Bagikan artikel ini :

Bikin Hidup Lebih Hidup

Pengkhotbah 4:2-3

Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
- Yohanes 10:10b

Sampailah kita kepada bagian yang mungkin paling kontroversial dari kitab Pengkhotbah, bahkan mungkin di seluruh Alkitab. Orang mati lebih baik daripada orang hidup? Apakah ini berarti bunuh diri adalah sesuatu yang baik? Dan yang tidak pernah lahir adalah yang terbaik? Begitu kontroversialnya ayat ini, sampai-sampai dipakai untuk mendukung kebijakan pro-aborsi.

Untuk memahami bagian ini, kita perlu mengerti pemahaman orang-orang Israel mengenai hidup. Bagi mereka, hidup bukan sekadar soal apakah seseorang bernapas atau tidak, seperti dalam definisi biologi. Itulah sebabnya Yunus saat di dalam perut ikan mengatakan bahwa ia berada di “tengah-tengah dunia orang mati” meski masih bernapas dan berbicara (Yun. 2:1-2). Hidup yang sejati, dalam pengertian orang-orang Israel termasuk Raja Salomo adalah hidup yang berada dalam penyertaan Allah.

Jadi, maksud Salomo pada bagian ini adalah lebih baik orang mati maupun orang yang belum ada daripada mereka yang hidupnya jauh dari Tuhan dan terus-menerus hidup dalam dosa. Setidaknya mereka yang sudah tidak ada maupun yang belum ada, tidak melihat dan mengalami segala penderitaan di bumi. Ini sejalan dengan perkataan Tuhan Yesus mengenai apa yang terjadi pada Yudas di dalam Markus 14:17-21, sampai Dia berkata, “Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Mrk. 14:21b).

Bagian ini berbicara mengenai orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kita orang-orang yang percaya? Sama seperti mereka yang tidak mengenal Tuhan, kita pun akan melihat dan mengalami segala penderitaan di bumi. Bedanya, kita yang beriman kepada Tuhan Yesus mempunyai hidup, yaitu hidup yang bukan sekadar bernapas, tetapi juga merasakan penyertaan-Nya secara melimpah. Penyertaan Yesus membuat hidup lebih hidup. Oleh karena janji ini, kita bisa memandang penderitaan dengan kacamata yang berbeda. Penderitaan, tidak peduli betapa pun beratnya adalah sesuatu yang baik karena ia menambah pengalaman kita dalam mengenal Tuhan.

Bagi kita orang yang percaya, hidup di bawah matahari—di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa—adalah hidup yang berharga. Mengapa? Sebab hanya di dunia ini kita bisa mengenal Tuhan lewat tawa dan tangis. Di neraka hanya ada tangis. Di surga hanya ada tawa.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana pendapat Anda ketika mendengar kabar mengenai orang-orang terkenal yang seolah memiliki segala sesuatu, tetapi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
  • Bagaimana cara Anda meningkatkan pengenalan akan Tuhan dalam penderitaan?