Pengharapan Orang Yang Menantikan Tuhan
Mazmur 130
Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.
- Mazmur 130:5
Mari kita memperhatikan ayat ini dengan seksama. Di dalam satu kalimatini, ada tiga kata kerja disebutkan: menanti-nantikan, menanti-nanti, dan mengharapkan. Ayat ini jelas bicara tentang HOPE (Harapan Orang Percaya), yang dalam bahasa Inggris juga punya arti yang sama, yaitu pengharapan. Pengharapan sangat kita butuhkan untuk menjalani kehidupan.
Mungkin beberapa orang merasa pengharapan itu mengecewakan dan akhirnya mereka berhenti berharap dan berkata, “Jangan berharap supaya tidak kecewa.” Namun, Alkitab justru mengajarkan tiga hal terbesar yaitu, iman, pengharapan dan kasih (1Kor. 13:13). Kalau kita punya iman maka pasti punya pengharapan, tetapi yang terutama adalah kasih yang membuat kita punya iman dan harapan.
Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti dianugerahi pengharapan. Sama seperti nyanyian ziarah dari umat Tuhan pada perikop ini. Saat berjalan menuju rumah Tuhan, jalannya penuh dengan tantangan dan kesulitan, mereka terus berseru kepada Allah karena di dalam Tuhan ada kelegaan, penghiburan, dan pengharapan. Orang yang berpengharapan selalu memegang janji-janji Tuhan. Pengharapan dibutuhkan karena hidup terlalu banyak tekanan. Harapanlah yang membuat seseorang tidak padam dan semangat hidupnya tetap bertahan.
Namun, kenapa banyak orang akhirnya terpuruk karena harapan? Nah, dalam hal ini kita harus tahu kepada siapa mereka berharap? Kalau mereka berharap bahwa keadaan akan segera berubah jadi baik, jelas satu saat akan tertekan. Jika berharap kepada pasangan, orangtua atau anak, mungkin bisa menyesakkan dan mengecewakan. Kalau berharap kepada teman, bukankah ada pepatah: menggunting dalam lipatan. Semua itu adalah tempat berharap yang tidak pasti dan sangat mungkin mengecewakan.
Pemazmur menutup perikop ini dengan nasihat, berharaplah selalu kepada Tuhan, sebab pada Tuhan ada kasih setia (ay. 7). Ini adalah penegasan dari firman bahwa satu-satunya harapan kita dalam menjalani lika-liku kehidupan hanyalah kepada Tuhan Yesus. Dia tidak akan mengecewakan. Janji-janji-Nya bukan bualan, bukan pula khayalan. Jadi mulai hari ini, kembalilah berharap kepada Tuhan. Kepada Yesus, ya! Kalau berharap pada hal-hal yang lain, risiko tidak ditanggung!
Refleksi Diri:
- Kepada siapa Anda selama ini menaruh pengharapan saat menghadapi tantangan dan kesulitan? Kepada Tuhan Yesus atau kepada yang lain?
- Mengapa orang percaya yang memegang janji-janji firman Tuhan pasti akan selalu punya pengharapan?