Penginjilan dan Doa
Pendahuluan
Sejak semula, PMPI merupakan puncak kegiatan gereja kita, GII HIT, di mana seluruh elemen jemaat, baik anak-anak, remaja, pemuda, dan dewasa, mengantisipasi datangnya bulan tersebut, karena sudah mempersiapkan persembahan iman mereka selama setahun untuk mendukung pelayanan misi gereja di pelbagai pelosok dunia. Di dalam tahun PMPI yang akan segera dimulai ini, banyak pekerjaan penginjilan terjadi di kelas grass root (akar rumput). Di bawah komando Roh Kudus selaku CEO pekerjaan misi global Allah, mereka merapatkan diri masuk dalam barisan laskar Kristus dan menjadi saksi-Nya di dunia. Di dalam keluarga dan pekerjaan mereka, mereka gigih mendoakan sanak keluarga dan handai taulan mereka yang belum diselamatkan. Dan di dalam waktunya Tuhan, mereka menyaksikan orang-orang yang mereka doakan diselamatkan.
Berikut ini adalaah sekelumit kisahnya ... Di suatu petang, seorang anggota paduan suara digerakkan Roh Tuhan untuk mengajak saya pergi melawat seorang bapak yang sudah 40 tahun tinggal di belakang GII Gardujati, namun tidak pernah mau diajak ke gereja. Sang bapak belum lama kehilangan istrinya, dan sebagian besar waktunya ia habiskan untuk menekuni pengajaran moral Kong Hu Cu dan faham komunisme dari Tiongkok. Pada perjumpaan pertama, sang bapak menolak mentah-mentah injil Kristus, yang dia anggap sebagai agama budaya Barat. Namun, pada perjumpaam berikutnya, saya membawa seorang diaken yang mampu berbicara dalam dialek yang sama dengan sang bapak. Walaupun diaken tersebut hanya mengajaknya ikut kegiatan gereja, sang bapak mulai terbuka. Tak lama sesudah perjumpaan ketiga dan keempat, dalam jangka waktu kurang dari sebulan, kesehatan sang bapak memburuk dan harus diopname. Di rumah sakit, ia memutuskan untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan hidupnya, iapun menerima baptisan. Beberapa hari kemudian, dalam damai sang bapak dipanggil pulang ke rumah Bapa di sorga. Di sini kita melihat bahwa pelawatan saya yang pertama merupakan estafet terakhir dari rentetan penginjilan sebelumnya yang Allah pakai untuk memenangkan sang bapak yang Dia kasihi.
Pada kesempatan lain, seorang jemaat dari GII Cicadas menghubungi saya dan meminta agar saya melawat ayahnya yang belum percaya. Sang ayah berbudaya Tionghoa ‘toto’ dan merupakan tokoh masyarakat dalam lingkungan marga Tionghoa tertentu di Bandung. Dia sangat bangga terhadap ideologi komunisme yang dia anut selama ini, berhala-berhala yang dia sembah, serta harta yang dia miliki. Pada perjumpaan pertama, sang ayah mendebat bahwa Kristus itu figur mitos belaka, bukan figur historis. Dia menutup hatinya terhadap injil Kristus. Namun, ketika kondisi kesehatannya menurun, disertai rongrongan dari roh-roh kuasa gelap tidak putus-putus mengganggunya, pada perjumpaan berikutnya, sang ayah mulai membuka diri terhadap Injil dan bersedia mendengarkan Firman Tuhan. Dia juga berjanji untuk membaca-mendengar audio Firman Tuhan dari Tab yang dipinjamkan. Selang beberapa saat kondisi kesehatan sang bapak bertambah parah dan harus dilarikan ke rumah sakit. Selama beberapa minggu ke depan, dia bergumul dengan sakit penyakit dan roh-roh jahat yang merongrongnya. Dia seringkali menjerit-jerit ingin mendapatkan kelepasan. Akhirnya, dia bertekad untuk menyerah dan membuka hatinya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Dia dibaptis dan hatinya dipenuhi dengan sukacita sorgawi. Tak lama kemudian, diapun dipanggil pulang ke rumah Bapa di sorga. Setelah sang ayah berpulang, sang ibu juga membuka hatinya, menerima Kristus sebagai Jurselamat dan Tuhannya. Dia menyerahkan seluruh berhala di rumahnya untuk dibakar. Kini sang ibu rajin datang ke gereja Gardujati dan imannya terus bertumbuh melalui Firman Tuhan yang ia renungkan dan praktikkan setiap hari. Keluarga ini bersukacita, karena Tuhan telah mengabulkan seru doa mereka selama ini dan telah menyelamatkan seluruh anggota keluarga mereka.
