Bagikan artikel ini :

Managing Our Freedom (Mengelola Kebebasan)

Roma 6:1-14

BAHAN CARE GROUP

Dewasa ini, kebebasan menjadi sesuatu yang paling diinginkan oleh setiap kita. Tidak ada orang yang senang di atur hidupnya, terbukti jika kita melihat seorang anak kecil yang mulai beranjak remaja, akan nampak banyak pemberontakan kepada orang tuanya. Hal ini dikarenakan mereka ingin menikmati dan merasakan kebebasan di dalam seluruh aspek hidupnya, dan ingin merasa bisa menentukan setiap pilihan menurut padangannya sendiri. Namun, seiring kebebasan itu diberikan banyak maka kebebasan itu berubah menjadi sebuah “kebablasan” yang mendatangkan konsekuensi kepada diri kita sendiri. Kebebasan apa yang paling kita inginkan saat ini?

EKSPLORASI FIRMAN

Sejak awal, manusia sangat menyukai kebebasan. Kita bisa melihat pada saat Adam dan Hawa diberikan kebebasan, mereka sangat senang sampai lupa akan aturan yang diberikan oleh Allah sehingga membawa mereka pada kehidupan dosa. Kebebasan tidak selalu buruk jika kita bisa memanfaatkannya dengan bertanggungjawab dan untuk melakukan kepentingan positif.

Rasul Paulus sangat memahami bahwa kebebasan memiliki arti ganda. Paulus tahu bahwa setiap pilihan yang kita buat memiliki konsekuensi entah itu baik atau buruk. Karena itu Rasul Paulus di Roma 6:1-14 mengajarkan dan mengarahkan kita tentang arti kebebasan yang sudah kita terima pada saat Kristus telah mati bagi setiap kita. Rasul Paulus ingin setiap kita memahami kebebasan yang dimaksud oleh Kristus bukanlah kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Kebebasan yang Kristus berikan adalah kebebasan yang harusnya kita syukuri dan manfaatkan untuk mengerjakan segala sesuatu yang baik yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Kebebasan apa yang dimaksudkan Rasul Paulus yang bisa kita pelajari bersama?

Pertama, Kebebasan dari dosa dan kuasanya. Dosa dan kuasanya adalah musuh kita sampai saat ini, tetapi dikatakan bahwa “kita telah mati bagi dosa..” karena itu seharusnya kita sudah tidak lagi hidup bagi dosa. Itu artinya Kristus yang sudah mati untuk kita memberikan kita kehidupan yang bebas dari jeratan dan ikatan dosa. Namun, seringkali kita hidup seperti orang-orang yang masih terbelenggu dosa dan kuasanya. Kita masih hidup dalam perhambaan dosa, keterikatan, ketakutan, kekecewaan, segala bentuk akar pahit yang memenjarakan kita. Karena itu Rasul Paulus menekankan di ay. 7, “Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.”. Kristus sudah membuka ikatan dan belenggu kuasa dosa, Kristus sudah membuka dan menghancurkan semua penjara masa lalu yang menyakitkan. Yang harus kita lakukan, keluar dari penjara itu dan hidup sebagai orang yang sudah dibebaskan. Pertanyaannya, maukah kita melangkah keluar dari segala penjara itu dan hidup sebagai orang yang sudah dibebaskan? Ataukah kita ternyata membiarkan pintu penjara itu terbuka dan kita tetap ada di dalam penjara tesebut?

Bagaimana kita hidup sebagai orang-orang yang sudah bebas? Dengan cara, tidak hidup lagi di dalam dosa, tidak lagi merasa takut dan kuatir akan apapun juga. Kematian dan kebangkitan Kristus bukan hanya memberikan keteladanan, tetapi, lebih jauh daripada itu, memberikan kuasa yang menghidupkan orang berdosa ke dalam hidup yang baru, yang tidak dikuasai oleh dosa dan kuasanya. Jadi istilah “telah mati” disini sengaja di berikan oleh Rasul Paulus untuk menunjukan kepada jemaat di Roma bahwa ketika mereka hidup di dalam Kristus maka kematian Kristus membuat dosa tidak lagi berkuasa atas mereka tetapi mereka juga tidak dapat lagi kembali hidup di dalam dosa, sebagaimana Kristus telah mati satu kali untuk dosa.

Kedua, Kebebasan untuk hidup bagi Dia. Kristus menunjukan kasih-Nya dan mati buat setiap kita manusia berdosa untuk agar kita bisa hidup bagi Dia, bukan lagi hidup bagi dosa. Karena itu setelah kita dihidupkan dengan kehidupan baru di dalam Dia, yang harus kita kerjakan adalah kita harus mau bekerja bagi Dia. Kita yang awalnya adalah seteru Allah, dijadikan menjadi hamba-hamba-Nya untuk melayani Dia, untuk mengerjakan pekerjaan baik yang telah disediakan Allah. Jika kita menjadi hamba kepada Tuhan Yesus maka Tuhan memberikan kepada kita kemampuan untuk hidup kudus. Tidak ada seorang Kristen yang mampu hidup kudus karena usahanya sendiri, melainkan karena ia telah menjadi hamba kepada Tuhan Yesus. Bukti bahwa kita sudah merdeka secara rohani adalah kita taat kepada kebenaran, kita menjadi hamba kepada kebenaran dan buahnya kita mengalami pengudusan dan akhirnya hidup yang kekal.

Pada ay. 13 “tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran”. Kata “serahkanlah” menunjukan bahwa Tuhan tidak pernah memaksakan seseorang untuk menjadi hamba-Nya, untuk menjadi anak-anak-Nya yang hidup dalam kebenaran. Tetapi karena kasih-Nya seseorang itu akhirnya dengan keinginan dan kerinduannya sendiri datang kepada Allah dan menyerahkan dirinya untuk hidup bagi Dia. Kemerdekaan yang kita alami di dalam Tuhan Yesus adalah untuk melayani Tuhan Yesus, melayani satu dengan yang lainnya dalam kasih. Kebebasan yang diberikan Dia adalah untuk kita bebas menjadi berkat bagi orang lain. Kita tidak dipanggil untuk menyalahgunakan kemerdekaan. Di dalam Tuhah Yesus, setelah kita merdeka maka kita harus mengikuti firman Tuhan karena firman Tuhan adalah peraturan yang Tuhan berikan supaya kita hidup diberkati oleh Tuhan.(SA)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa artinya kebebasan yang bertanggung jawab itu?

Penerapan

Langkah seperti apa yang dapat Anda lakukan agar tidak jatuh kembali dan terjerat di dalam dosa?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.