Bagikan artikel ini :

Dilahirkan Untuk Mendapatkan Damai

Pengkhotbah 3:8

Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
- Yohanes 14:3

Sampailah kita pada dua pasang kata terakhir, yakni mengasihi-membenci dan perang-damai. Sekali lagi, keempat belas pasang kata kerja ini bukan perintah, melainkan fakta. Kita bukan disuruh untuk membenci, melainkan Raja Salomo hanya mengatakan bahwa ada satu momen kita hidup dalam kebencian dan perang. Apa maksudnya?

Salomo telah membicarakan tentang berbagai aspek hidup: pernikahan, bisnis, kematian, dan sebagainya. Bagian terakhir ini bicara tentang aspek terpenting, yakni relasi kita dengan Tuhan. Sebelum mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita hidup dalam perseteruan dengan Allah. Tidak peduli betapa bermoralnya kita, kebencian dan peperangan dengan Allah adalah fakta spiritual kita. Namun, Tuhan Yesus mati untuk kita, bahkan ketika kita dalam keadaan berdosa (Rm. 5:8). Oleh karena anugerah Tuhan, kita diperdamaikan dengan Allah dan memiliki jaminan hidup kekal bersama-Nya nanti ketika Dia memanggil kita. Itulah maksudnya ada waktu untuk membenci dan perang.

Bagaimana dengan mengasihi? Maksud kata ini adalah inilah waktunya bagi kita yang telah diselamatkan untuk menunjukkan kasih kita kepada-Nya, bukan seolah-olah karena kita bisa membalas semua anugerah-Nya, tetapi karena ingin membagikan kasih itu kepada sesama, khususnya mereka yang belum mengenal Tuhan.

Terakhir, bagaimana dengan damai? Jika Anda memperhatikan keempat belas pasang kata kerja tersebut dan mengabaikan bagian tengahnya, Anda akan menemukan bahwa puisi ini dimulai dengan “ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal” dan ditutup dengan “ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.” Sekarang bagaimana kalau kita membuang bagian tengahnya lagi? Kini yang tersisa hanya, “ada waktu untuk lahir… ada waktu untuk damai.”

Inilah poin dari keseluruhan perikop Pengkhotbah 3:2-8. Hidup ini dipenuhi baik dengan hal-hal menyenangkan atau hal menyakitkan yang kadang berada di luar kontrol kita. Ini adalah fakta yang dialami oleh orang percaya maupun yang tidak. Namun, bagi kita orang percaya, kehidupan kita dimulai dengan kelahiran dan diakhiri dengan damai bersama-sama dengan Tuhan Yesus di surga.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana hubungan pribadi Anda dengan Tuhan saat ini? Apakah Anda sedang hidup dalam kasih, baik kepada-Nya maupun sesama?
  • Bagaimana jaminan hidup kekal dalam damai bersama Tuhan memampukan Anda untuk dapat membagikan kasih tersebut?