Di suatu petang, bersama seorang rekan hamba Tuhan, saya berkunjung pada seorang anggota paduan suara. Dia mengalami perjumpaan dengan Tuhan saat ditolong dari pesawat yang hamper jatuh. Saat itu dia berkomitmen ikut Tuhan, sedangkan sang suami hanya mau mengandalkan kepada roh ibunya yang sudah meninggal. Setiap kali ada persoalan melanda, dia selalu pergi ke kuburan ibunya untuk mendapatkan petunjuk. Saat kami sedang berbincang-bincang di teras rumah, sang suami pulang dari tokonya dan ikut ‘nimbrung’ dalam pembahasan tentang roh-roh jahat. Dia punya banyak pengalaman diganggu oleh kuasa roh-roh jahat. Pada perjumpaan kedua, ketika rekan saya memutar video tentang penciptaan, dalam sekejap sang suami berbalik badan kehilangan interest. Namun persahabatan kami berlanjut dalam kegiatan sosial menolong jemaat-jemaat miskin, yang rumahnya kotor tak terurus dan hampir roboh. Dalam kurun waktu beberapa bulan, Tuhan mulai menjawab doa sang istri. Sang suami berubah perangainya, tidak suka marah-marah, dari ‘image’ orang yang buruk kesaksiannya sekarang mulai berubah. Di rumah, sang suami menjadi gemar menonton youtube apologetika Kristen, dan mulai mengirimkan video lagu dan renungan Kristen. Dia yang tadinya tidak bersedia menginjakkan kaki di gereja, perlahan-lahan mulai masuk ke pekarangan gereja. Dan baru-baru ini, sang suami ikut dalam piknik paduan suara gabungan. Di sana ia menemukan teman bicara yang dapat ia percayai. Hatinya penuh sukacita, demikian pula sang istri dan segenap anggota paduan suara yang selama ini turut mendoakan keselamatan sang suami. Kita menunggu hari di mana sang suami akan secara resmi menaklukkan dirinya dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya.
Sekelumit kisah di atas menunjukkan betapa besanya potensi kaum awam yang taat untuk menjadi saksi Kristus di dalam dunia. Pekerjaan ini dimulai, dicukupi kebutuhannya, serta digenapi oleh Allah Roh Kudus.
Penginjilan dan Doa
man, method, market (orang, cara, dan area pasar) yang dipakai. Adalah suatu kebodohan jika orang Kristen merencanakan pekerjaan penginjilan tanpa berdoa bersama memohon petunjuk dari Roh Kudus, karena akan berakibat fatal. Di dalam peribahasa Tionghoa dikatakan 越帮越忙 (yue bang yue mang), semakin menolong, semakin merepotkan. Dan pasti mendapat hardikan Tuhan Yesus yang sama seperti hardikannya kepada Petrus yang menghalangi-Nya naik ke atas salib, “Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mat. 16:23).
Prinsip Allah di seluruh Alkitab sangat jelas, bahwa Allah hanya akan memberkati apa yang menjadi kehedak-Nya saja. Pekerjaan penginjilan yang bukan kehendak Allah, betapapun hal itu baik dipandangan manusia, tetap tidak akan diberkati Allah. Kehendak Allah yang sepesifik, jika diikuti dengan seksama, pasti tepat sasaran, dan mendatangkan hasil yang eksponensial. Contohnya, ketaatan Filipus menginjili sida-sida Etiopia (Kis. 8), yang mendatangkan ‘buah yang tetap’ yang melampaui apa yang dapat dipikirkan manusia.
Mari kita melihat dua catatan sejarah tentang peristiwa kebangunan rohani di dunia dalam kaitannya dengan doa. Pada tahun 1871, seorang gadis pengerja YMCA di London yang tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya membaca sebuah kliping tentang DL Moody dari Chicago. Hari itu dia digerakkan Roh Kudus untuk berdoa untuk kebangunan rohani di London, dan dia menaatinya. Pada tahun 1872, Allah mengabulkan doa gadis ini dan mengutus Moody ke London untuk mengadakan seri KKR. Sepuluh tahun kemudian, tercatat sedikitnya ada 400 orang yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus di KKR yang Moody layani. Allah telah mengabulkan doa sang gadis!
Pada tahun 1909, seorang gadis invalid di Manchuria digerakkan Roh Kudus untuk berdoa bagi kebangunan rohani di Manchuria. Pada tahun yang sama, Allah menjawab doanya dan mengutus seorang misionaris dari Canada, Jonathan Goforth. Pada suatu hari Ketika Goforth mengunjungi gadis invalid ini, dia begitu tercengang, ternyata di buku harian gadis ini tertera tanggal dan jam di mana kuasa Allah dicurahkan, persis sama seperti hari dan jam di mana KKR Goforth berlangsung dan membawa ratusan orang percaya kepada Kristus. Lagi-lagi Allah telah menjawab doa.
Sayangnya sering kali orang Kristen tidak menyadari akan pentingnya doa dalam pekerjaan penginjilan. Mereka terlalu ingin ‘menceak gol’ bagi Allah, padahal Allah tidak membutuhkan keterlibatan orang-orang seperti Raja Saul yang gegabah dan serampangan dalam pekerjaan-Nya. Seorang pendeta teolog Reformed terkenal asal Chicago, USA berkomentar bahwa, “Christians without power is not only inadequate, but can be altogether injurious.”
Penutup
Mengenai pekerjaan penginjilan, John Wesley pernah berkata, “Beriku 100 pengkhotbah yang tidak takut kepada apapun selain dosa, dan tidak menginginkan apapun selain Tuhan, dan saya tidak peduli sedikitpun apakah mereka pendeta atau awam. Itu saja sudah akan mengguncang pintu neraka, dan mendirikan kerajaan Allah di bumi. Tuhan tidak melakukan pekerjaan apapun selain dalam jawaban kepada doa.” Sudahkah kita sadar akan pentingnya doa di dalam pekerjaan penginjilan? **IT