Bagikan artikel ini :

Respons Terhadap Disiplin

Ibrani 12:1-11

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
- Ibrani 12:11

Ganjaran yang Tuhan beri pada ayat ini seperti sebuah kesulitan sebagai konsekuensi atas tindakan seseorang atau juga program pendidikan untuk melatih kedisiplinan dalam hidup. Pada waktu ganjaran diberikan akan mendatangkan dukacita walau berujung baik. Seperti seorang penggemar kopi berpendapat tentang nikmatnya kopi, “Di ujung pahit selalu terasa manisnya.” Ketika Tuhan memberikan ganjaran, seseorang bisa merespons dalam berbagai bentuk:

Pertama, pasrah menerimanya. Ini seperti yang dilakukan orang-orang filsafat Stoa yang berpendapat, tidak ada yang terjadi di dunia ini di luar kehendak Allah. Karena itu, tidak ada yang bisa dilakukan selain menerimanya.

Kedua, menerima dengan perasaan muram untuk menyelesaikannya sesegera mungkin. Seorang Romawi ternama berkata, “Aku tidak akan membiarkan apa pun mengganggu hidupku.” Ganjaran disiplin ia anggap sebagai penderitaan yang harus diatasi dengan menantangnya. Ini tentu dilakukannya tanpa rasa terima kasih.

Ketiga, menerima dengan mengasihani diri sendiri yang pada akhirnya menyebabkan keruntuhan. Beberapa orang ketika terjebak dalam situasi sulit, merasa mereka satu-satunya orang di dunia yang kehidupannya pernah terluka. Mereka tersesat dalam mengasihani diri sendiri.

Keempat, menerimanya sebagai hukuman yang ia benci. Beberapa orang menganggap Tuhan pendendam. Ketika sesuatu terjadi pada diri mereka atau orang-orang yang mereka cintai, mereka bertanya, “Apa yang telah saya lakukan sehingga pantas menerima ini?” Nada pertanyaannya menganggap seluruh ma- salah sebagai hukuman yang tidak adil dari Tuhan. Tidak pernah mereka sadar untuk bertanya, “Apa yang Tuhan coba ajarkan? Apa yang Dia ingin saya lakukan melalui pengalaman ini?”

Kelima, menerimanya sebagai disiplin yang berasal dari ayah yang pengasih dan penuh kasih karunia. Jerome mengatakan hal paradoks tetapi benar ini, “Kemarahan terbesar dari semua kemarahan adalah ketika Tuhan tidak lagi marah ketika kita berdosa.” Ia berpendapat hukuman tertinggi Tuhan adalah membiarkan kita sebagai orang yang tidak terjangkau.

Saudaraku, jika hari ini kesulitan dan beban hidup menindih anggaplah sebagai ganjaran dari Tuhan. Respons apa yang Anda akan pilih? Ingatlah dengan pasti, di ujung pahitnya kopi ada manis yang nikmat! Salam di ujung pahit.

Refleksi Diri:

  • Apa ganjaran yang pernah Anda alami? Apakah ganjaran itu terjadi karena konsekuensi tindakan atau cara Allah mendidik disiplin Anda?
  • Bagaimana Anda akan memilih berespons atas ganjaran yang Tuhan berikan?