Bagikan artikel ini :

Mempersiapkan Upacara Pemakaman

Pengkhotbah 7:1-2, 8

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
- 2 Timotius 4:7

Suatu hari saat masih di seminari, seorang teman di tengah lamunannya bertanya kepada saya, “Kak, kenapa orang susah payah mempersiapkan pesta pernikahannya jauh-jauh hari, tetapi tidak ada yang mempersiapkan upacara pemakaman?” Ia kemudian menunjukkan ayat ini kepada saya.

Sadar tidak sadar, sebenarnya seumur hidup kita adalah waktu untuk mempersiapkan upacara pemakaman tersebut, meski dengan cara yang berbeda dari mempersiapkan pesta pernikahan. Anda tidak memilih gaun yang cantik, menentukan gereja dan gedung resepsi, menyewa fotografer, dan lain sebagainya. Anda mempersiapkan kedukaan dengan, seperti yang dikatakan ayat 1, memiliki “nama yang harum”.

Raja Salomo mengkontraskan nama yang harum dengan minyak yang dipakai merempah-rempahi jenazah, seolah-olah berkata bahwa tidak peduli semewah atau semahal apa pun upacara pemakaman seseorang, tidak ada gunanya jika seumur hidupnya tidak menjadi berkat untuk orang lain. Salomo kemudian menutup dengan “akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya” (ay. 8). Ya, kelahiran dan kehidupan di dunia ini adalah sesuatu yang baik, tetapi lebih baik lagi jika kita dapat mengakhiri kehidupan dengan baik.

Contoh ultimat dari hal ini tentu adalah Tuhan Yesus sendiri. Seumur hidup Yesus adalah untuk menaati kehendak Bapa-Nya dan mengasihi umat-Nya yang terhilang. Puncaknya adalah ketika Dia mati di kayu salib, menanggung hukuman manusia sehingga kita beroleh hidup kekal. Tuhan kita telah mengakhiri hidup-Nya di dunia dengan gilang gemilang. Inilah yang seharusnya kita, murid-murid-Nya, teladani. Rasul Paulus mengikuti teladan Yesus sampai akhir hayatnya sehingga ia dapat menuliskan kepada Timotius, ayat emas di atas yang kini sering dipakai dalam acara-acara kedukaan.

Sesudah menjelaskan hal ini kepada teman seminari saya, ia berpikir sejenak, kemudian mengatakan kepada saya bahwa ia ingin ketika Tuhan memanggilnya nanti, ia sedang berkhotbah. Itulah nama baik yang ingin dikenang orang tentang dirinya, yakni orang yang sampai akhir hidupnya dengan setia memberitakan kebenaran firman Tuhan.

Sekarang giliran Anda. Sudah sejauh apa Anda mempersiapkan upacara kematian Anda nanti?

Refleksi Diri:

  • Apa nama baik yang ingin orang kenang dari diri Anda ketika nanti berada bersama Tuhan di sorga?
  • Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk memperoleh nama baik tersebut mulai dari sekarang?