Bagikan artikel ini :

Tapi Janji Tinggal Janji

Pengkhotbah 5:1-5

Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.
- Ulangan 23:21

Anda mungkin tahu lagu lama berikut yang dinyanyikan oleh Rinto Harahap: Kau janjikan berbulan madu ke ujung dunia, kau janjikan sepatuku dari kulit rusa. Tapi janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi. Pernahkah Anda mengalaminya? Seseorang berjanji akan melakukan atau memberikan ini-itu kepada Anda, tetapi janji itu tidak pernah dipenuhinya. Atau jangan-jangan sebaliknya, kitalah yang suka membuat janji palsu?

Sama seperti manusia, Tuhan juga tidak suka kita membuat janji palsu kepada-Nya. Nazar atau janji yang ditujukan kepada Tuhan, lebih baik tidak pernah dilontarkan daripada tidak ditepati, kata Salomo (ay. 3-4). Orang yang asal membuat nazar dan tidak menepatinya adalah orang bodoh. Seorang yang mengalami masalah besar—misalnya sakit penyakit, terjerat hutang, dan sebagainya—berjanji kepada Tuhan akan menjadi hamba-Nya sepenuh waktu atau mempersembahkan sebagian kekayaannya jika Tuhan mengeluarkannya dari masalah tersebut. Sesudah Tuhan mengabulkan doanya, ia lupa pada janjinya! Ini pun sebuah kebodohan. Di hadapan Tuhan, seseorang jangan terburu-buru dalam berkata-kata daripada berbuat dosa melalui perkataannya tersebut.

“Ah, tapi aku tidak pernah bernazar atau berjanji seperti itu kepada Tuhan!” Oh, ya? Lantas apa yang Anda lakukan setiap minggu di gereja? Anda memuji Tuhan dan menyanyikan: Tuhan, ku mau menyenangkan-Mu. Menyenangkan-Mu, senangkan-Mu, hanya itu kerinduanku; mengikut Yesus keputusanku, ku tak ingkar; saya mau iring Yesus; ku mau cinta Yesus selamanya; dan lagu-lagu lainnya. Syair-syair lagu tersebut adalah tekad dan janji kita di hadapan Tuhan. Sayangnya, seringkali lagu-lagu indah ini hanya menjadi janji manis. Tuhan mungkin mendesah sambil berpikir, dasar gombal! ketika mendengar kata-kata kosong kita.

Saya bukannya melarang Anda menyanyikan pujian di gereja. Namun, Tuhan Yesus menghendaki kita tidak sekadar beryanyi. Dia ingin kita mengimani dan menghidupi lagu-lagu tersebut. Tidak mudah memang, tetapi setidaknya ada perjuangan dalam melakukan kehendak Tuhan dan penyesalan ketika kita jatuh dalam dosa.

Anda tentu tidak suka orang yang sekadar menyanyikan janji puitisnya untuk Anda, tetapi tidak pernah menepatinya, bukan? Demikian pula Tuhan.

Refleksi Diri:

  • Apa yang Anda rasakan saat menaikkan puji-pujian di setiap ibadah gereja? Apakah sekadar kata-kata kosong sambil lalu?
  • Bagaimana sikap dan tindakan Anda selanjutnya sesudah menyanyikan janji-janji tersebut kepada Tuhan?