Bagikan artikel ini :

Upahku adalah Tanpa Upah (My Reward is No Reward)

1 Korintus 9:16-23

BAHAN CARE GROUP

Istilah FIT berarti sehat, bugar, cocok, pas, sesuai. Setidaknya ada tiga kunci agar tubuh fit dan hidup bugar: makan sehat, tidur cukup, dan olah raga teratur. Dalam konteks pelayanan misi penginjilan, tubuh rohani juga perlu FIT, sebagaimana belajar dari kehidupan dan pelayanan misi Rasul Paulus. FIT yang dimaksud adalah Fleksibel, Intensional dan Total. Betapa penting ketiga aspek tersebut untuk mengingatkan kita saat berelasi dan melayani sesama, khususnya dalam pemberitaan Injil.

EKSPLORASI FIRMAN

Nats kita dari surat pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (9:16-23), diberi judul dalam Alkitab kita, “Hak dan kewajiban rasul.” Dalam perikop ini Paulus menegaskan: “Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu” (ay. 15). Senada dengan tema renungan kita, “Upahku adalah Tanpa Upah.” Rasul Paulus berujar, “Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil” (ay. 18). Sebagai rasul, Paulus tidak pernah menerima kompensasi dari Korintus. Ia tidak menerima upah dari jemaat Korintus walaupun hal itu adalah legal. Pelayanan misi Paulus menghidupi prinsip “upahku adalah tanpa upah” ketika semua, segala-galanya, setiap saat, dengan semua orang, “Whatever it takes” (apapun yang diperlukan), semua demi Injil.

  1. Fleksibilitas: menjadi seperti
    Paulus rela menyesuaikan diri dengan siapa pun yang mau diinjili. “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi… Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat… Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat… Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah” (ay. 20-22). Paulus sungguh bersifat fleksibel. Perhatian dan fokus Paulus selalu pada pelayanan misi pekabaran Injil. Oleh karena itu, ia menyuruh menyunatkan Timotius sehingga bisa bekerja sama dengan orang-orang Yahudi (Kis 16:3), tetapi Titus tidak dipaksa untuk menyunatkan diri (Gal 2:3) agar tidak mengkompromikan kebebasan Injil di antara orang-orang bukan Yahudi. Kita pun perlu fleksibel dalam bersikap dan bertindak, kita perlu belajar menyesuaikan diri di mana Tuhan tempatkan kita untuk menyaksikan Injil.
  2. Intensionalitas: memenangkan orang
    Kepedulian utama Paulus adalah pemberitaan Injil, “supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang” (ay. 19). Istilah “memenangkan” setidaknya disebut 5x (ay. 19-22). “Memenangkan” adalah istilah “keuntungan.” Paulus menggunakan istilah memenangkan orang dalam arti Penginjilan. Bagi Paulus tidak masalah, apakah memenangkan hanya “beberapa” (ay. 22) atau syukur malah bisa memenangkan “sebanyak mungkin” (ay. 19). Sasaran Paulus juga siapa pun orang atau kelompoknya, baik “orang-orang Yahudi” (ay. 20), yakni “mereka yang hidup di bawah hukum Taurat” (ay. 20); maupun bangsa-bangsa lain, yaitu “mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat (ay. 21). Intensionalitas penginjilan dalam setiap bagian kehidupan kita, bukan suatu metodologi tertentu atau rumus khusus, adalah bentuk atau ungkapan untuk keseimbangan yang tepat antara kebebasan Kristen dan tanggung jawab Kristen.Kita ini bebas merdeka, namun perlu sangat hati-hati dalam bertutur kata dan berlaku demi memenangkan jiwa baru bagi Kristus.
  3. Totalitas: menjadi segala-galanya
    Komitmen Paulus, “Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya” (ay. 22). Hati Paulus telah diubahkan dari yang berpusat pada diri sendiri menjadi berpusat pada Injil.
    Seruan "sungguhpun aku bebas terhadap semua orang" (ay. 19) ini adalah penekanan pada kebebasan Kristen. Lalu "aku menjadikan diriku hamba dari semua orang" (ay. 19) ini adalah penekanan pada tanggung jawab Kristen. Martin Luther mengatakan, "Seorang Kristen adalah tuan yang bebas atas segala sesuatu dan tidak tunduk kepada siapa pun. Seorang Kristen adalah hamba yang melayani dalam segala hal, tunduk pada semua orang." Karena Paulus adalah hamba Kristus, ia adalah seorang hamba dari semua yang ditemui, dilayani dan diselamatkan oleh Kristus, baik orang percaya dan orang bukan/belum percaya. Kita yang memberi diri menjadi hamba-hamba Allah juga berkepentingan untuk memberi totalitas hidup penyerahan kita bagi hormat dan kemuliaan nama Tuan kita, Tuhan Yesus Kristus.

Paulus merasa terdorong dan giat untuk pelayanan misi pekabaran Injil karena panggilan khusus Kristus dalam perjalanannya ke Damsyik (Kis 9:15). Malah sebagai rasul bukannya menuntut hak atau upah, malah justru merasa berhutang Injil kepada setiap orang. Paulus harus membagikan Injil, Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (ay. 16). Paulus menghidupi panggilan dan pelayanannya, “Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil” (ay. 23). Pekabaran Injil dan pengajarannya tidak hanya untuk kepentingan orang lain, namun juga untuk pencerahan dan pertumbuhan dirinya sendiri, “supaya aku mendapat bagian dalamnya” (ay. 23). Dalam melakukan apa yang rasul harus lakukan, Paulus mendapati berkat-berkat injil. Kita diselamatkan karena anugerah, marilah kita juga menyaksikan keselamatan kita bukan karena upah. Kiranya semua karena kemurahan Tuhan, kita masih diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pelayanan misi pekabaran Injil.[YM]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Mengapa pekabaran Injil menjadi sebuah keharusan dan bukan pilihan?

Penerapan

Bagaimana menerapkan FIT dalam mengabarkan Injil secara nyata?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.