Dinistai Tapi Tak Terusik
2 Korintus 5:11-21
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
-2 Korintus 5:21
Paulus melalui ayat ini hendak menyampaikan tiga hal, yaitu (1) Dia (Yesus) tidak mengenal dosa (2) tapi telah dibuat menjadi dosa (3) tujuannya supaya kita yang berdosa, bisa dibenarkan oleh Allah. Sederhananya, Tuhan Yesus rela jadi tumbal, korban pengganti, dan kambing hitam. Bukan Yesus yang salah tapi Dia yang disalahkan. Bukan Yesus yang berbuat tapi Dia yang harus menanggung akibatnya. Apakah itu enak? Apakah adil? Jelas tidak! Namun, Kristus tetap menjalani penderitaan, penyiksaan, dan puncaknya penyaliban, semua itu untuk siapa? Untuk Anda dan saya. Untuk seluruh umat manusia yang telah berdosa.
Beberapa kali sempat ramai diperkarakan tentang kasus penistaan agama. Banyak komentar dan tindakan dilakukan oleh umat beragama yang merasa agama dan Tuhan-nya dihina dan direndahkan. Mereka tidak terima simbol agamanya dinistakan. Orang-orang ini membela agamanya mati-matian bahkan sampai ada yang berani berbuat radikal. Mereka juga menuntut orang yang menistai agama mereka, dijatuhi hukuman seberat-beratnya.
Nah, coba bandingkan dengan ayat di atas. Sudah lama Kristus menanggung derita, kutuk, dan hukuman yang sebenarnya bukan salah-Nya. Namun, apa yang Kristus perbuat ketika Dia disalahkan? Ketika Yesus dinistakan? Saat Dia diperlakukan tidak adil, dihina, bahkan dihujat? Dia menerima dengan rela, kasih-Nya tidak luntur ketika dihasut. Kasih-Nya tetap nyata walaupun dihina. Kasih-Nya tetap membara walaupun ada luka yang terbuka di punggung-Nya. Kristus memberikan contoh nyata apa itu kasih, apa itu pengampunan.
Siapa sih pelaku penistaan sebenarnya? Kitalah pelakunya. Ya kita yang sudah tahu Yesus mengasihi tetapi terus saja kita lukai. Kita sudah tahu firman-Nya, baca perintah-Nya, tetapi terus saja tidak taat dan banyak alasan untuk melakukan perbuatan dosa. Kita terusik ketika orang menghina salib tetapi santai-santai saja saat kita tidak setia memikul salib.
Permisi tanya, kita terusik nggak ketika berbohong, munafik, maki orang, ngomongin orang, malas, tidak serius ibadah, dan lain sebagainya. Kenapa untuk semua hal-hal yang disebutkan tadi kita tidak merasa terusik? Lho?
Refleksi Diri:
- Bagaimana biasanya sikap Anda saat disalahkan atau dinistai orang lain? Apakah sikap respons Yesus sudah menjadi teladan Anda?
- Dalam hal apa kita telah melakukan penistaan terhadap Yesus?