Bagikan artikel ini :

Transformation: From Servants To Soulmates (Transformasi: Dari Hamba Menjadi Sahabat Sejati)

Yohanes 15:13-15

EKSPRESI PRIBADI

Sahabat adalah seorang yang kita butuhkan. Karena sebagai manusia, kita lemah dan terkadang kita butuh teman yang bisa menemani, mendengar dan peduli dengan kita. Sahabat adalah seorang yang dekat dan peduli serta yang selalu siap menolong dan menemani kita di dalam situasi apa pun. Nah, kira-kita, apa ciri sahabat yang sejati? Mengapa Anda mau menjadi sahabat bagi orang lain?

EKSPLORASI FIRMAN

Di dalam Yohanes 15, Tuhan Yesus sedang bicara tentang relasi antara diri-Nya sebagai seorang Rabi (Guru) dengan para murid-Nya.  Di dalam Yohanes 15:1-8, Tuhan Yesus meminta mereka memiliki hubungan yang dalam (“tinggal di dalam Aku, tinggal di dalam firman-Ku”) dengan diri-Nya sehingga mereka bisa bertumbuh dan berbuah memuliakan Tuhan di dalam kehidupan mereka.

Salah satu bukti kedekatan adalah adanya kasih baik antara Tuhan Yesus sebagai guru dengan para murid-Nya maupun kasih di antara murid itu sendiri (9-12). Kasih inilah yang mengikat hubungan mereka lebih dekat dan lebih erat bahkan kasih juga yang tidak lagi memandang status baik sebagai guru dan murid.  Mereka sudah menjadi sahabat satu dengan yang lain seperti yang Tuhan Yesus kataka: “Kamu adalah sahabat-Ku,” sebuah pengakuan Tuhan Yesus terhadap murid-murid-Nya. Mereka bukan sekedar pengikut, tetapi sahabat-sahabat yang dekat dengan diri-Nya.

Menarik sekali. Pertanyaan adalah mengapa Tuhan Yesus mau mengangkat mereka sebagai sahabat-sahabat-Nya?  Padahal guru dan murid umumnya memiliki hubungan atasan dan bawahan, ada otoritas lebih di dalam peran sebagai seorang guru. Ada tiga hal penting yang kita bisa pelajari dari apa yang Tuhan Yesus sampaikan di dalam Yohanes 15:13-15 ini.

Pertama, kasih yang besar. Tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam dunia adalah memenuhi visi Allah untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan akibat dosa (Yoh 3:16).  Tuhan Yesus pun datang bukan sebagai tuan tetapi sebagai hamba yang rela berkorban dengan mati di atas kayu salib (Flp 2:6-8). Dengan demikian, Yesus datang sebagai sahabat bagi orang-orang yang berdosa (Mat 11:19) karena diri-Nya hadir sebagai hamba dan bukan tuan, sama dengan orang-orang yang Ia layani. Dia datang ke dalam dunia karena mengasihi mereka dan melihat betapa berharganya manusia yang berdosa sehingga Dia sendiri rela mengorbankan nyawanya demi orang-orang berdosa ini. Dan orang-orang yang percaya kepada-Nya adalah sahabat-sahabat-Nya yang dekat dengan diri-Nya (Yoh 15:13). Yesus rela menjadikan manusia berdosa menjadi sahabat-Nya karena Dia sangat mengasihi orang-orang berdosa.

Demikian pula kita sebagai orang-orang percaya. Kita pun telah sahabat-sahabat Kristus Yesus karena Dia telah mengasihi kita dengan mengorbankan nyawa-Nya bagi kita. Kita yang jauh sudah menjadi dekat karena Kristus seperti yang disampaikan Rasul Paulus “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus” (Ef 2:13).  Kita dulu seteru Allah tetapi sekarang adalah anak-anak-Nya. Kita dulu orang asing, sekarang adalah sahabat Kristus Yesus.

Kedua, penuh ketaatan. Relasi persahabatan yang Tuhan Yesus bangun dengan murid-murid-Nya didasarkan dari relasi Kristus Yesus sendiri dengan Bapa-Nya (Yoh 15:9). Salah satu bukti relasi tersebut adalah ketaatan. Di dalam ayat 10, Tuhan Yesus menyatakan: “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” Tuhan Yesus menjadikan murid-murid-Nya sahabat supaya mereka dapat menjadi penurut-penurut apa yang Ia katakan. Tuhan Yesus tidak ingin mereka taat kepada-Nya karena ada paksaan atau takut di hukum, tetapi dengan kasih seorang sahabat yang mau mendengar apa yang dikatakan sahabat-Nya. Karena itu, seperti Tuhan Yesus yang taat kepada Allah Bapa, demikian pula murid-murid-Nya, mereka pun harus taat seperti seorang sahabat dan bukan hamba atau sekedar sebagai seorang murid yang takut kepada gurunya.

Demikian pula kita semua. Bukti kita adalah sahabat Kristus adalah mau mendengar dan melakukan apa yang Tuhan Yesus nasihatkan kepada kita semua. Firman yang Yesus Kristus sampaikan harus kita benar-benar pahami dan lakukan. Dengan demikian, Kristus benar-benar menjadi sahabat kita karena kita mau mendengar dan melakukan apa yang Ia firmankan kepada kita.

Ketiga, tidak ada rahasia. Di dalam persahabatan tidak ada rahasia. Karena sahabat adalah tempat di mana kita mencurahkan isi hati kita kepadanya. Demikian pula Tuhan Yesus. Dia pun menjadikan para murid-Nya adalah sahabat karena mereka juga menjadi tempat curahan isi hati Kristus. Tatkala Ia sedih, Ia pun menyatakan kepada mereka (Mat 26:38). Tatkala Tuhan Yesus harus menghadapi penderitaan, Ia pun membuka rencana apa yang akan Ia lakukan dan alami (Matius 16:21). Kristus Yesus walaupun Dia adalah Allah sejati, Ia pun manusia sejati yang juga mengalami kelemahan sebagai manusia. Dia butuh sahabat-sahabat. Demikian pula dengan murid-murid-Nya, Tuhan Yesus rindu mereka juga mengandalkan Tuhan Yesus sebagai sahabat yang peduli dan mengerti bahkan menyertai mereka di mana pun mereka melayani.  Tuhan Yesus selalu ada bagi mereka.

Kita bersyukur tatkala kita menjadi murid-murid-Nya. Kristus sudah menjadi sahabat kita yang siap menampung segala keluhan dan jeritan hati kita. Dia juga siap menyertai kita di dalam apa pun yang kita kerjakan. Curahkanlah hati kita kepada-Nya dan Ia selalu siap mendengar dan menolong kita. (SO)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Seberapa jauhkan Yesus Kristus menjadi sahabat sejati bagi Anda dan seberapa jauh pula Anda sudah menjadi sahabat Tuhan Yesus?

Penerapan

Dalam hal apa saja Anda bisa menjadikan Kristus Yesus sahabat  dan bagaimana Anda praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.