Living In The Light Of God's Promise (Hidup Di Dalam Terang Janji Allah)
Lukas 2:25-32
EKSPRESI PRIBADI
Dalam zaman yang serba mudah dan instan, ketika kita bisa memesan sesuatu secaraonlinedan mendapatkannya dalam hitungan waktu yang singkat, menunggu menjadi hal yang makin sulit untuk dilakukan. Waktu seolah menjadi melar terasa lebih panjang dari biasanya. Saat itulah kita bergulat melawan ketidaksabaran, kepesimisan dan segala potensi yang dapat merusak kualitas kehidupan kita. Apalagi menunggu dalam ketidakpastian jauh lebih berat untuk memikul lamanya waktu. Seperti yang terjadi saat ini, kita menunggu kapan berakhirnya pandemi covid-19 dari perhelatan hidup. Tanda-tanda menuju akhir tampak jauh dari kepastian mengingat munculnya varian-varian baru yang disinyalir lebih berbahaya dan menular. Tentu saja menunggu di tengah situasi demikian tidaklah gampang. Jalan di depan tampak suram dan sulit di terka. Belum lagi banyaknya pemberitaan liar yang bertebaran yang sedikit banyak mempengaruhi persfektif dan persepsi kita saat melihat hari esok. Maka menunggu dengan sabar adalah penting bagi kesehatan rohani kita. Bahkan, Simone Weil, seorang filsuf Perancis eprnah mengatakan “Menunggu dengan sabar tanpa kehilangan pengharapan adalah fondasi dari kehidupan spiritual.”
EKSPLORASI FIRMAN
Kisah seputar Natal perdana dipenuhi dengan pujian kepada Allah yang indah dan menawan, yaitu Magnificat yang dinyanyikan oleh Maria (Luk. 1:46-55), Benedictus atau dikenal sebagai nyanyian Zakhaaria (Luk. 1:68-79), Gloria in Excelsis Deo yang dinyanyikan oleh para malaikat (Luk 2:14) dan Nunc Dimittis yang dinyanyikan oleh Simeon (Luk 2. 29-32).
Saat ini kita akan menyorot kidung Simeon yang populer disebut ‘Nunc Dimittis.’ Istilah ini sebenarnya diambil dari dua kata pertama versi Latin, yaitu nunc dimittis servum tuum Domine yang artinya, “Sekarang, Tuhan, perkenankanlah hamba-Mu berpulang!” Konteksnya jelas, bahwa Simeon telah lama menantikan penggenapan janji kedatangan Sang Mesias yang tidak hanya akan menjadi penghiburan bagi Israel tapi bagi seluruh dunia. Bahkan Ia dijanjikan dirinya tidak akan mati sebelum melihat secara langsung Mesias yang dijanjikan itu (ay. 26). Maka, bukan kebetulan Simeon hadir di Bait Suci tetapi atas pimpinan Roh Kudus yang membawa dirinya pada momentum penggenapan janji Allah (ay. 27). Disanalah dan pada saat itulah Simeon berjumpa dengan bayi Yesus. Ia menyambutnya dengan sukacita dan penuh syukur sembari menaikkan kidung nan indah (ay. 28). Dengan bayi sang Mesias dalam pelukannya, Simeon mengalami kedalaman damai sejahtera (ay. 29). Setidaknya karena dua alasan sebagaimana yang ia ungkapkan melalui kidungnya:
Janji Allah sebagai tumpuan harapan telah tergenapi
Simeon sudah tua dan banyak hal yang telah direnungkan. Tidak diragukan lagi, sebagai manusia yang tidak luput dari kerapuhan, dia pun memiliki kekecewaan dalam hidupnya yang perlu dikhawatirkan. Banyak yang harus dikeluhkan dan juga banyak yang harus disesali. Alih-alih memikirkan perjalanan hidup yang sulit dan terjebak olehnya, Simeon menatap masa depan dengan optimis dan penuh harapan. Sebab hidupnya diarahkan pada janji Allah yang menjadi tumpuan harapannya. Baik janji secara pribadi, sebelum menutup mata ia akan berjumpa dengan Sang Mesias, maupun janji penggenapan keselamatan sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Janji itu telah digenapi secara sempurna. Itu membuktikan bahwa Tuhan selalu pegang komitmen dan tidak akan pernah ingkar janji-Nya. Dengan demikian, di dalam Tuhan selalu ada hari esok yang terbaik. Sebab hidup kita ada dalam genggaman janji Allah. Seperti Simeon yang optimis menatap hari esok dan menaruh harap akan masa depan yang dijanjikan Allah. Ingatlah selalu bahwa Allah adalah pribadi yang selalu dapat dipercaya, bahwa Ia pasti akan menggenapi janji-Nya yang akan membungkus kehidupan kita di dalam kebaikan-Nya.
Terang keselamatan menjadi penghiburan bagi dunia
Simeon begitu bersukacita karena di depan matanya, ia menyaksikan penggenapan rencana agung keselamatan Allah atas dunia ini. Melihat Yesus sama dengan melihat keselamatan. Sebab melalui Dialah, karya keselamatan seutuhnya digenapi secara sempurna. Terang keselamatan itu ditujukan bukan hanya bagi Israel tetapi secara luas bagi dunia yang kelam karena belenggu dosa. Dalam hal ini Simeon mengutip Yesaya 49:6, “... Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.” Yesus adalah penggenapan dari janji kenabian ini. Dia menjadi terang Ilahi bagi semua bangsa dan membawa keselamatan Tuhan bagi semua orang. Tentu saja kabar ini menjadi penghiburan bagi setiap orang termasuk kita saat ini. Dan bagaimana menikmati terang itu yang membawa kedamaian adalah seperti yang Simeon alami, yaitu ketika kita memahami bahwa keselamatan ada di dalam Yesus Kristus tanpa tambahan apa pun—dan mengistirahatkan jiwa kita dalam rengkuhan-Nya. Itulah yang membuat hidup selalu layak untuk dijalani secara optimis. Hidup dalam genggaman keselamatan di dalam Kristus selalu sarat dengan makna. Sebab hari esok kita sudah jelas ujungnya akan berlabuh di dalam kekekalan yang penuh sukacita.
Fakta bahwa Yesus adalah terang bagi dunia tidak berhenti hanya menyukakan hati dan memantapkan langkah menyusuri hari esok bagi kita yang menaruh iman di dalam-Nya. Tetapi kitapun dipanggil untuk memantulkan terang Yesus di tengah dunia ini (Mat. 5:14). Kita memancarkan terang ilahi ke dunia melalui seluruh kehidupan kita yang mencerminkan kasih, kebenaran, dan kasih karunia Allah di dalam Kristus.[DA]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Apa kaitan antara janji Allah dengan hidup harus dijalani dengan optimis sekalipun hari esok penuh dengan dinamika?
Penerapan
Sikap seperti apa yang Anda akan lakukan untuk menjaga keyakinan bahwa Allah pasti akan menggenapi janji-Nya, sehingga hidup dapat dijalani secara optimis?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.