Pekerja Bagi Ladang Tuhan
Lukas 10:1-12
Dimana Tuaian Itu? Urgensi Misi (Ayat 1-2)
Tuaian dalam zaman Tuhan Yesus berada di tengah masyarakat. Tuhan Yesus tidak menunggu tuaian itu datang ke dalam gereja. Dia melayani baik di dalam Bait Allah, Sinagoge, dan di mayarakat. Selain mengajar di Sinagoge, Dia sering berada di jalan dan di tengah kota, dimana orang banyak berkumpul.
Dimana tuaian di Indonesia? Di tengah masyarakat baik di kota mau pun di desa. Menurut YASKI, ada 160 suku terabaikan di Indonesia yang belum dijangkau dan ada sekitar 23 suku terabaikan yang belum memiliki pekerja sama sekali. Urgensi dari misi di perkotaan semakin meningkat karena beberapa faktor kunci yang mempengaruhi kehidupan di kota-kota besar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa misi di perkotaan menjadi semakin mendesak.
- Pertumbuhan penduduk yang pesat. Kota-kota besar sering mengalami pertumbuhan populasi yang sangat cepat. Pertumbuhan ini menciptakan tantangan dan peluang bagi misi untuk menjangkau orang-orang yang mungkin tidak pernah mendengar Injil.
- Keragaman budaya. Kota-kota merupakan tempat berkumpulnya berbagai suku, agama, dan budaya. Keragaman ini menciptakan tantangan unik dalam misi, tetapi juga kesempatan untuk menjangkau berbagai kelompok masyarakat dengan pendekatan yang relevan dan kontekstual.
- Pusat perekonomian dan pembuat kebijakan. Para pelaku ekonomi dan pembuat kebijakan dalam skala nasional sebagian besar berada di kota. Apabila misi diperkotaan dikerjakan dengan baik maka pengaruhnya bisa sangat luas.
- Generasi muda. Banyak generasi muda yang memiliki kualitas dan potensi yang baik berada di kota. Apabila kita ingin memenangkan generasi yang akan datang. Kota menjadi tempat yang strategis untuk misi penginjilan.
Siapa yang Menjadi Para Pekerja?
Pada zaman Tuhan Yesus yang menjadi pekerja adalah semua orang yang menjadi murid Yesus, baik yang secara penuh waktu maupun yang memiliki karir di dunia marketplace seperti Paulus, Priskila dan Akwila, dan Lydia. Di dalam Perjanjian Lama juga misi Allah bersifat holistik dan integral dengan memunculkan pekerja misi di berbagai bidang. Abraham dalam hal ekonomi, Daud dalam pemerintahan, Ezra dalam akademis, Nehemiah dalam pembangunan, Daniel menjadi penasehat raja, Ruth dalam keluarga, dan sebagainya. Siapa yang dimaksud pekerja zaman sekarang? Semua yang menjadi murid Tuhan Yesus baik yang melayani secara penuh waktu di gereja manupun di dunia marketplace.
Mengapa Pekerja Sedikit? (Ayat 3-4)
Kebutuhan misi sangat besar, tetapi sangat sedikit yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan yang sepenuhnya melayani sebagai pendeta atau penginjil. Jumlah mahasiswa teologi di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Selain itu banyak orang Kristen yang sudah lama berada di dalam gereja tetapi tidak menganggap dirinya sebagai pekerja misi.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kurangnya jumlah pekerja misi, diantaranya adalah tidak mudah dan banyak tantangan – pergi seperti anak domba di tengah serigala (physical, mental, and emotional cost). Membutuhkan iman dan kebergantungan kepada Tuhan – membawa perbekalan minimal (economic cost) dan implikasinya berupa kepercayaan dan ketergantungan pada Allah. Membutuhkan proses pemuridan atau pendidikan yang panjang – seumur hidup terus menjadi murid (time and life cost).
Apa yang Menjadi Tugas Pekerja Misi? (Ayat 5-12)
Membawa damai dan kesembuhan (ayat 5-8). Menyatakan bahwa kerajaan Allah sudah dekat (ayat 9). Membawa teguran (ayat 10-12). Sebagaimana pelayanan Yesus yang holistik dan integral.
Bagaimana Jika Pekerja Penuh Waktu di Ladang Gereja Sedikit?
Gereja akan mengalami krisis, fungsi penggembalaan, pembekalan dan pemuridan jemaat tidak berjalan, akibatnya gereja akan rentan terhadap sekularisasi dan pengajaran sesat. Regenerasi kepemimpinan di dalam gereja akan terhambat. Jika gereja lokal tidak menghasilkan pemimpin baru maka ada risiko gereja tersebut akan dipimpin orang orang lain yang kualitas dan dedikasinya belum tentu baik. Para pekerja misi di dunia marketplace (jemaat) tidak memiliki komunitas untuk mendukung dan memuridkan mereka, akibatnya jemaat hanya menjadi konsumen gereja dan tidak menjadi pelaku misi melalui profesi mereka masing-masing (gagal menjadi terang dan garam). Apabila ini terjadi maka masyarakat akan semakin rusak dan bobrok karena tidak ada terang Injil. Pekerjaan misi menjadi terhambat.
Peran STT Bandung dan GII Hok Im Tong
Di minggu STT Bandung ini, semua mimbar GII Hok Im Tong diisi oleh dosen-dosen dan alumni-alumni STT Bandung untuk menguraikan firman Tuhan dan sharing pergumulan STT di zaman sekarang. Berikut beberapa peran STT Bandung dan GII Hok Im Tong.
- STT Bandung menyediakan pendidikan yang mendalam dalam teologi baik secara teori maupun praktis, formal (bagi para rohaniwan penuh waktu) maupun nonformal (bagi jemaat), setiap orang percaya dibekali dengan pemahaman teologi yang baik dan keterampilan yang efektif dalam menjalankan misi Tuhan.
- STT Bandung merancang pembinaan spiritual dan karakter melalui proses pemuridan agar lulusan memiliki karakter dan kedewasaan rohani yang baik.
- GII Hok Im Tong perlu memikirkan strategi agar banyak jemaat menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan gerejawi penuh waktu, baik demi kelangsungan internal maupun untuk berkontribusi bagi misi secara luas.
- GII Hok Im Tong perlu memikirkan strategi pembinaan bagi jemaat agar setiap jemaat menyadari panggilannya sebagai pekerja misi di dunia profesi dan memiliki trategi yang efektif untuk mejadi garam dan terang di profesi mereka masing-masing.
Refleksi dan Aplikasi
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk merefleksikan iman kita: Apakah kita sudah menggunakan talenta yang Tuhan berikan untuk kemuliaan-Nya; Bagaimana kita bisa menjadi pekerja yang setia di ladang Tuhan; Apakah kita sudah siap menghadapi tantangan dalam pelayanan dengan iman dan ketekunan? Mari kita berkomitmen untuk menjadi pekerja yang setia di ladang Tuhan, menggunakan setiap kesempatan untuk melayani dan memuliakan nama-Nya.
Bahan: Sharing firman antara dosen-dosen STT bandung dan hamba-hamba Tuhan GII Hok Im Tong.