Bagikan artikel ini :

Bahagia Diadopsi Allah

Efesus 1:3-5

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
- Efesus 1:5-6

Saya pernah melayani di sebuah panti asuhan putri yang di dalamnya terdapat anak-anak yang masih memiliki orangtua. Ironisnya, mereka dititipkan atau diserahkan ke panti asuhan bukan karena keterbatasan dan ketidakmampuan orangtua dalam merawat dan menjaga atau karena orangtuanya meninggal. Beberapa anak ditinggal sejak kecil dan sudah tidak pernah bertemu dengan ayah ibunya karena orangtuanya menolak mereka.

Selama masa pelayanan tersebut, beberapa kali saya melihat anak-anak di panti asuhan tersebut diadopsi oleh orangtua asuh mereka. Puji Tuhan, banyak di antara mereka
mengalami perubahan hidup dan memperoleh kebahagiaan dengan keluarga baru yang mengadopsi mereka.

Alkitab menggambarkan orang-orang berdosa bagaikan orang-orang yang hidup di luar kasih karunia Tuhan. Mereka seperti homeless, orang yang tinggal di pinggir jalan, yang
hidup dalam kegelapan, penuh kesulitan, dan kedinginan. Ia berusaha bertahan hidup yang sebenarnya pada akhirnya menuju pada kematian.

Namun, di dalam kasih-Nya, Allah memilih kita untuk menjadi anak-anak-Nya. Melalui Anak-Nya, yaitu Tuhan Yesus yang mati bagi kita, kita diadopsi menjadi anak-anak Allah.
Melalui kasih dan karya-Nya, kita mengalami perubahan status yang radikal. Dahulu kita anak-anak yang harus dimurkai, sekarang menjadi anak-anak yang dikasihi. Kita tidak lagi “yatim piatu” karena telah menjadi keluarga Allah. Sebagai anak, kita pun juga hidup sebagai ahli waris-Nya.

J. I. Packer dalam bukunya Knowing God mengatakan, “Adopsi adalah manfaat terbesar dari Injil.” Mari sejenak membayangkan bahwa seorang pengkhianat diampuni dan kemudian diundang ke meja perjamuan, dan terakhir diberi nama anggota keluarga. Itulah diri kita, seorang “penjahat” dan “pengkhianat” yang mendapatkan pengampunan dari Allah dan kemudian diterima menjadi anggota keluarga-Nya. Kita sekarang tidak lagi hidup di luar kasih karunia, melainkan hidup di dalam kasih karunia. Kita tidak lagi berada di luar rumah, melainkan berada di dalam rumah Bapa.

Dosa menjadikan kita berduka, tetapi kasih karunia Allah menjadikan kita berbahagia.
Jangan lagi hidup di dalam dosa, melainkan hidup di dalam kasih karunia Allah.


Refleksi Diri:

  • Apa yang seringkali menjadi sumber kebahagiaan dalam hidup Anda?
  • Apa kebahagiaan-kebahagiaan yang Anda rasakan sebagai anak adopsi Allah?