Terpanggil untuk menjadi berkat
Kita tahu bahwa dunia yang kita tinggal bukanlah dunia yang sempurna. Jika melihat perlakuan yang kita terima dari lingkungan di mana kita tinggal, terkadang kita enggan untuk melakukan yang baik bagi lingkungan kita. Lebih baik memikirkan urusan diri sendiri saja daripada hidup berbagi dengan mereka. Hanya saja, sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia bahkan menjadi berkat bagi sesama kita. Terlebih lagi Paulus sendiri menekankan kepada kita bagaimana kita juga harus melakukan kebaikan di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun seperti yang dia katakan “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Galatia 6:9-10). Karena itu, kita harus belajar bagaimana mengasihi dunia ini dan melakukan karya-karya yang terbaik. Sekarang pertanyaan adalah bagaimana kita bisa melakukan kebaikan bagi mereka yang ada di lingkungan kita?
Pertama, miliki panggilan untuk menjadi berkat. Kita tidak dapat menjadi berkat, jika kita tidak terpanggil ke dalamnya. Panggilan ini adalah panggilan dari hati kita yang penuh belas kasihan terhadap dunia yang terhilang. Mungkin kita tidak terpanggil untuk menjadi hamba Tuhan secara full time, tetapi apakah kita dapat melakukan sesuatu sebagai bagian dari Injil melalui apa yang kita kerjakan? Panggilan ini juga yang sebenarnya menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang berarti demi menyatakan kasih Kristus dan membawa berkat dan damai sejahtera ke lingkungan di mana kita tinggal.
Ketika Allah membawa umat Israel ke dalam pembuangan, mereka juga diminta untuk memenuhi panggilan misi Allah untuk menjadi berkat di mana pun mereka berada. Melalui nabi Yeremia, mereka diminta untuk: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29:7). Allah meminta umat Israel, walaupun sebenarnya mereka tidak ingin ada di tanah pembuangan, tapi mereka harus memenuhi panggilan Allah untuk menjadi berkat di mana pun mereka ada.
Kita percaya bahwa ketika Allah menempatkan kita di mana kita berada saat ini, bukanlah sebuah kebetulan, tetapi juga rancangan Allah dalam hidup kita. Karena itu, mari lihatlah sekeliling kita, lihatlah orang-orang yang ada bersama dengan kita. Biarlah kita memiliki hati dan mata seperti Kristus yang penuh dengan belas kasihan (Mat 9:36).
Dalam bukunya, “Panggilan untuk Mengenal dan Mengasihi Dunia,” Steven Garber menyatakan bahwa sebagai anak-anak Tuhan kita menerima panggilan (vokasi) untuk berkarya di tengah lingkungan di mana kita tinggal. Garber menyadari bahwa hidup dengan kejujuran dan integritas hidup dalam dunia saat ini tidaklah mudah. Tetapi dia sendiri melihat bahwa masih ada orang-orang yang hidupnya mau terpanggil menjadi berkat bagi sesama. Dia mengatakan: “Tetapi ada orang-orang yang membuat pilihan itu. Bukan karena kebesaran atau ambisi yang besar, tetapi…dalam relasi dan tanggung jawab kehidupan umum, mereka memandang diri mereka terlibat dalam keberadaan dunia sekarang dan seharusnya. Mereka memandang diri mereka sendiri sebagai memiliki vokasi-vokasi yang memanggil mereka ke dalam kehidupan, ke dalam dunia—ke dalam suatu cara mengetahui yang melibatkan mereka, demi kasih” (hal 141).
Karena itu, siapa pun kita dan apa pun pekerjaan dan tanggung jawab kita, jadikan semua itu panggilan untuk kita berkarya. Jika kita ibu rumah tangga, jadikanlah ibu rumah tangga sebagai panggilan kita berkarya sebaiknya demi kemuliaan Allah. Jika kita adalah pemimpin perusahaan, jadilah jabatan saudara sebagai panggilan untuk menjadi berkat bagi karyawan dan pelanggan saudara sehingga orang lain bisa melihat Kristus melalui apa yang kita kerjakan melalui jabatan tersebut. Jika kita adalah karyawan, lakukan pekerjaan kita semaksimal mungkin sebagai bentuk panggilan Allah untuk kita menjadi berkat dan alat Injil Kristus sehingga mereka bukan hanya melihat prestasi pekerjaan kita tetapi juga karya Kristus dalam apa yang kita hasilkan. Semua dilakukan demi kemuliaan Tuhan (Kol 3:23)
Kedua, melaksanakan apa yang harus kita kerjakan. Apa yang kita lanjutkan setelah kita memiliki panggilan untuk melayani? Kerjakan apa yang kita bisa. Halangan terbesar untuk menjadi berkat bagi orang lain adalah diri kita sendiri. Ada ketakutan dan kekuatiran sebelum kita melangkah. Terlebih di dalam konteks Indonesia. Ada yang menyatakan bahwa percuma kita melakukan kebaikan kalau akhirnya ketidakbaikan yang kita terima. Walaupun demikian, kita harus kerjakan sesuatu. Kristus tahu bahwa ketika Dia hadir di tengah umat Israel, Dia akan mengalami penderitaan yang luar biasa bahkan di hukum mati layaknya sebagai seorang penjahat besar di atas kayu salib. Walaupun demikian, apakah Dia enggan untuk tetap jadi berkat bagi orang yang Ia layani? Tidak. Apa yang Kristus Yesus harus lakukan, Dia lakukan.
Stevan Garber pun menyadari akan kesulitan untuk melangkah maju setelah kita menemukan panggilan kita. Kita memerlukan komitmen yang sungguh-sungguh untuk melangkah dan berkarya nyata di mana pun kita terpanggil. Bukan sekedar slogan semata. Garber menyatakan: “Salah satu tantangan terbesar bagi siapa pun adalah menemukan suatu tempat di dunia—banyak melihat, banyak mendengar, banyak membaca, lalu memutuskan di mana kita berada dan apa yang kita akan lakukan. Setelah mengetahui apa yang kita ketahui, apa yang akan kita lakukan? Bagaimana kebiasaan hati kita menjadi suatu kehidupan?Bagaimana kita menumbuhkan kasih kita ke dalam suatu kehidupan? Bagaimana komitmen-komitmen terdalam kita menjadi siapa kita dan cara hidup kita?Tidak ada seorang pun mendapati hal ini mudah; dalam ribuan jalan yang berbeda-beda kita memulai dan berhenti, bertanya-tanya dan mencoba lagi” (hal. 143).
Secara sederhana adalah apa yang kita ketahui haruslah kita lakukan. Ketika kita mengetahui adanya kebutuhan, maka disitulah kita dapat berperan. Mungkin ada kebutuhan di tengah lingkungan di mana kita tinggal. Atau mungkin saja karyawan kita membutuhkan bantuan biaya pengobatan. Atau dapat juga tetangga kita sedang kesulitan uang sekolah. Nah, dalam situasi seperti ini, apakah yang harus kita lakukan? Apakah kita berdiam diri? Lebih mudah berdiam diri dan menganggap seperti tidak terjadi apa-apa. Tetapi apakah ini panggilan sebagai orang Kristen yang terpanggil untuk menjadi berkat? Bahkan Rasul Yakobus menyatakan jika kita tahu melakukan perbuatan baik tetapi tidak melakukan, itu adalah perbuatan dosa (Yak 4:17). Karena itu, marilah kita menjadi berkat dengan apa yang kita lakukan. Lakukan sesuatu lebih berarti daripada tidak melakukan apa-apa. Rasul Yohanes berkata: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” [SO]