Bagikan artikel ini :

Percaya Kehendak-Nya Di Masa Sulit

Matius 26:36-46

“Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”.
- Matius 26:42b

Joni Eareckson Tada mengalami kelumpuhan sejak masa remaja dari leher sampai kaki akibat kecelakaan. Pada awal kelumpuhannya, ia merasakan hidupnya gelap dan tanpa harapan. Di masa-masa terkelam tersebut, Joni berkata, “Tuhan seakan menginjakku, seperti puntung rokok yang diinjak. Aku berharap bisa mematahkan leher pada tingkat yang lebih tinggi, sehingga hidupku berakhir.” Setelah berminggu-minggu di tempat tidur, ia merasa bosan sampai depresi. Akhirnya ia berteriak, “Tuhan jika aku tidak bisa mati sekarang, tolong tunjukkan kepadaku bagaimana harus hidup!” Sejak saat itu, ia sering dibantu adiknya untuk duduk di kursi roda. Lalu dengan bantuan tongkat di mulut, Joni membolak-balik halaman demi halaman Alkitab untuk memahami kehendak Tuhan. Joni di masa kelamnya, akhirnya bisa melihat kehendak Tuhan terhadap dirinya.

Tuhan Yesus dalam kegentaran yang sangat, datang kepada Bapa-Nya. Dia sungguh mengenal Sang Bapa, bahwa Allah Bapa tidak akan pernah salah di dalam kehendak-Nya. Tidak satu pun keputusan-Nya yang gagal, seperti yang Yesus katakan, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat. 11:27). Pengenalan akan Bapa itulah yang membawa Tuhan Yesus menundukkan diri pada kehendak Bapa. Satu lagi yang tidak boleh dilupakan, Bapa juga mengenal Anak-Nya. Dia pasti akan menyelesaikan karya-Nya. Perkataan Tuhan Yesus, “Jadilah kehendak-Mu,” memiliki makna, “Seburuk apa pun yang akan terjadi pada diri-Ku, Aku ikut kehendak-Mu. Aku setuju inilah satu-satunya jalan. Aku akan meminum cawan tersebut. Jadilah kehendak-Mu.”

Tuhan Yesus sudah menundukkan diri-Nya pada kehendak Bapa, supaya kita bisa diselamatkan dan hidup dalam ketundukan pada kehendak Bapa. Setelah doa Getsemani, Yesus tidak pernah memohon lagi kepada Bapa untuk melepaskan dari penderitaan yang dijalani-Nya. Dia percaya sepenuhnya pada kehendak Bapa-Nya. Doa Yesus tidak mengubahkan situasi di luar, tetapi mengokohkan hati-Nya untuk bisa berjalan di dalam kehendak Bapa. Dengan berdoa kita sedang disiapkan untuk bisa memercayai dan menaati kehendak Bapa. Kehendak kita banyak, kehendak kita pun tampaknya baik, tetapi marilah berkata seperti Yesus, “Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” Di dalam keadaan paling kelam, tetaplah berdoa dan percaya pada kehendak Bapa.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah mengalami situasi kelam dan tidak memahami kehendak Bapa? Bagaimana sikap Anda saat itu?
  • Apa alasan Anda memercayai kehendak Bapa sekalipun dalam masa terkelam?