Bagikan artikel ini :

He is able [Dia mampu]

Mazmur 121

EKSPRESI PRIBADI

Seorang anak sedang mendorong sebuah batu yang berukuran lebih besar dari dirinya. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong batu tersebut. Namun hasil nihil. Batu itu tetap bergeming tanpa berubah posisi sedikitpun. Akhirnya, sang ayah yang ada bersamanya itu berkata, "Gimana, apakah masih bisa?" Lalu anak itu menjawab, "Saya sudah mengerahkan seluruh kekuatan saya dan saya tidak bisa!" "Kamu belum mengerahkan seluruh kekuatanmu, sebab kamu tidak mengandalkan saya!" Balas sang ayah.

Kita mengimani dan menyadari bahwa Allah dapat diandalkan dalam memberikan pertolongan pada saat kita menghadapi situasi sulit. Ia tidak terbatas sehingga sanggup melakukan apapun yang menurut manusia mustahil untuk dilakukan. Namun pada kenyataannya, dalam ranah kehidupan sehari-hari, kerapkali kita lebih mengandalkan kekuatan sendiri. Apakah Anda memiliki pengalaman tersebut?

EKSPLORASI FIRMAN

Mazmur 121 merupakan mazmur ziarah (Mzm 120-134). Biasanya Mazmur ini dinyanyikan pada saat umat Israel melakukan perjalanan religius menuju Yerusalem untuk beribadah dan menyembah TUHAN di Bait-Nya yang kudus. Perjalanan ziarah bukanlah perjalanan yang mudah. Jalan yang berbatu-batu dan penuh rintangan sebagai jalan utama yang harus dilalui oleh para peziarah. Gunung, bukit, lembah, padang gurun yang tandus menjadi pemandangan yg selalu menghiasi perjalanan mereka. Tidak luput pula, pelbagai ancaman dan bahaya, baik jalan-jalan setapak yang sempit di atas tebing dengan jurang terjal yang menganga di setiap sisinya, binatang buas yang selalu menantikan kehadiran mangsanya, dinginnya udara malam, panasnya sengat terik matahari dan ancaman dari para penyamun, menjadi bagian dari perjalanan mereka. Di tengah situasi demikian, pemazmur mengatakan "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, darimanakah akan datang pertolonganku?" (ay. 1). Pemazmur menyadari bahwa dirinya ada dalam ketidakberdayaan ketika menghadapi ancaman, kesulitan dan tekanan yang menjulang tampak lebih besar dari dirinya. Ia membutuhkan pertolongan, yang tentunya tidak dapat bersumber dari dirinya dan dari siapapun selain dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi (ay. 2; Mzm 46:1). Ia jauh lebih besar dari gunung dan apapun. Tidak ada yang dapat melampaui-Nya sehingga Ia tidak bisa mengatasinya. Maka pada TUHANlah sumber pertolongan itu berasal. Pada sisi lain, ketika pemazmur berkata "pertolonganku ialah dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi." Berarti ia meletakkan seluruh kehidupannya kepada TUHAN yang sanggup menopang hidupnya dan memberikan gairah. Tidak ada jaminan yang pasti selain hanya ada pada Tuhan.

Tuhan memelihara hidup seutuhnya (ay. 3-7)

Pemazmur melukiskan TUHAN sebagai penjaga kehidupan (ay. 5, shamar = the keeper). Ia hendak menegaskan bahwa Tuhan pencipta langit dan bumi itu adalah Tuhan yang sepanjang sejarah terus-menerus mengendalikan dan memelihara kehidupan umat-Nya. Dia bukan Tuhan yang nan jauh dari dinamika realitas hidup dan bersikap apatis. Sebaliknya, Ia adalah Tuhan yang berinisiatif untuk mendekat masuk ke dalam realitas kehidupan dan berkomitmen memelihara umat-Nya.

Pemeliharaan Tuhan dinyatakan dengan menjaga kehidupan umat-Nya, "Ia takkan membiarkan kakimu goyah" (ay.3). Sebagaimana jalan yang harus dilalui peziarah sangatlah berbahaya ketika ia melewati gunung dengan jalan yang sempit, di sampingnya terdapat jurang yang dalam. Ketika kakinya terpeleset sedikit saja akan berakibat fatal. Demikian pula Tuhan akan menjaga kita agar hidup kita yang tidak steril dari persoalan tidak tergelincir hingga jatuh dan hancur (bdk. Mzm 37:23-24). Ada invisible hand yang selalu menopang kehidupan kita. Tangan kasih-Nya selalu terulur di saat kita sedang diperhadapkan dengan masalah dan tantangan. Oleh sebab itu, biarlah dengan penuh iman kita selalu memegang tangan-Nya yang dengan penuh komitmen memegang tangan kita. Kita ungkapkan iman itu melalui komitmen membangun hidup berdasarkan ketaatan terhadap firman Allah dan kebergantungan penuh kepada Allah. Namun, bagaimanapun itu, jaminan hidup kita terletak bukan pada kesanggupan kita memegang tangan Allah tetapi karena tangan Allah yang berkomitmen memegang tangan kita. Komitmen itu ditegaskan dengan gamblang dalam sebuah metafora sebagai penjaga yang tidak pernah tertidur dan terlelap (ay. 3, 4).

Pemazmur menegaskan bahwa TUHAN yang memelihara itu adalah seorang pelindung/penaung (ay. 5, 7). Ia melindungi umat-Nya dari musuh dan segala marabahaya. Mereka ada dibawah naungan-Nya (Mzm 17:8; 36:8; Mzm 91:1). Kekuatan atau kuasa-Nya akan selalu ada untuk menopang langkah hidup mereka (Kej 28:15). Keadaan bisa berubah. Kesetiaaan dan komitmen manusia bisa berubah. Namun TUHAN tidak pernah mengingkari kesetiaan-Nya. Inilah yang membuat kita optimis dan mengalami damai sekalipun berada di tengah situasi yang tidak ideal. Kita tidak akan memberikan ruang sedikitpun bagi kekuatiran dan ketakutan menjerat hidup kita, sebab "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah." (Mzm 16:8)

Tuhan memelihara hidup selamanya (ay. 8)

Kesempurnaan pemeliharaan TUHAN tidak hanya bersifat menyeluruh dan utuh, melainkan juga bersifat kekal, tidak dibatasi waktu dan kondisi tertentu. Ia senantiasa menjaga, melindungi dan memelihara sepanjang kehidupan kita. Dari pagi sampai malam, dari awal sampai akhir, dari muda, sampai tua, dari mulai bernafas sampai tarikan nafas kita yang terakhir, dari dulu, sekarang, besok dan selama-lamanya. Bahkan sampai di dalam kekekalan, pemeliharaan-Nya yang sempurna melingkupi dan menopang keberadaan kekal kita.

Biarlah pandangan kita selalu terarah dan berfokus kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya, yang berarti membiarkan Tuhan berkarya mengekspresikan pertolongan-Nya sesuai dengan definisi dan rencana-Nya yang melampaui persepsi dan pemahaman kita. Sehingga, hidup adalah sebuah perjalanan dan pengalaman kebergantungan kepada Tuhan, "live in a moment by moment dependence on God.". [DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Apakah Anda setuju dengan ungkapan populer yang dicetuskan Ben Franklin, "Tuhan menolong orang yang menolong dirinya sendiri" ? Apa alasan dibalik jawaban Anda !

Penerapan

Apa bentuk konkrit hidup mengandalkan Allah berdasarkan pengalaman Anda sendiri ?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.