Bagikan artikel ini :

Hari Mujur Dan Hari Malang (2)

Pengkhotbah 3:15

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
- 2 Korintus 5:10

Kemarin kita telah melihat bahwa hari malang di dalam hidup kita pun ada di dalam kedaulatan Tuhan. Nah, saya tahu apa yang mengusik hati Anda. “Kalau Tuhan sudah menetapkan hal-hal buruk menimpa kita, tidak peduli seberapa baiknya kita, lebih baik jadi orang jahat saja! Toh tidak ada gunanya menjadi orang baik!”

Menjawab pemikiran ini, Raja Salomo mengatakan bahwa yang sekarang atau nanti ada, sudah ada sebelumnya. Apa maksud kata-kata ini? Baik hari mujur maupun hari malang dikendalikan oleh kedaulatan dan hukum-hukum Tuhan yang meski seringkali tidak kita pahami, akan terus berulang. Ini mirip dengan perumpamaan hidup bagaikan roda, kadang bisa di atas, kadang bisa di bawah. Kadang mujur, kadang malang. Begitulah hidup manusia. Jadi, jangan merasa sombong ketika mujur karena banyak orang yang mujur juga sebelumnya. Jangan juga bersikap seperti korban (victim mentality) ketika malang karena yang malang di dunia ini bukan hanya kita saja.

Kemudian Salomo melanjutkan, “dan Allah mencari yang sudah lalu.” Apa maksudnya? Maksudnya adalah ketika hari malang maupun hari mujur sudah berlalu, Allah sendiri yang akan menghakimi kita atas apa yang kita perbuat di hari-hari yang sudah berlalu tersebut. Tentu ini adalah sebuah paradoks. Di satu sisi, malang dan mujur adalah kedaulatan Tuhan. Di sisi lain, kita dituntut pertanggungjawaban dalam hidup kita.

Prinsip pentingnya adalah kedaulatan Tuhan tidak menghilangkan tanggung jawab manusia! Ya, Anda mengalami berbagai kemalangan. Ya, orang-orang memperlakukan Anda tidak adil meski Anda tidak bersalah apa-apa. Lalu kenapa? Apakah ini alasan untuk Anda hidup di dalam kecurangan, iri hati, dan kebencian? Memang, seringkali kemalangan menjadi pembenaran dan alasan seseorang melakukan kejahatan. Namun, coba bayangkan jika Tuhan Yesus melakukannya. Dia dihukum mati secara kejam, padahal sama sekali tidak bersalah. Dia punya segala pembenaran dan alasan untuk menghabisi orang-orang yang memusuhi-Nya.

Seberat-beratnya penderitaan adalah tanggung jawab kita untuk tidak hidup dalam kebencian dan kepahitan. Bukankah Tuhan Yesus telah meneladankan hal ini?

Refleksi Diri:

  • Bagaimana reaksi Anda terhadap hal-hal buruk yang dialami? Misalnya, tidak menyapa orang yang ketus terhadap Anda atau bahkan menipu rekan bisnis karena Anda dulunya pun pernah ditipu orang lain?
  • Apa yang seharusnya Anda lakukan ketika hal-hal buruk ini menimpa Anda?