Yesus Kristus, Pribadi Yang Menyingkapkan Diri-Nya
Diskusi mengenai Pribadi Yesus Kristus dalam inkarnasi-Nya sebagai Allah dan Manusia sejati selalu menghadirkan tantangan untuk dipahami secara tuntas. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang mengandalkan logika praktis dalam keterbatasan untuk mengenal dan memahami Yesus Kristus.
Kekaguman terhadap Yesus Kristus dan segala pelayanan serta pengajaran-Nya mencerminkan kuasa yang tak terbatas dan tak terbandingkan. Namun, proses kelahiran, penampilan, dan pelayanan-Nya yang sederhana dan penuh penderitaan seringkali sulit untuk dipahami sepenuhnya. Pengenalan kepada Yesus Kristus haruslah bersifat holistik, mencakup kehadiran, kehidupan, pelayanan, dan karya-Nya.
Sebenarnya, pengenalan kepada Yesus Kristus bukanlah hasil dari proses pencarian manusia. Manusia yang terbatas tidak dapat memulai langkah yang benar untuk mengenal Pribadi Yesus Kristus, yang adalah Allah yang tidak terbatas. Pengenalan yang benar hanya dapat terjadi karena Yesus Kristus sendiri yang menyingkapkan diri-Nya. Kedaulatan-Nya memungkinkan-Nya untuk menentukan waktu dan cara agar manusia dapat mengenal dan memahami Diri-Nya. Diskusi yang mempertanyakan atau meragukan Yesus Kristus sebagai Allah dan Manusia sejati dalam inkarnasi dan karya keselamatan-Nya terjadi karena pengabaian terhadap Kedaulatan-Nya dalam menyingkapkan Diri-Nya.
Yesus Kristus memperkenalkan Diri-Nya sebagai Pribadi yang tak terbandingkan, menjadi pusat percakapan teologis dalam sejarah. David Martyn Lloyd-Jones, dalam artikelnya berjudul “Nubuat yang Digenapkan” menyatakan, “Kristus adalah pusat dari Alkitab; setiap bagian dari Perjanjian Lama melihat ke depan kepada-Nya, sementara segala sesuatu dalam Perjanjian Baru merujuk ke belakang kepada-Nya. Kristus adalah pusat dari sejarah; titik api dari seluruh pergerakan umat manusia, dari penciptaan hingga akhir zaman.” Yesus Kristus menyingkapkan diri sebagai Pribadi Kekal yang hadir dalam keterbatasan pemikiran manusia dan sejarah kehidupan manusia yang berdosa. Pengajaran-Nya dalam Markus 1:21-28, serta tindakan belas kasih-Nya yang mendorong-Nya untuk menyentuh yang tak tersentuh (Markus 1:40-45), menimbulkan keheranan, pertanyaan, dan kekaguman. Pengenalan Kristus bukanlah hasil logika berpikir manusia, melainkan pengungkapan diri-Nya yang tidak terikat pada penilaian manusia. R.C. Sproul dalam buku “Defending your Faith” menegaskan tentang, “Yesus Kristus membuat sebuah klaim tertinggi yang tidak dapat dibuat seorang pengajar lainnya. Oleh karena Yesus Kristus mengklaim sebagai kebenaran yang berinkarnasi, bagaimana Ia tetap tidak berdosa dan tetap mengklaim bahwa Ia mengetahui sesuatu dimana menunjukkan seperti Ia tidak tahu. Sesungguhnya Kristus sendiri kebenaran.”
Pengenalan terhadap Pribadi Yesus Kristus yang kaya dalam kesatuan antara pengenalan teologis dan relasi spiritual dapat ditemukan dalam pemikiran dan kesaksian Rasul Paulus. Ia menggambarkan dengan jelas karya Kristus yang telah memerdekakan orang-orang percaya. Panggilan untuk berdiri teguh dan tidak lagi terikat pada kuk perhambaan menegaskan Yesus Kristus sebagai Pembebas tertinggi, dengan keselamatan yang memerdekakan dari perhambaan dosa. Pengalaman spiritual dalam persekutuan dengan Yesus Kristus memberikan motivasi untuk pengharapan kekal dalam Kristus. Pengajaran kesatuan umat Tuhan melalui ungkapan “satu tubuh, banyak anggota” menekankan karya Injil melalui pengorbanan dan kebangkitan Kristus.
Kesetiaan dan kuasa penyertaan Kristus memberikan sikap berkelanjutan bagi Rasul Paulus untuk terus melanjutkan panggilan Tuhan (Filipi 4:13; 2 Timotius 4:7). Keberaniaannya untuk melangkah dalam kesetiaan menyelasaikan tugas pelayanannya di tengah kesukaran dan kerendahan hatinya yang memuliakan Allah di tengah kuasa Allah yang dinyatakan dalam pelayanannya. Rasul Paulus mengungkapkan pengalaman yang menerangi tentang kuasa Allah yang tak terbandingkan dalam Kristus. Kristus adalah Pribadi yang unggul di atas segala yang ada, mengatasi alam semesta. Perspektif ini menggambarkan Yesus Kristus sebagai kepala tertinggi atas ciptaan, alam semesta, dan Jemaat Tuhan. Rasul Paulus menunjukkan komitmen pribadinya kepada Yesus Kristus dan secara meyakinkan menyoroti keterpusatan iman, kehidupan, dan pelayanannya pada Kristus (Filipi 1:27; 3:7). ** HS