Bagikan artikel ini :

Hati Yang Murni Dalam Memberi

Kisah Para Rasul 5:1-11

Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada
keikhlasan, maka aku pun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan
tulus ikhlas.
- 1 Tawarikh 29:17a

Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana jemaat mula-mula yang memiliki kehidupan yang begitu taat kepada Tuhan, bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis. 2:42). Setiap orang yang telah percaya, bersatu hati dan jiwa. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu dibagi- bagikan kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis. 2:44-45).

Kehidupan jemaat mula-mula memperlihatkan keteladanan yang begitu besar. Terlihat dari apa yang dilakukan oleh seorang jemaat bernama Barnabas (Kis. 4:36). Ia menjual ladang miliknya lalu membawa uang hasil penjualannya ke depan kaki rasul-rasul. Barnabas mempersembahkan hasil penjualan ladangnya untuk dipakai bagi sesama.

Kemudian di dalam Kisah Para Rasul 5, dijumpai juga sepasang suami istri bernama, Ananias dan Safira. Mereka tampaknya terdorong melakukan hal yang sama, yaitu memberikan persembahan. Seperti Barnabas dan jemaat lainnya, mereka juga menjual tanahnya. Namun, motivasi mereka tidaklah murni. Suami istri ini didapati bersekongkol untuk menahan sebagian dari hasil penjualan tanah, sementara sebagian yang lain diletakkan di depan kaki rasul-rasul (ay. 2). Ananias dan Safira berbohong kepada para rasul dengan mengatakan bahwa mereka telah menyerahkan seluruh hasil penjualan dari tanah mereka.

Ananias dan Safira bukan saja telah berdusta kepada para rasul, mereka juga telah berdusta kepada Tuhan. Motivasi suami istri ini dalam memberi keliru. Mereka mungkin memberikan persembahan untuk mendapatkan pujian dari jemaat lain atau tidak mau kehilangan seluruh harta yang mereka miliki. Apa pun alasannya, mereka telah mencobai Roh Kudus. Ketidakjujuran Ananias dan Safira membawa konsekuensi besar, yaitu kehilangan nyawa mereka.

Kekayaan yang kita terima di dunia bukan sepenuhnya milik kita. Sama seperti kekayaan yang didapat Ananias dan Safira dari hasil penjualan tanah, bukan sepenuhnya milik mereka. Mereka menyalahgunakan berkat Tuhan dengan berencana menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri. Saudaraku, apa yang sudah seharusnya menjadi milik Tuhan, kembalikanlah kepada Tuhan. Sikap hati ini akan melatih kita bijaksana dalam menggunakan harta duniawi yang Tuhan Yesus percayakan kepada kita.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah memberikan persembahan dengan kemurnian hati ke hadapan Tuhan?
  • Bagaimana Anda akan berlatih bijaksana dalam menggunakan kekayaan yang Tuhan percayakan untuk kepentingan gereja atau sesama?