Bersolidaritas Dalam Duka
Matius 5:1-12
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
- Matius 5:4
Arti “berdukacita” di ayat emas ini merujuk pada duka akibat kesadaran akan dosa-dosa yang dilakukan. Orang yang disebut berbahagia oleh Kristus adalah ia yang meratapi dosa-dosanya. Ia tidak hanya meratapi dosa-dosa dirinya, tapi juga dosa-dosa sesamanya.
Nabi Yeremia meratapi dosa-dosa bangsanya yang sesuai dengan nubuatan Allah, yaitu akan diasingkan dari tanah kediaman mereka. Di kemudian waktu Daniel berbicara kepada Allah mengenai nubuatan Yeremia tentang kembalinya bangsa Israel. Dengan mengenakan kain kabung serta abu yang menandakan sedang berduka, ia mengakui dosa-dosa bangsanya, “Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu!” (Dan. 9:5).
Dukacita semacam ini hanya bisa terjadi ketika seseorang sungguh-sungguh mengalami kehilangan yang begitu dalam serta perasaan yang dipenuhi oleh keputusasaan dan ketidakberdayaan. Namun, seseorang baru bisa mengalami duka sejati ketika ia mengalami sendiri atau turut bersolidaritas dengan mereka yang mengalami rasa sakit dari hidup, di dunia yang dipenuhi dosa ini.
Dalam konteks dunia bisnis di kehidupan sehari-hari, turut bersolidaritas dengan mereka yang mengalami kesusahan ternyata bisa berdampak baik. Sebuah pabrik traktor dan peralatan pemotong rumput cenderung mengabaikan pembeli yang kesulitan atau terluka akibat produk mereka. Namun ketika pemimpin perusahaan, seorang Kristen yang baik, menyadari kesalahannya, ia mengubah kebijakan perusahaan. Ketika mendengar ada pembeli yang terluka ketika menggunakan produk mereka, secara proaktif perusahaan segera menghubunginya untuk menyatakan simpati dan menawarkan pertolongan. Ternyata langkah ini berhasil mengurangi persentase tuntutan hukum dari pembeli dan menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang.
Sedemikian besar simpati Allah atas dunia, ini cukup bagi kita untuk ikut peduli dan berduka atas kondisi dunia yang penuh dosa. Kasih Allah sanggup memulihkan, yang kita perlukan adalah berelasi dengan-Nya sehingga bersama bisa merasakan duka atas apa yang terjadi di dunia. Kita hanya perlu terkoneksi dengan Tuhan Yesus yang telah merelakan tangan-Nya dipaku dan tubuh-Nya dihujam tombak demi menyelamatkan dunia ini.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah sepenuhnya berduka bagi dosa-dosa diri Anda dan dunia ini?
- Sudahkah Anda bersama Yesus mendoakan dan peduli pada keadaan lingkungan sekitar yang penuh dosa?