Bagikan artikel ini :

Bapa Sekaligus Hakim

1 Petrus 1:17-21

Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
- 1 Petrus 1:17

Hidup kudus adalah panggilan orang Kristen. Penulis Jerry Bridges mengatakan, “Kekudusan tak lain adalah kesesuaian dengan karakter Allah.” Tujuan utama hidup orang percaya bukanlah kebahagiaan, melainkan kekudusan, karena itulah yang berkenan di hadapan Allah. Tidak ada kebahagiaan di luar kekudusan. Kebahagiaan sejatinya hanya ada dalam hidup yang berkenan kepada Allah.

Dalam 1 Petrus 1:17, Rasul Petrus memberikan alasan lain tentang pentingnya hidup kudus, yaitu penghakiman Allah. Ia menjelaskan bahwa kita sering memanggil Allah sebagai Bapa dan berseru kepada-Nya meminta tolong. Ini menandakan hubungan yang dekat. Allah itu Bapa yang penuh kasih. Hal ini tentu baik-baik saja. Akan tetapi, Petrus mengingatkan bahwa Allah adalah Bapa sekaligus Hakim. Hakim yang menghakimi orang berdosa.

Apakah penghakiman yang dimaksud adalah penghakiman pada akhir zaman nanti? Tentu saja akan ada penghakiman pada akhir zaman nanti, tetapi yang dimaksud di sini adalah penghakiman dalam arti disiplin pada masa sekarang ini. Dengan kata lain, tidak ada perbuatan dosa yang dibiarkan begitu saja, akan selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung si pendosa. Oleh sebab itu, orang percaya harus “hidup dalam ketakutan”. Ini bukan berarti ketakutan yang merenggut damai sejahtera, melainkan dalam arti menghormati Allah. Takut untuk berbuat dosa. Takut akan Allah adalah sisi lain dari kasih kepada Allah sehingga tidak mau menyakiti hati-Nya. Ibarat seorang anak mengasihi orangtuanya, tetapi pada saat yang sama juga hormat kepada mereka.

Konsep Allah sebagai Hakim itu nyata dalam Alkitab, tetapi seringkali tertutup oleh konsep Allah sebagai Bapa. Padahal, keduanya adalah dua sisi yang tidak terpisahkan. Allah yang memperlakukan kita sebagai anak adalah Allah yang juga mendisiplin kita jika berdosa. Kita bukanlah anak-anak manja. Kesadaran ini harus meresap dalam kehidupan kita sehingga kita menjaga kekudusan hidup setiap saat. Hiduplah senantiasa dalam takut akan Tuhan dengan menghomati Allah sebagai Bapa sekaligus mengasihi Tuhan Yesus Kristus sebagai Sahabat.

Refleksi Diri:

  • Apa perasaan Anda mengetahui bahwa Allah adalah Hakim?
  • Bagaimana sikap Anda jika Allah mendisiplin karena dosa yang Anda perbuat?