Bagikan artikel ini :

Bangun Dan Membangun (Raise Up & Build)

Nehemia 2:1-20

EKSPRESI PRIBADI

Tidak setiap orang percaya dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan yang besar ditengah-tengah Dunia ini. Disini, bukan berarti Tuhan pilih kasih atau membeda-bedakan, tetapi semata-mata berdasarkan kedaulatan Tuhan saja. Dalam segala kedaulatan-Nya, Tuhan sudah mempersiapkan, membekali dan memberikan perlengkapan-perlengkapan yang khusus, supaya orang-orang ini, dapat melakukan semua yang Tuhan kehendaki.

Di dalam sejarah keselamatan, Gereja dan Dunia; ternyata orang-orang dengan panggilan yang khusus ini, banyak ditemukan. Ini artinya Tuhan bisa pakai siapapun, tanpa dapat dibatasi. Selama Tuhan mau pakai, maka semua ini tetap dapat terjadi. Biarpun ada halangan, rintangan serta kesulitan; tidak akan pernah dapat menghambat bahkan mempersulit. Sebaliknya, akan tetap tergenapi dengan sempurna. Hal ini dapat terjadi, bukan karena kehebatan manusia semata, tetapi karena ada kehebatan, kuasa bahkan kemampuan dari Tuhan.

Kerendahan hati dan kerelaan untuk dipakai oleh Tuhan, merupakan dasar utama untuk merespon panggilan dan penetapan Tuhan. Dalam pengertian ada kesediakan diri untuk dipakai menjadi “alat” bagi pekerjaan dan kemuliaan Tuhan. Sekarang yang menjadi perenungan adalah sampai sejauh mana Iman yang dimiliki mempercayai pilihan Tuhan atas kehidupan yang dimiliki? Apakah pada saat melihat orang lain dan diri sendiri dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan dapat berespon dengan baik, yaitu bersyukur dan memuji Tuhan? Coba sharingkan.

EKSPLORASI FIRMAN

Di dalam sejarah keselamatan bangsa Israel, nama Nehemia memiliki peran yang sangat penting. Khususnya di dalam pembangunan kembali tembok Yerusalem. Pada saat bangsa Israel ditaklukkan dan ditawan oleh bangsa Babel, semua generasi muda serta semua penduduk yang berpotensial; diangkut semua untuk dibawa ke negeri Babel.

Yang ditinggal di Yerusalem hanya orang-orang tua, yang ada dalam penderitaan, kesusahan dan ditimpa banyak permasalahan. Ditambah lagi, kondisi tembok Yerusalem, sebagai benteng perlindungan sudah hancur dan roboh. Semua ini menunjukkan, betapa mengerikan kondisi kota Yerusalem dan orang-orang yang ada disana. Melihat situasi yang demikian inilah, yang membuat Nehemia menangis dengan kesedihan yang sangat mendalam.

Karena ketidaksetiaan dan pemberontakan bangsa Israel terhadap kekudusan Tuhan, yang membuat Tuhan memakai bangsa Babel untuk menjatuhkan penghukuman-Nya kepada Umat milik kepunyaan-Nya. Tentunya kehancuran yang dialami oleh bangsa Israel ini, adalah buah dari segala kejahatan dan dosa yang mereka lakukan dihadapan Tuhan.

Namun demikian, semua yang dialami oleh Umat Allah ini, bukanlah akhir perjalanan mereka sebagai suatu bangsa. Justru didalam anugrah Tuhan yang tidak terbatas, Tuhan bangkitkan Nehemia, untuk menjadi “alat”, kemuliaan-Nya. Melalui keprihatinannya melihat kondisi tanah airnya yang ada didalam kehancuran, justru Tuhan bangkitkan beban untuk membangun kembali tanah kelahirannya, khususnya tembok Yerusalem.

Ada nilai kebenaran yang berkenaan dengan prinsip: Bagaimana merespon beban yang Tuhan berikan, untuk mengerjakan pekerjaan-Nya yang besar.

Pertama, Memiliki Perspektif Ilahi. Hal ini berkenaan dengan cara berpikir dan melihat yang dimiliki oleh seseorang pada saat memperhatikan peristiwa, kejadian dan situasi yang terjadi. Ada orang pada saat melihat, hanya sekadar melihat saja. Kalau toh pun lebih sekadar berkomentar. Bisa berkomentar buruk, mencela atau sebaliknya prihatin serta juga bisa bersyukur.

Tetapi tidak dengan Nehemia, dia justru memiliki perspektif Ilahi, yaitu dia tahu ada rencana Tuhan didalam hidupnya maupun bangsanya. Rencana Tuhan inilah, yang membuat Nehemia mencoba untuk mencari, menemukan serta menggenapinya. Dia jelas mendapatkan, untuk menghadirkan kemuliaan Tuhan lewat pembangunan kembali tembok Yerusalem yang runtuh. Dorongan dari kehendak Tuhan inilah, yang membuat dia bangun, untuk mewujudkan hal yang mustahil, menjadi terwujud. Dari yang tidak terwujud menjadi berbentuk.

Dua, Memiliki Komitmen Total. Tidak seperempat, setengah atau dua pertiga, tetapi 100%. Wouw…….sangat luar biasa. Komitmen ini, tidak hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga kepada bangsanya dan yang teristimewa kepada Tuhan. Komitmen membuat Nehemia tidak asal-asalan di dalam menyusun rencana, kekuatan, strategi bahkan segala halangan yang harus dihadapi dan diatasi. Membangun tembok, bukan perkara yang mudah, penuh tantangan, risiko dan dapat mendeg di tengah jalan. Butuh perjuangan, kerja keras bahkan banyak pengorbanan yang harus diberikan. Tanpa komitmen yang tinggi, besar dan total; maka itu hanyalah mimpi di siang bolong. Tidak mungkin! Namun demikian, pembangunan itu bisa terjadi dan terwujud, dimulai dari “mimpi” untuk kemudian berkomitmen total untuk diwujudkan. Tuhan sangat memakai orang-orang tertentu, yang punya komitmen total.

Tiga, Memiliki Kemauan Memberi. Apapun yang dipunyai pasti akan diberikan secara menyeluruh. Pemikiran, tenaga, keuangan, waktu, talenta bahkan hidupnya sendiri. Pemberian semua ini, pasti lahir dari kasih yang besar kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya. Suatu sukacita dan kebahagiaan; kalau di dalam kehidupan ini, diberikan kemampuan untuk memberi.

Memberi seluruhnya inilah yang Nehemia tunjukkan! Untuk merespon beban Tuhan ini, dia merelakan suruh yang dia miliki, termasuk menyerahkan masa depannya di dalam posisi pekerjaannya yang sudah mapan di negeri Babel. Karena posisi dia sebagai seorang pejabat, yang melayani raja. Semua pemberian ini, dia rela berikan semua; karena bagi Nehemia boleh dipakai sebagai “alat” untuk melakukan pekerjaan besar bagi bangsanya bahkan bagi Tuhan adalah nilai hidup yang tiada tara dan duanya.[LHP]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa makna bahwa Tuhan dapat memakai siapapun sebagai alatNya dalam menggenapi rencana-Nya ?

Penerapan

Kira-kira hal apa saja yang bisa dipersembahkan kepada Tuhan dan pelayanan ? Bagaimana mewujudkan secara konkret, khususnya tentang kebenaran dari ketaatan ?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.