Bagikan artikel ini :

Sarana Bukan Tujuan Hidup

Yakobus 5:1-6

Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan
- Yakobus 5:5

Suatu kali, saya dan istri menemani seorang pendeta makan sate kambing seusai pelayanan di gereja. Kami makan bersama-sama dengan satu pasang keluarga jemaat yang senior. Di tengah-tengah makan siang, kami terlibat percakapan ringan yang membuat kami tertawa bersama. Kemudian jemaat kami yang senior tersebut mengajukan pertanyaan kepada pendeta, “Mushi, menurut mushi mana yang betul: hidup untuk makan atau makan untuk hidup?” Pendeta menjawab, “Yang benar adalah makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.” Jemaat tersebut menganggukkan kepala dan menyatakan sependapat dengan sang pendeta.

Apa yang membedakan dua pernyataan tersebut? Apakah makan itu sarana atau tujuan? Jika makan untuk hidup, maka kita hanya menilai makan sebagai sebuah sarana untuk menopang hidup, supaya sehat, mendapatkan nutrisi dan memenuhi kebutuhan jasmani. Namun, jika hidup untuk makan, maka makan menjadi tujuan dalam hidup sehingga segala sesuatu dikerjakan dan diusahakan agar bisa makan. Dengan kata lain, makan menjadi “tuhan” dalam hidup (bdk. Flp. 3:19)

Yakobus 5 memberikan gambaran bahwa terkadang orang yang kaya menjadikan kekayaan materi sebagai tujuan hidupnya. Ia bahkan berbuat jahat kepada para pekerjanya dengan menahan upah kerja mereka. Ia hidup dalam kemewahan, berfoya-foya di dunia, bahkan dikatakan telah membunuh orang benar (ay. 5-6). Kekayaan menjadi tujuan hidupnya, yang membuat ia akhirnya berbuat dosa karena dikuasai oleh hati yang memberhalakan kekayaan. Firman Tuhan mengingatkan bahwa kekayaan bersifat fana, digambarkan habis busuk dimakan ngengat. Emas dan perak pun juga dikatakan akan berkarat. Kekayaan tidak bisa menolong kita dan memberikan keselamatan hidup.

Karena itu, janganlah menjadikan segala hal yang bersifat materi sebagai tujuan hidup. Semuanya adalah kesia-siakan yang justru seringkali membawa manusia jatuh ke dalam perbuatan dosa. Sebaliknya, belajarlah menggunakan segala hal tersebut sebagai sarana dalam hidup untuk mencapai tujuan hidup kita yang sesungguhnya, yaitu memuliakan Allah dan menikmati-Nya seumur hidup kita (Katekismus Singkat Westminster). Rasakan dan nikmati kehadiran Tuhan Yesus melalui apa yang kita miliki. Belajar untuk menikmati kehadiran dan karya-Nya melalui berkat-Nya, rencana-Nya, kehendak-Nya bagi kita sampai selama-lamanya.


Refleksi Diri:

  • Apa yang seringkali mengalihkan Anda dari tujuan hidup untuk memuliakan Allah?
  • Bagaimana Anda bisa menikmati Allah melalui berbagai sarana materi dalam hidup Anda?