Bukan Istana, Hanya Kemah
Zakharia 12:1-9
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
- 2 Korintus 12:9
Bayangkan sebuah kota yang begitu kuat pertahanannya. Siapa pun yang menyerangnya kalah, bahkan terbakar habis. Namun, ketika melihat kota tersebut, betapa kagetnya Anda bahwa kota itu bukanlah kota benteng kokoh atau istana penuh persenjataan, melainkan kemah-kemah sederhana!
Seperti itulah gambaran dari nubuatan yang kita baca hari ini. Di sepanjang ayat ini, Tuhan berkata bahwa segala bangsa akan takluk kepada Yehuda. Namun pada ayat 7, Anda membaca bahwa yang ada di Yehuda hanyalah kemah-kemah, bukan benteng maupun istana. Mengapa? “supaya keluarga Daud dan penduduk Yerusalem jangan terlalu bermegah-megah terhadap Yehuda.” Pada akhirnya, yang membuat bangsa-bangsa takluk kepada mereka bukan keperkasaan atau persenjataan mereka, melainkan karena “penduduk Yerusalem mempunyai kekuatan oleh karena TUHAN semesta alam, Allah mereka” (ay. 5).
Hal ini pulalah yang dialami Rasul Paulus. Ia menjelajahi satu kota demi kota lain, menjadi rasul atas bangsa-bangsa non-Yahudi. Paulus bisa saja berbangga. Bagaimanapun, ia adalah orang Yahudi asli yang terpelajar (Fil 3:5), banyak menderita untuk pelayanan misi (2Kor 11:23-27), bahkan mendapat penglihatan spektakuler (2Kor. 12:1-4). Namun, ia memiliki duri dalam daging, yakni kelemahan tak tersebutkan yang mengganggunya dalam pelayanan (2Kor. 12:7). Bukannya mencabut duri itu, Tuhan Yesus malah membiarkannya karena dengan demikian, Paulus tahu bahwa jika ia dapat menjadi misionaris yang luar biasa bukan karena kehebatannya, tetapi justru karena Tuhan bekerja di dalam kelemahannya. Ini menjadi pengingat bagi Paulus untuk tidak memegahkan diri sendiri, tetapi hanya bermegah di dalam Tuhan Yesus.
Demikian pula hidup kita. Tidak banyak di antara kita adalah orang yang paling cakap di bidangnya. Talenta kita pas-pasan dibandingkan tenaga profesional. Kepandaian kita kalah jauh dari Einstein dan ilmuan-ilmuan lain. Anehnya, Tuhan tidak memakai orang-orang profesional itu maupun Einstein, melainkan orang-orang lemah seperti kita.
Tidak ada satu pun dari diri kita yang dapat dibanggakan selain bahwa Tuhan kita sendiri, Yesus Kristus, mau memakai kita yang serba terbatas ini.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sedang terlibat di dalam pelayanan? Jika tidak, mengapa? Jika iya, apakah ada kelemahan-kelemahan yang menghambat Anda di dalam pelayanan tersebut?
- Bagaimana Anda memandang kekurangan dari rekan pelayanan lain? Apakah ini membuat Anda menyombongkan diri atasnya?