Bagikan artikel ini :

Muliakan Tuhan Dengan Hartamu

1 Timotius 6:17-19

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu, ...
- Amsal 3:9a

Efesus merupakan kota perdagangan yang kaya dan bernilai budaya tinggi di provinsi Romawi, Asia Kecil. Efesus dikenal makmur dan memiliki kekayaan yang melimpah. Letaknya yang strategis menjadikan Efesus cocok sebagai kota perniagaan. Melihat latar belakang kota Efesus maka besar kemungkinan jemaat yang ada disana merupakan orang-orang kaya (berkecukupan). Dalam bagian ini, Paulus mengingatkan Timotius untuk memperingatkan jemaat Efesus mengenai hal kekayaan.

Beberapa jemaat Efesus memfokuskan hidupnya pada cinta akan uang. Mereka telah menyimpang dari iman dan menyiksa diri (1Tim. 6:10). Oleh karena itu, Paulus melalui Timotius mendorong jemaat untuk memiliki kehidupan yang tidak tinggi hati, tidak menganggap diri lebih unggul atau menjadi angkuh karena kekayaan. Hidup yang tidak bergantung pada kekayaan, melainkan hidup yang sepenuhnya bergantung kepada Allah, Sang pemilik kehidupan dan pemberi berkat.

Paulus juga mengingatkan jemaat Efesus agar lebih bijaksana dalam menggunakan kekayaan, serta mendorong mereka untuk memiliki tangan yang terbuka, membagikan apa yang dimilikinya kepada orang lain. Kekayaan bukan untuk dinikmati demi kepuasan diri sendiri, melainkan untuk menyediakan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.

Memberi, berbagi, dan berbuat baik harus menjadi gaya hidup murid Kristus, serta dilakukan bukan dengan maksud tertentu ataupun motivasi yang keliru. Kenapa kita senantiasa harus memberi dan berbagi kepada sesama? Karena Allah dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati (ay. 17b). Rasul Yakobus di dalam Yakobus 1:17 berkata, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang;” Allah Bapa telah memberikan begitu banyak berkat bagi kita dan sudah seharusnya berkat itu juga turut dibagikan kepada sesama.

Marilah kita muliakan Tuhan dengan apa yang sudah Dia percayakan kepada kita. Apa yang ada di dunia bersifat sementara. Mengejar dan menggenggam terlalu erat harta duniawi hanyalah kesia-siaan. Kejar dan genggamlah harta sorgawi sebagai tujuan hidup yang bernilai kekal. Pergunakan setiap harta yang sudah Tuhan percayakan dengan bijaksana dan pakai untuk kemuliaan nama-Nya. Sesungguhnya hidup yang sejati adalah ketika kita tidak menggenggam begitu erat apa yang kita miliki, tetapi mempunyai kerelaan hati untuk berbagi kepada sesama dengan ketulusan hati.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana sikap dan cara Anda menggunakan harta yang Tuhan percayakan selama ini?
  • Apa tindakan nyata dalam hal memberi dan berbagi yang ingin Anda lakukan dalam waktu dekat?