Orang Kaya Yang Bodoh
Lukas 12:13-21
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti?
- Lukas 12:20
Martin Luther pernah berpendapat bahwa ada tiga pertobatan yang diperlukan bagi setiap orang Kristen, yaitu pertobatan hati, pikiran, dan dompet. Artinya, pertobatan sejati tidak hanya menyangkut soal hati dan pikiran, tetapi juga aksi nyata, suka memberi dengan murah hati. Contohnya Zakheus ketika bertobat dan percaya kepada Kristus, ia memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya (Luk. 19:1-10).
Hal sebaliknya terjadi dengan orang dalam perumpamaan Yesus. Ia berhasil meraih kekayaan yang melimpah dan memperluas gudang penyimpanannya. Sepintas menurut penilaian manusia, ia adalah orang yang sangat pintar, hebat, dan sukses, tetapi Tuhan menyebutnya sebagai orang kaya yang bodoh. Penilaian Tuhan sangat berbeda dengan penilaian kita. Kita melihat fenomena luar saja, yang kasat mata, tetapi Tuhan melihat hati. Bagaimana hati orang kaya tersebut? Perikop bacaan menyampaikan ajaran Yesus tentang kewaspadaan terhadap ketamakan/keserakahan dan prioritas hidup yang benar. Hati orang kaya tersebut memfokuskan hidupnya hanya pada perkara materi, menumpuk kekayaan dengan serakah untuk pemuasan diri sendiri, tidak peduli orang lain. Prioritas hidupnya hanya untuk perkara duniawi. Ia melupakan perkara rohani, yaitu mencari Tuhan dan perkenanan-Nya (Mat. 6:33).
Kita diajarkan untuk menghindari perilaku tamak yang dapat merusak hubungan dengan Allah dan sesama. Yesus menunjukkan bahwa kepuasan hidup tidak ditentukan oleh kelimpahan harta benda, melainkan oleh hubungan iman dengan Tuhan dan kasih kepada sesama. Mereka yang menyandarkan kebahagiaan dan kepenuhan makna hidupnya pada kekayaan, bukan kepada Tuhan, adalah orang-orang bodoh (ay. 20). Kekayaan tidak dapat memperpanjang usia hidup kita, tetapi Tuhanlah yang menentukannya.
Secara praktis, Lukas ingin mengajak kita untuk menilai ulang prioritas hidup. Ia menekankan pentingnya memusatkan perhatian kepada Allah dan pada nilai-nilai kekal seperti kasih, keadilan, dan ketulusan. Kita diajak untuk menggunakan harta benda dengan bijaksana, melayani sesama, dan memiliki perspektif yang benar terkait dengan kekayaan duniawi. Hendaklah hidup kita mencerminkan kebijaksanaan dan kekayaan sejati di dalam Kristus. Jangan biarkan harta membodohi kita. Biarlah kemuliaan Tuhan melalui kehidupan dan pekerjaan kita menjadi tujuan utama yang kita cari setiap hari.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda termasuk orang kaya yang bodoh atau pintar dalam mengelola hidup dan aset Anda? Apa buktinya?
- Apa yang harus Anda lakukan untuk menjadi orang yang bijaksana dalam pengelola hidup dan harta di hadapan Allah?