Kristus Yang Maha Hadir
Salah satu janji Tuhan Yesus yang paling memberikan penghiburan ada di dalam Matius 28:19-20. Di ayat 19-20a, Dia memberikan sebuah perintah kepada murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya, membaptis dan mengajar orang-orang, sebuah tugas yang sangat berat untuk dilakukan. Tetapi di ayat 20b, Dia memberikan janji yang manis bahwa Dia akan menyertai murid-murid-Nya, termasuk kita, untuk melakukan hal tersebut sampai kepada akhir zaman. Ini tentu menjadi penghiburan besar bagi setiap orang yang pergi ke tempat jauh , terpencil dan asing untuk memberitakan Injil, kepada orang-orang yang ada di dalam penjara karena iman mereka, juga kepada setiap anak-Nya yang harus bergumul dengan iman di tengah kehidupan dunia. Dia tidak pernah meninggalkan mereka.
Namun dibalik janji indah ini, bisa jadi terbersit pertanyaan. Di dalam Pengakuan Iman Rasuli, kita selalu mengatakan bahwa Yesus Kristus naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Jadi, bagaimana mungkin Dia bisa selalu menyertai orang percaya sampai kepada akhir zaman, jika tubuh-Nya ada di Surga? Apakah penyertaan-Nya hanya simbolis? Jikalau Dia hanya manusia biasa tentu sulit untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi kita tahu bahwa Tuhan Yesus bukan hanya sepenuhnya manusia, tetapi sekaligus juga sepenuhnya Allah. Dua natur itu memungkinkan hal ini terjadi.
Dengan berbagai cara, Alkitab mengajarkan dan memperlihatkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Dia mengklaim sifat-sifat Allah ada pada Diri-Nya dan Dia melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh Allah. Sejak awal sekali, gereja Tuhan mengakui bahwa Yesus yang mereka kenal pernah lahir di Bethlehem, mati di Golgota, bangkit dari kematian dan naik ke Surga, sesungguhnya adalah Anak Allah yang kekal, Pencipta dan pemelihara alam semesta, Pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Sebagai Allah, sebelum berinkarnasi menjadi manusia, Dia tentu memiliki berbagai sifat ilahi seperti kekal, mahakuasa, mahahadir, mahatahu, tidak terbatas dan sebagainya. Apa yang terjadi dengan keilahian-Nya ketika Anak Allah datang ke dalam dunia sebagai manusia?
Ada berbagai pendapat tentang hal ini, tetapi gereja Tuhan di sepanjang sejarah menyatakan bahwa ketika Anak Allah berinkarnasi menjadi manusia, Dia sama sekali tidak melepaskan keilahian-Nya atau menguranginya atau mengganggu kualitas keilahian-Nya. Ketika berinkarnasi, Anak Allah mengambil natur kedua yakni natur manusia tanpa dosa tetapi dengan segala keterbatasannya, seperti bisa sakit, mati, haus, dipukul dan sebagainya. Kedua natur ini bersatu dalam satu Pribadi Kristus yang sama dan kesatuan ini disebut kesatuan hipostatis. Kedua natur ini, yakni natur Allah dan natur manusia, disatukan secara sempurna tanpa bercampur satu sama lain. Yesus Kristus tidak menjadi jenis makhluk ketiga, tetapi tetap Allah dan manusia. Kedua natur ini tidak berubah, yakni keilahian-Nya tidak berkurang ketika berinkarnasi; tidak terbagi-bagi, yakni Yesus bukan 70% Allah dan 30% manusia tetapi 100% Allah dan 100% manusia; juga tidak dapat dipisahkan, berarti Yesus betul-betul hanya satu pribadi yang utuh. Setiap natur mempertahankan ciri-ciri natur itu sendiri. Misalnya, sebagai manusia, tubuh jasmani-Nya tidak dapat hadir di segala tempat sekaligus. Tetapi ini tidak berarti bahwa Yesus dibatasi oleh tubuh-Nya selama Dia ada di dunia karena pada saat bersamaan, sebagai Allah, Dia memenuhi segala ruang-waktu alam semesta ini. Dia tetap menopang dan mengarahkan seluruh alam semesta dalam keilahian-Nya sementara pada saat yang sama di dalam kemanusiaan-Nya, Dia sedang belajar berjalan sebagai anak kecil. Natur manusia Yesus tetap dibawa ketika Dia naik ke Surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Kesatuan hipostatis ini berlaku seterusnya. Setelah bangkit dan tubuh-Nya dimuliakan, Dia tetap membawa tubuh dan natur manusia itu ketika naik ke Surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Artikel 47 dari Katekismus Heidelberg, yang menjadi salah satu dokumen dasar gereja reformasi, mengatakan bahwa dalam natur manusia-Nya, Dia memang tidak ada lagi di bumi, tetapi di dalam keilahian-Nya, Dia tetap ada dimana-mana, melampaui natur manusia-Nya yang terbatas. Bukan hanya itu, melalui kenaikan-Nya, Dia dan Bapa juga mengirimkan Roh Kudus ke dunia, memenuhi setiap diri orang percaya. Melalui natur ilahi-Nya dan di dalam penyertaan Roh Kudus, maka kita dapat terus memiliki relasi dengan Yesus Kristus di mana pun, mengalami kemuliaan dan anugerah-Nya, sekalipun kita tidak dapat meraba lagi tubuh-Nya. Karena Yesus Kristus adalah satu Pribadi yang tidak terbagi, maka ketika kita bersekutu dengan Dia melalui natur ilahi-Nya di dalam Roh Kudus, kita pun sesungguhnya sedang bersekutu dengan pribadi Kristus sendiri, di mana pun kita berada di belahan dunia ini, dan ketika kita melakukan panggilan mulia-Nya.
Kesatuan kedua natur ilahi dan manusia dalam satu pribadi Kristus menjadi satu penghiburan besar bagi orang percaya. Kita bukan hanya dapat melakukan pekerjaan yang diperintahkan Yesus Kristus dengan kehadiran-Nya, tetapi kita juga terikat kekal dengan-Nya dan selalu ada dalam persekutuan dengan Dia. Kita merasa aman karena Dia sangat mengerti kelemahan kita, Dia selalu dekat dengan kita, tidak pernah meninggalkan kita dan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman, sebagaimana telah dijanjikan-Nya.*(TDK)