Menjaga kekudusan menjadi sebuah tema penting di dalam kehidupan pernikahan dan bahkan menjadi tema penting di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Tetapi dewasa ini, kita hidup di tengah masyarakat yang sering kali mengaburkan batas-batas antara yang benar dan yang salah. Nilai-nilai duniawi berusaha menggantikan standar kekudusan yang Tuhan tetapkan bagi umat-Nya, khususnya dalam hal kehidupan pribadi dan pernikahan. Bagi banyak orang, pernikahan bukan lagi dianggap sebagai komitmen yang sakral, melainkan sering dilihat sebagai sesuatu yang bisa dinegosiasikan sesuai kenyamanan atau tren zaman. Seakan isu tentang menjaga kekudusan dalam sebuah pernikahan menjadi sesuatu yang tidak terlalu penting. Bagaimana menurut Anda? Apakah di dalam keluarga Anda kekudusan masih menjadi nilai yang penting yang harus dipertahankan?

EKSPLORASI FIRMAN

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup berbeda — hidup yang menjaga kekudusan, baik dalam tindakan pribadi maupun dalam hubungan suami istri. Ibrani 13:4 berkata, "Hendaklah kamu semua menghormati perkawinan dan janganlah mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang cabul dan orang-orang berzinah akan dihakimi Allah." Kita harus kembali memahami konsep pernikahan yang diinsiasi oleh Allah. Pernikahan adalah sesuatu yang kudus di mata Tuhan, dan sebagai umat yang hidup di dalam terang Kristus, Kita harus dapat memahami bahwa menjaga kekudusan dalam pernikahan dan dalam hidup kita secara umum bukanlah pilihan, melainkan sebuah panggilan dari Tuhan.

Karena itu, dengan segala dinamikanya, godaan untuk menyimpang dari kekudusan dalam pernikahan yang semakin banyak. Mulai dari media sosial, budaya hookup, hingga pandangan permisif terhadap hubungan di luar nikah. Ibrani 13:4 menegaskan pentingnya menjaga kehormatan pernikahan dan tidak mencemarkan tempat tidur.

"Hendaklah kamu semua menghormati perkawinan," Frasa ini merupakan seruan untuk menghormati dan memuliakan pernikahan. Di zaman penulisan surat ini, baik dalam budaya Yahudi maupun Romawi, pernikahan merupakan lembaga yang dihormati, tetapi tetap menghadapi ancaman degradasi moral, seperti percabulan dan perzinahan. Pernikahan dianggap sebagai institusi yang kudus dan diciptakan oleh Tuhan sejak awal mula penciptaan (Kej. 2:24). Dalam perspektif Kristen, pernikahan bukan hanya tentang komitmen antara suami dan istri, tetapi juga merupakan refleksi dari hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya (Ef. 5:22-33). Menghormati pernikahan berarti memahami bahwa ini adalah institusi yang harus dijaga kemurniannya, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Artinya, pernikahan harus dihormati oleh semua orang, baik yang sudah menikah maupun yang belum.

"Dan janganlah mencemarkan tempat tidur": "Tempat tidur" di sini merupakan simbol untuk hubungan seksual dalam pernikahan. Penulis secara khusus menekankan pentingnya menjaga kesucian dalam hubungan suami istri. Dalam pandangan alkitabiah, hubungan seksual adalah sesuatu yang suci dan indah, tetapi hanya dalam konteks pernikahan. Ketika dilakukan di luar pernikahan, itu mencemari kesucian pernikahan itu sendiri. "Mencemarkan tempat tidur" dapat terjadi melalui berbagai bentuk pelanggaran seksual, seperti perzinahan, percabulan, atau seperti pornografi atau fantasi seksual yang tidak kudus. "Sebab orang-orang cabul dan orang-orang berzinah akan dihakimi Allah" Penulis memperingatkan bahwa Allah adalah hakim yang adil, yang akan menghukum dosa-dosa ini. Di sini penulis ingin menekankan bahwa dosa-dosa seksual bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Meski dunia modern mungkin menoleransi atau bahkan merayakan kebebasan seksual, Firman Tuhan tetap memandang dosa-dosa ini serius dan akan memberikan penghakiman.

Jika kita melihat di dalam kisah di Alkitab, tindakan Yusuf yang dicatat di dalam Kejadian 39:10-12 menjadi tindakan yang radikal di dalam menjaga kekudusan hidupnya, walaupun di dalam godaan. Kisah Yusuf dengan istri Potifar menunjukkan bagaimana ia memilih lari dari godaan daripada menyerah pada dosa. Yusuf bukan hanya menolak secara verbal, tetapi ia secara fisik menjauh dari dosa tersebut. Godaan dalam hidup modern mungkin tidak datang dalam bentuk yang sama seperti yang dialami Yusuf, tetapi kita menghadapi godaan digital, emosi yang tidak terkendali, dan kompromi yang sering tampak "kecil" namun berdampak besar. Bagi Yusuf, menjaga kekudusan bukan hanya soal hubungan dengan manusia, tetapi juga soal menghormati Tuhan. Hal yang sama berlaku dalam pernikahan. Kekudusan dalam pernikahan berarti menghormati komitmen kita kepada pasangan dan Tuhan sekaligus.

Salah satu kunci menjaga kekudusan dalam pernikahan adalah membangun komunikasi yang sehat dan terbuka. Di zaman modern, komunikasi yang baik menjadi lebih penting dari sebelumnya, terutama karena banyaknya gangguan teknologi. Pasangan perlu saling berbicara tentang perasaan, godaan, dan kesulitan yang mereka hadapi. Dengan saling terbuka, kita bisa saling mendukung dalam menjaga kekudusan hubungan.

Selain itu, menetapkan batasan yang jelas dalam pergaulan sangat penting untuk menjaga kekudusan pernikahan.

Menjaga kekudusan dalam pernikahan bukanlah tugas yang mudah di zaman ini, terutama di tengah godaan dunia modern yang terus meningkat. Namun, dengan kekuatan dari Tuhan dan komitmen yang sungguh-sungguh, kita dapat menjalani pernikahan yang memuliakan Tuhan.  (SA)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana Anda melihat kekudusan dalam pernikahan dewasa ini?

Penerapan

Langkah-langkah radikal seperti apa yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kemurnian dan kesetiaan, seperti halnya dilakukan oleh Yusuf?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.